Powered By Blogger

Labels

Showing posts with label filosofi. Show all posts
Showing posts with label filosofi. Show all posts

Friday, February 8, 2019

Pengertian, Ruang Lingkup, Teori, dan Manfaat Psikologi Pendidikan


Pengertian Psikologi Pendidikan Menurut Para Ahli

1. Whiterington
Menurut Whiterington (1982), pengertian psikologi pendidikan adalah suatu studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.

2. Sumadi Suryabrata
Menurut Sumadi Suryabrata (1984), pengertian psikologi pendidikan adalah suatu pengetahuan psikologi tentang anak didik dalam situasi pendidikan.

3. Elliot dkk.
Menurut Elliot dkk (1999), pengertian psikologi pendidikan adalah penerapan teori-teori psikologi untuk mempelajari perkembangan, belajar, motivasi, pengajaran dan permasalahan yang muncul dalam dunia pendidikan.

4. Muhibin Syah
Menurut Muhibin Syah (2003), pengertian psikologi pendidikan adalah disiplin psikologi yang mempelajari masalah psikologis yang terjadi di dunia pendidikan.

5. Tardif
Menurut Tardif (dalam Syah, 1997:13), pengertian psikologi pendidikan adalah suatu bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan mengenai perilaku manusia dalam berbagai usaha kependidikan.

6. Barlow
Menurut Barlow (1985), pengertian psikologi pendidikan adalah suatu pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu seorang guru dalam proses belajar-mengajar secara lebih efektif.

Dari penjelasan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa educational psychology merupakan asas psikologi yang mempengaruhi proses belajar-mengajar di bidang pendidikan.


Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan

Secara umum, educational psychology mempelajari tingkah laku setiap orang dalam proses pendidikan, yaitu guru dan siswa. Secara umum, para ahli membatasi pokok bahasan dalam psikologi pendidikan ke dalam tiga hal, yaitu:

Belajar, yaitu pokok bahasan yang mencakup berbagai teori, prinsip-prinsip, karakteristik perilaku siswa, dan lain-lain.
Proses Belajar, yaitu pokok bahasan tentang tahapan perbuatan dan peristiwa dalam proses belajar siswa.
Situasi Belajar, yaitu pokok bahasan tentang suasana dan keadaan lingkungan, baik fisik maupun non-fisik terkait dengan aktivitas belajar siswa.

Menurut Samuel Smith, seperti yang dikutip oleh Sumadi Suryabrata (1984), ada 16 topik bahasan yang termasuk dalam ruang lingkup psikologi pendidikan, yaitu:

1. Pengetahuan mengenai psikologi pendidikan (the science of educational psychology).
2. Karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity).
3. Lingkungan fisik (physical structure).
4. Perkembangan siswa (growth).
5. Semua proses tingkah laku (behavior process).
6. Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning).
7. Semua faktor yang mempengaruhi proses belajar (factors that condition learning).
8. Semua hukum dan teori-teori belajar (laws and theoris of learning).
9. Pengukuran, yaitu semua prinsip dasar dan batasan-batasan pengukuran atau evaluasi (measurement: basic principles and definitions).
10. Transfer belajar, meliputi bidang studi (transfer of learning subject matters).
11. Semua sudut pandang praktis tentang pengukuran (practical aspects of measurement).
12. Ilmu statistik dasar (element of statistics).
13. Kesehatan rohani/ mental (mental hygiene).
14. Pendidikan yang membentuk karakter (character educations).
15. Pengetahuan psikologi mengenai bidang studi sekolah menengah (psychology of secondary school subjects).
16. Pengetahuan psikologi mengenai bidang studi sekolah dasar (psychology of elementary school subjects).


Teori Psikologi Pendidikan 

Psikologi di bidang pendidikan memiliki beberapa dasar teori yang menjadi landasan dan konsep dasar pelaksanaannya, diantaranya adalah:

1. Teori Behaviorisme
Dalam teori behaviorisme (perilaku), yang menjadi pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang merupakan dampak dari interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dapat dikatakan telah belajar jika terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut.

