Powered By Blogger

Labels

Showing posts with label Bahasa Indonesia. Show all posts
Showing posts with label Bahasa Indonesia. Show all posts

Wednesday, January 30, 2019

manajemen pendidikan: Objek kajian, tujuan, fungsi, danruang lingkup manajemen pendidikan


Objek Kajian Manajemen pendidikan

Objek atau sumber daya yang menjadi kajian dalam manajemen pendidikan ada tujuh , yaitu :

Man
Man atau manusia adalah unsur terpenting yang perlu dikelola dalam manajemen pendidikan, pengelolaan yang biasa dilakukan misalnya dengan mengorganisasikan manusia dengan melihat apa yang menjadi keahlian orang tersebut.

Money
Money atau uang dimaksudkan untuk mengelola pemdanaan atau pembiayaan secara efisien sehingga tidak terjadi pemborosan dalam suatu lembaga pendidikan.

Material
Material atau bahan materi merupakan aspek yang tidak kalah penting dalam manajemen pendidikan, melalui pengelolaan material maka bisa terbentuk kurikulum yang berisi panduan dasar untuk mentranfer ilmu dari guru ke siswa.

Method
Pengelolaan metode juga harus dilakukan dengan baik, metode yang digunakan untuk mengajar guru di sekolah satu dengan guru di sekolah lain tidak sama karena tergantung pada kesiapan siswa yang diajar.

Machines
Pengelolaan mesin bertujuan untuk dapat mengelola mesin yang digunakan untuk mendukung proses belajar mengajar supaya dapat digunakan sebaik mungkin dan tidak cepat mengalami kerusakan, untuk orang yang mengelola mesin biasanya harus orang yang benar-benar tau cara merawat mesin tersebut dengan baik.

Market
Market atau pasar adalah salah satu kunci yang menentukan sekolah atau lembaga pendidikan tersebut menjadi lembaga pendidikan yang besar atau kecil, pasar yang dimaksud adalah masyarakat secara luas, sasaran yang dituju adalah masyarakat yang berniat menyekolahkan putra putri mereka.

Minutes
Minutes atau waktu perlu dikelola dengan baik karena waktu belajar peserta didik di sekolah sangat terbatas, sehingga perlu pengelolaan yang baik supaya waktu belajar mengajar menjadi lebih efisien.


 Tujuan Belajar Manajemen Pendidikan

· Efisien dalam menggunakan sumber daya.
Dengan mempelajari manajemen pendidikan dengan baik, diharapkan seseorang dapat mengelola sumber daya secara efisien, misalnya sumber daya yang berupa pembiayaan, waktu dan lain sebagainya.

Efektif dalam pencapaian tujuan.
Dengan mempelajari manajemen pendidikan secara berkesinambungan dan secara sungguh-sungguh, diharapkan seseorang dapat mengefektifkanproses dan sumber daya yang dikelola untuk mencapai tujuan dengan optimal.

Bermuara pada tujuan pendidikan.
Tujuan manajemen pendidikan tidak akan lepas dari tujuan pendidikan nasional, yaitu  bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Mendukung kegiatan pendidikan dalam upaya mencapai tujuan  pendidikan.
Manajemen pendidikan juga mendukung dan memfasilitasi kegiatan pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan pendidikan yang didukung dengan manajemen pendidikan yang baik, akan mendapatkan hasil yang baik sehingga tujuan pendidikan yang ditargetkan dapat tercapai.


Fungsi Manajemen Pendidikan

Fungsi manajemen pendidikan adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien. Dalam Manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat di dalamnya.

Menurut George R. Terry, fungsi manajemen ada empat yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pelaksanaan (actuating) dan fungsi pengendalian (controlling).

Menurut Luther Gullick , fungsi manajemen ada tujuh yaitu fungsi fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pengaturan anggota (staffing), fungsi pengarahan (directing), fungsi koordinasi (coordinating), fungsi pelaporan (reporting) dan fungsi pencapaian tujuan (budgeting).