2. Teori Manajemen Operasional
Dalam teori manajemen operasional disebutkan bahwa tingkah laku seseorang dikontrol oleh konsekuensi yang mungkin terjadi, baik itu dukungan positif dan negatif maupun hukuman positif dan negatif.

Dukungan positif adalah sesuatu yang menyenangkan pada suatu tingkah laku, dan dukungan negatif adalah menghapus hal yang tidak menyenangkan sebagai sikap yang dapat diterima. Sedangkan hukuman positif adalah hukuman untuk mengurangi perilaku tidak menyenangkan, dan hukuman negatif adalah hukuman untuk mengurangi perilaku tidak menyenangkan dengan mengambil sesuatu yang menyenangkan.

3. Teori Harmonik Klasik
Teori ini melibatkan pembelajaran perilaku baru melalui proses yang terus menerus. Dalam teori harmonik klasik terdapat tiga tahap, yaitu;

Tahap 1, Sebelum Kondisi; rangsangan dari lingkungan menghasilkan respon yang belum dipelajari dan terdapat respon yang belum pernah terpikirkan.
Tahap 2, Selama Penyesuaian; rangsangan dari lingkungan tidak menghasilkan respon terhadap rangsangan yang sudah diketahui.
Tahap 3, Setelah Remediasi; proses terbentuknya respon baru.
4. Teori Kognitif
Teori kognitif (kesadaran) fokus terhadap perubahan proses dan struktur mental yang terjadi sebagai hasil usaha untuk memahami lingkungan sekitarnya.

5. Teori Koneksionisme
Teori koneksionisme (asosiasi) dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1878-1949) yang dikenal dengan teori respon stimulus. Dalam teori ini disebutkan bahwa stimulus akan mengirimkan pesan mengenai panca indera dan merespons perilaku.

6. Teori Gestalt
Di dalam teori Gestalt dijelaskan bahwa proses kognitif terjadi melalui pengaturan pesan atau pola yang saling terkait dengan komponen sehingga menjadi satu kesatuan. Menurut teori ini, umumnya orang cenderung melihat hal-hal di sekitarnya secara menyeluruh.



Manfaat Psikologi Pendidikan

Pada dasarnya educational psychology memiliki banyak manfaat bagi dunia pendidikan. Menurut Muhammad dan Wiyani (2013), ada sepuluh manfaat yang bisa diperoleh dari mempelajari psikologi pendidikan, yaitu:

Memahami perbedaan siswa, pemahaman tenaga pendidik (guru) terhadap masing-masing siswa akan menghasilkan interaksi pembelajaran yang tepat sasaran serta pembelajaran yang efektif dan efisien.
Terciptanya suasana belajar yang kondusif, efektifitas kegiatan belajar-mengajar sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif.
Strategi pembelajaran yang tepat, dengan mempelajari educational psychology maka seorang guru dapat mengenal karakter setiap siswanya. Dengan begitu maka akan ditemukan strategi pembelajarn yang tepat sehingga menghasilkan proses belajar-mengajar yang efektif.
Memberikan bimbingan bagi siswa, ini berkaitan dengan rasa percaya siswa terhadap guru. Dengan adanya rasa percaya murid kepada gurunya maka proses pembelajaran akan lebih efektif dan mudah.
Interaksi yang tepat dengan siswa, ini sangat berkaitan dengan semua prinsip psikologi yang mendasari cara berkomunikasi yang tepat. Cara berkomunikasi yang tepat akan berdampak pada proses belajar-mengajar yang lebih baik.
Adanya evaluasi pembelajaran, guru yang memiliki psikologi yang baik akan mampu memberikan penilaian atau evaluasi hasil pembelajaran dengan adil tanpa membedakan setiap siswanya.
Memotivasi belajar, tenaga pengajar yang mampu memberikan dukungan, dorongan kepada siswanya akan membuat siswa tersebut belajar lebih giat. Kemampuan tersebut didapatkan dari educational psychology yang didapatkan oleh guru sehingga mampu memotivasi siswanya.
Penetapan tujuan pembelajaran, dengan adanya educational psychology maka guru dapat menentukan tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diinginkan sebagai hasil pembelajaran. Tujuan pembelajaran tersebut menjadi ukuran apakah proses belajar-mengajar berhasil atau tidak.
Memakai media belajar yang tepat, psikologi pendidikan juga dapat membantu dalam menentukan media pembelajaran yang paling tepat untuk siswa. Misalnya penggunaan media visual, audio, motorik dan lainnya, sehingga kegiatan belajar-mengajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan.
Penyusunan jadwal pelajaran, kondisi para siswa merupakan salah satu acuan dalam menyusun jadwal pelajaran. Bidang studi yang membutuhkan pemikiran yang rumit seperti matematika akan lebih efektif bila berlangsung pada jam-jam awal belajar karena pikiran siswa masih segar dan mudah berkonsentrasi.


Sunday, January 27, 2019

Pengertian dan asal usul "Primus Inter pares"


Pengertian "Primus Inter Pares"
"Primus Inter pares" adalah Sistem Pemilihan pemimpin melalui musyawarah diantara sesamanya berdasarkan kelebihan yang dimiliki baik secara fisik ataupun spiritual. Primus Inter pares biasanya berhubungan dengan wibawa seorang tokoh merangkum kepercayaan, mutu tokoh kemampuan mengorganisasi, tingkat visioner, kemampuan merekam dan memahami mimpi publik dalam program publik kemudian melaksanakannya, menghormati keadilan, pandai mendengar, memecahkan masalah dan pandai mempersatukan.

Asal usul "Primus Inter pares" 
"Primus Inter pares"  (bahasa Inggris: first among equals, bahasa Yunani Kuno: Πρῶτος μεταξὺ ἴσων, prōtos metaxỳ ísōn) adalah frasa Latin dengan makna yang pertama di antara yang sederajat atau yang pertama di antara yang setara. Frasa ini biasanya digunakan sebagai suatu gelar kehormatan bagi mereka yang secara formal setara dengan anggota lainnya dalam kelompok mereka tetapi diberikan penghormatan secara tidak resmi, yang secara tradisi dikarenakan senioritas mereka dalam jabatan.
Secara historis, princeps senatus Senat Romawi merupakan seorang figur yang demikian dan awalnya hanya membedakan bahwa ia diizinkan untuk berbicara pertama kali saat sesi debat. Selain itu, Konstantinus Agung juga mendapat peran sebagai primus inter pares. Namun, istilah ini juga sering digunakan secara ironis atau pengungkapan ketidaksetujuan diri oleh para pemimpin dengan status lebih tinggi sebagai suatu bentuk penghormatan, persahabatan, ataupun propaganda. 
Setelah jatuhnya Republik, kaisar-kaisar Romawi awalnya hanya menyebut diri mereka sebagai princeps meski memiliki kuasa atas hidup dan mati "sesama warga negara" mereka. Beragam figur modern seperti Ketua Federal Reserve, perdana menteri rezim parlementer, Presiden Federal Swiss, Ketua Mahkaman Agung Amerika Serikat, dan Patriark Ekumenis Gereja Ortodoks Timur mengandung dua signifikasi dalam jabatan mereka: memiliki status yang lebih tinggi dan berbagai kewenangan tambahan namun tetap masih setara dengan rekan-rekan mereka dalam hal-hal penting.

Wednesday, January 23, 2019

Pengertian Ilmu Filsafat, Dasar-Dasar, Ciri dan Syarat,Obyek dan Metode, serta Kegunaan Mempelajari Filsafat


Pengertian Ilmu Filsafat, Dasar-Dasar, Ciri dan Syarat,Obyek dan Metode, serta Kegunaan Mempelajari Filsafat


Pengertian Filsafat

1. Pengertian Berdasarkan Etimologi
    Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu Philosophia. Kata dasarnya adalah Philen/Philia yang berarti cinta atau mencintai dan Shopia artinya kea'rifan. Secara etimologi istilah filsafat mengalami perkembangan yang cukup pesat diberbagai negara. Perkembangan istilah filsafat ini selanjutnya dikenal dalam bahasa Inggris "Philosophy". Philos artinya cinta dan Shophy berarti Pengetahuan. Istilah filsafat juga sering dikenal diberbagai negara Arab dengan nama Hikmah. Ternyata kata hikmah yang sering digunakan oleh para pemikir arab, merupakan sinonim dari kata filsafat. Secara historis dalam pemikiran Islam, istilah filsafat mengandung makna sebagai hikmah. Kata hikmah berasal dari bahasa Arab "Al-Hikmah".
2. Pengertian Berdasarkan Terminologi
    Menurut terminologis filsafat dapat diartikan sebagai berikut :
Filsafat adalah merupakan satu analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran mengenai suatu masalah, dan penyusunan secara sengaja terhadap sesuatu sacara sistimatis, suatu sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan.
Filsafat adalah usaha maksimal manusia dalam hal mencari kejelasan dan kecermatan secara gigih yang ilakukan secara terus menerus sampai kepada akarnya (Radiks)
Filsafat dapat diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki fakta-fakta, prinsip-prinsip dari realitas (kenyataan) juga tabiat serta tingkah laku manusia.
Dewasa ini filsafat dapar diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki tentang dunia logika, etika, estetika, metafisika, serta teori ilmu pengetahuan (epistemologis)

3. Filsafat Menurut Para Ahli
Ada beberapa pengertian filsafat yang dikemukakan para ahli sebagai berikut :
Louis O Kattsoff, memberikan pengertian secara praktis yaitu " Kegiatan pemikiran secara ketat dan sistimatis. Maksudnya adalah berfikir yang mendalam dengan melalui perenungan dan bukan melamun juga bukan berfikir secara kebetulan yang sifatnya untung-untungan. Akan tetapi melalui perenungan yang mencoba untuk menyusun secara runtut suatu sistem pengetahuan yang rasional, yang memadai dalam rangka memahami dunia tempat kita hidup, maupun memahami diri sendiri.
Adapun Harold H.Titus., mengemukakan empat pengertian yaitu : (a) Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan tentang alam semesta, (b) Filsafat adalah metode pemikiran reflektif dan penyelidikan akliah, (c) Filsafat adalah suatu perangkap masalah, dan (d) Filsafat adalah perangkap atau teori sistem pemikiran. Selanjutnya DC.Mulder., merumuskan sebagai berikut "Fisafat adalah pemikiran kritis tentang susunan kenyataan secra keseluruhan.

Prof.Dr.Fuad Hasan., menyimpulkan bahwa filsafat adalah suatu ikhtisar untuk berfikir radikal, dalam arti mulai dari radiks atau akar-akarnya suatu fenomena atau gejala dari akar-akarnya suatu hal yang dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu bersifat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal. Selain itu, H.Hasbullah Bakri., memberikan pengertian filsafat secara praktis yaitu: berfilsafat artinya "berfikir" meskin begitu, tidak semua orang berfikir berfilsafat. Meski berfilsafat ialah berfikir secara mendalam. Selanjutnya Hasbullah Bakri memberikan pengertian"Ilmu filsafat ialah ilmu yang menyelidiki sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya, sejauh yang dapat dicapai akal manusia, dan bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.

4. Filsafat Menurut Para Filosof
    Beberapa defenisi yang dikemukakan oleh para filosof, baik filosof klasik maupun filosof modern adalah sebagai berikut :
Socrates : Filsafat adalah berfikir untuk tahu, tahu adalah budi. Oleh karena itu budi adalah tahu maka siapa yang tahu akan kebaikan dengan sendirinya akan berbuat baik, ia dapat disebut dengan orang yang berbudi
Plato, sebagai murid Socrates, mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan yang berminat untuk mencapai kebenaran asli. Atau filsafat adalah tiada lain pengetahuan tentang segala yang ada.
Aristoteles (murid Plato), filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala yang ada. Disamping itu mengartikan filsafat adalah pengetahuan yang meliputi kebenaran yang tergabung didalamnya metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik dan estetika.
Marcus Tulius Cicero, Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu Yang Maha Agung dan usaha-usaha untuk mencapai yang tersebut
Al-Kindi, Filsafat ialah ilmu tentang hakekat segala yang ada, baik yang ada pada dunia fisika maupun metafisika 
Al-Farabi, filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud, dan bagaimana hakikat yang sebenarnya.
Immanuel Kant, filsafat adalah pengetahuan yang menjadi pokok pangkal segala pengetahuan yang tercakup didalamnya empat persoalan : 1.Apa yang dapat diketahui manusia (jawabannya metafisika).2.Apa yang seharusnya diketahui manusia (jawabannya etika). 3.Sampai dimana harapan manusia (jawabannya Agama). 4.Apa itu manusia (jawabannya Antropologi).
Rene Descartes, filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok pangkal penyelidikan.


Dasar-dasar Filsafat dan Problematikanya

secara garis besar dasar-dasar filsafat dibagi kedalam beberapa aspek, seperti Ontologi, Kosmologi, Efistemologi, dan Oxiologi.

Ontologi berasal dari bahasa Yunani, "Onto" artinya yang ada dan "logos" berarti ilmu pengetahuan. Dengan demikian ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang wujud (being) sesuatu sejauh itu ada. Oleh karena itu ontlogi bukan saja mempelajari tentang hakekat Tuhan, akan tetapi juga mempelajari substansi dan hakekat suatu benda dan persoalan lainnya.

Epistemologi berasal dari bahasa Yunani Episteme berarti pengetahuan dan logos artinya ilmu atau teori. Jadi epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang pengetahuan dalam mengkaji asal usul filsafat dan benda. Secara terminologi epistemologi adalah salah satu problem logika yang dapat menentukan kebenaran dan cara memperoleh  pengetahuan tentang filsafat yang tepat, yang merupakan cara yang ditempuh dalam memperoleh pengetahuan filsafat, baik yang teoritis maupun yang praktis.

Aksiologi, berasal dari bahasa Yunani juga yaitu "Axio" berarti bermanfaat atau bernilai dan "logos" berarti ilmu pengetahuan. Jadi aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai estetika dan etika terhadap hasil dari pengetahuan. Aksiologi juga merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai terhadap persoalan kefilsafatan, nilai yang dimaksud adalah nilai guna, nilai fungsi dan nilai manfaat.

Kosmologi, adalah berasal dari bahasa Yunani yaitu "kosmos" berarti alam (material) dan logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi kosmologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang struktur dan lapisan alam beserta isinya yang melibatkan manusia sebagai subjek
Logika, berasal dari kata "logic" berarti akal atau rasio. Jadi logika adalah cabang filsafat yang mepelajari tentang hukum-hukum atau silogisme-silogisme dalam mengumpulkan data, dengan menggunakan metode deduktif dan induktif, negasi-negasi terhadap proposisi-proposisi yang akhirnya akan mendapatkan kesimpulan yang bersifat rasional.


Ciri-ciri dan Syarat-syarat Berfilsafat

Fikiran kefilsafatan atau berfilsafat merupakan usaha manusia untuk menyusun suatu bagan konsepsional (rencana kerja), konsep ini merupakan hasil generalisasi serta abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses dalam hubungan yang umum. Filsafat pada dasarnya merupakan 'Pemikiran' tentang hal-hal atau proses seperti diatas.
Jadi filsat itu merupakan hasil menjadi serta sadarnya manusia mengenai dirinya sendiri sebagai pemikir di dalam dunia yang dipikirkan. 
Dengan demikian ciri-ciri kefilsafat dapat dibatasi sebagai berikut :
Adanya hubungan antara jawaban-jawaban yang difilsafati, maksudnya dari sekian banyak pertanyaan yang diberikan atau yang diperoleh  dari berbagai persoalan yang dihadapi membutuhkan jawaban-jawaban yang memiliki hubungan timbal balik. Contohnnya : apa yang diamakan kebenaran ? maka seorang filosof harus menemukan apa yang dikatakan kenyataan. Maksudnya bila pertanyaan tentang kebenaran, hendak dijawab. Maka filosof berusaha untuk menjawab terhadap pertanyaan yang menyangkut dengan pertanyaan yang lain, seperti tentang "kenyataan".
Adanya pemikiran yang koheren, maksudnya perenungan filsafat berusaha untuk menyusun bagan yang koheren atau runtut (konsisten), yaitu suatu perenungan filsafat tidak boleh mengandung pertanyaan-pertanyaan yang bertentangan. Contoh : bila hujan turun, maka tidak mungkin jawabannya tidak benar bahwa hujan turun.
Berfikir rasional, maksudnya bahwa perenungan filsafat harus berdasar pada konsepsional yaitu bagan-bagan yang bersifat logis yang memiliki hubungan satu dengan yang lain. Menyelesaikan persoalan-persoalan dengan yang berdasar pada premis-premis logis.
Berfikir komprehensif, maksudnya adalah seorang filosof berusaha memberikan penjelasan tentang dunia seluruhnya termasuk dunia dirinya sendiri. Filsafat dalam bentuk ini adalah mencari kebenaran dalam bentuk yang paling umum.
Memahami pandangan dunia luas dengan analisa, perenungan filsafat disini berusaha memahami segenap kenyataan dengan jalan menyusun suatu pandangan dunia yang memberikan yang memberikan keterangan dunia semua dan semua hal yang ada di dalamnya.
Dengan demikian, kenyataan menunjukkan bahwa hanya orang-orang tertentu yang dapat mengemukakan pendapat secara filosofi, karena filsafat itu sendiri merupakan hasil renungan manusia terdalam. Perenungan manusia yang mendalam tentang sesuatu persoalan tentu menggunakan metode berfikir. Dengan demikian ciri khas dari pada berfikir yang filosofis adalah :
Radikal, berasal dari kata "Radix" berarti akar, berfikir radikal berfikir sampai konsekwensinya yang terakhir.
Sistematis, yaitu berfikiran logis bergerak selangkah dengan penuh kesadaran dengan urutan yang paling berhubungan antara satu dengan yang lain secara teratur. Atau dengan kata lain sistimatis dapat dijelaskan sebagai berikut : "Seorang pelajar filsafat dalam menghadapi filsafat mesti bermula dari perjalanan menghadapi teori pengetahuan yang terdiri atas beberapa cabang filsafat, setelah itu ia mempelajari teori hakekat yang meruakan cabang lain. Kemudian ia mempelajari teori nilai atau filsafat nilai.
Universal, yaitu berfikir secara umum dan tidak secara tetrtentu (khusus) atau tidak terbatas pada bagian tertentu kebenarannya. Maksudnya kebenaran yang diperoleh ilmu pengetahuan lewat penyelidikan misalnya bukan bersifat universal, akan tetapi keuniversalan filsafat adalah kebenaran bersifat umum yang memenuhi metode filsafat.
Logis, artinya segala kebenaran yang diperoleh dari perenungan yang mendalam mesti masuk akal, atau kebenaran yang bersifat masuk akal, atau fikiran yang dinyatakan dengan bahasa.
    Soeryanto Poespowardoyo mengemukakan ciri-ciri filsafat sebagai berikut :
Reflektif, yaitu menemukaunsur yang hakiki, berfilsafat disini adalah harus menghubungkan gejala-gejala objek yang dibahas dengan dirinya sendiri, yaitu dengan mengadakan perenungan yang mendalam baik dalam pengamatan maupun penghayatan.
Kritis dan Rasional, maksudnya adalah berusaha untuk menemukan pengertian nilai dan makna dilakukan dengan kemampuan  yang tinggi secara kodrati.
Integratif, maksudnya adalah berusaha melihat secara keseluruhan tanpa dipengaruhi oleh hal-hal yang subyektif.

Obyek dan Metode Filsafat

    1. Obyek filsafat
Obyek Material,  menyelidiki segala sesuatu yang ada dan mungkin ada, baik material maupun non material. Termasuk masalah nilai dan sebagainya. Seperti masalah dunia metafisika : Tuhan, alam malaikat, surga dan neraka. Juga tak ketinggalan yaitu masalah nilai-nilai yang ada pada alam dan manusia.
Obyek formal,  menyelidiki segala sesuatu yang dengan sedalam-dalamnya guna mengetahui yang sesungguhnya atau secara esensial. 

    2. Metode Filsafat
Metode contemplative atau perenungan yang serius, yaitu memikirkan segala sesuatu tanpa seharusnya ada kontak lansung dengan obyeknya. Adapun obyek comtemplative itu dapat berupa apa saja. Seperti halnya : makna kematian, hidup, kebenaran, keadilan dan sebagainya.
Deduktif, yaitu metode berfikir yang dimulai dari suatu realitas yang bersifat umum guna memperoleh kesimpulan yang lebih khusus.
Induktif, yaitu metode berfikir yang dimulai dari realitas yang bersifat khusus kemudian menganalisa cermat berdasarkan pengamatan untuk mengambil kesimpulan yang bersifat umum.
    Dengan menggunakan metode berfikir seperti diatas, maka seorang filosofi dapat berfikir secara sistematis dinamis, yaitu dapat berfikir dari tingkat indra sampai dengan tingkat religius. Selain metode tersebut diatas, beberapa metode yang digunakan oleh para filosof antara lain :
Metode kritis, yaitu metode yang digunakan Socrates dan Plato dengan menggunakan sistem yang bersifat analisa dan pendapat yang menjelaskan dan memperlihatkan pertentangan dengan jalan bertanya (berdialektika)
Metode intuitif, yaitu metode yang digunakan Plotinus dan Bergson, dengan jalan intropeksi intuitif yaitu dengan cara membersihkan intelektual dengan menggunakan simbol-simbol  sekaligus pensucian moral.
Metode Skolastik yaitu metode yang sering digunakan oleh Aristoteles dan Thomas Aqiunus yang sifatnya deduktif, yaitu bertitik dengan prinsip-prinsip dan defenisi-defenisi.
Metode Matematis yaitu metode yang digunakan Rene Descrates dengan jalan menganalisa melalui hal-hal yang kompleks, kemudian mencapai intuisi akan hakikat yang sederhana dan kemudian diadakan reduksi-reduksi secara matematis.
Metode Empiris yaitu yang ditokohi oleh Thomas Hobbes, John Locke Berkeley serta David Hume, yang mengajikan pengertian yang benar itu berdasarkan pengalaman
Metode Transendental, metode ini sering dipakai Immanel Kant neo-Skolastik yang bertitik tolak pada pengertian tersebut dengan jalan analisa yang diselidiki secara apriori.
Metode Dialektis, metode ini digunakan oleh filosof besar seperti Hegel, Karl Max, yang caranya mengikuti dinamika berfikir secara dinamis seperti mengadakan : Tesa-sintesa untuk mencapai hakekat.

Kegunaan Mempelajari Filsafat

    Secara garis besar kegunaan mempelajari filsafat terdiri dari dua, yaitu kegunaan teoritis dan praktis.
Pertama, kegunaan teoritis yaitu dapat membimbing manusia untuk berfikir secara sistimatis serta rasional sehingga dapat memperoleh ksimpulan yang benar.
kedua, kegunaan secara praktis bahwa orang berfilsafat dapat dibuktikan dalam kehidupan kesehariannya seperti dalam penggunaan pada pengetahuan tentang logika, etika, estetika, dan lain-lain