Menurut hersey and Blanchard, fungsi manajemen ada empat yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi peningkatan semangat (motivating) dan fungsi pengendalian (controlling).

Pada umumnya ada empat fungsi manajemen yang banyak dikenal masyarakat yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pelaksanaan (actuating) dan fungsi pengendalian (controlling). Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi staffing (pembentukan staf). Para manajer dalam organisasi perusahaan bisnis diharapkan mampu menguasai semua fungsi manajemen yang ada untuk mendapatkan hasil manajemen yang maksimal.

Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Perencanaan juga dapat didefinisikan sebagai prosespenyusunan tujuan dan sasaran organisasi serta penyusunan “peta kerja” yang memperlihatkan cara pencapaian tujuan dan sasaran tersebut.
Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi. Pengorganisasian adalah proses penghimpunan SDM, modal dan peralatan, dengan cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan upaya pemaduan sumber daya.
Pelaksanaan (actuating) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha. Pelaksanaan adalah proses penggerakan orang-orang untuk melakukan kegiatan pencapaian tujuan sehingga terwujud efisiensi proses dan efektivitas hasil kerja.
Pengendalian (controlling) adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan. Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan,diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang pendidikan yang dihadapi. Pengendalian dapat didefinisikan sebagai proses pemberian balikan dan tindak lanjut pembandingan antara hasil yang dicapai dengan rencana yang telah ditetapkan dan tindakan penyesuaian apabila terdapat penyimpangan.


 Ruang Lingkup manajemen

Ruang lingkup dari manajemen pendidikan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : Menurut Wilayah Kerja, Menurut Objek garapan, dan Menurut Fungsi Kegiatan.

Menurut Wilayah kerja, ruang lingkupnya meliputi : Manajemen seluruh negara, manajemen satu propinsi, manajemen satu unit kerja, dan manajemen kelas.

Menurut Objek garapan, ruang lingkupnya meliputi : Manajemen siswa, manajemen ketenaga pendidikan, manajemen sarana-prasarana, manajemen tata laksana pendidikan, mqanajemen pembiayaan dan manajemen humas.

Menurut Fungsi Kegiatan, ruang lingkupnya meliputi : Merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengko-munikasikan, mengawasi atau mengevaluasi.

Monday, January 28, 2019

pengertian manajemen pendidikan


Pengertian/Defenisi Manajemen Pendidikan

A. Definisi Manajemen

Menurut asal katanya, Management berasal dari kata latin yaitu “manus” yang artinya “to control by hand” atau “gain result”. Kata manajemen mungkin juga berasal dari bahasa Italia maneggiare yang berarti “mengendalikan,” Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.

Manajemen dapat didefinisikan sebagai “proses perencanaan, pengorganisasian, pengisian staf, pemimpinan, dan pengontrolan untuk optimasi penggunaan sumber-sumber dan pelaksanaan tugas-tugas dalam mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien”. Manajemen adalah Suatu Proses dalam rangka mencapai tujuan dengan bekerja bersama melalui orang-orang dan sumber daya organisasi lainnya.

Definisi Manajemen Berdasarkan Para Ahli

1. Menurut Mary Parker Follet Manajemen Adalah sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi

2. Menurut Ricky W. Griffin Manajemen Adalah sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal

3. Menurut Drs. Oey Liang Lee Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4. Menurut Prof. Eiji Ogawa Manajemen adalah Perencanaan, Pengimplementasian dan Pengendalian kegiatan-kegiatan termasuk system pembuatan barang yang dilakukan oleh organisasi usaha dengan terlebih dahulu telah menetapkan sasaran-sasaran untuk kerja yang dapat disempurnakan sesuai dengan kondisi lingkungan yang berubah.

Dari beberapa definisi menurut asal kata dan definisi dari pendapat ahli, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai apa yang dimaksud dengan managemen. Manajemen adalah Proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam mengelola sumber daya yang berupa man, money, materials, method, machines, market, minute dan information untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien.

B. Definisi Pendidikan

Dalam UU Sisdiknas Pasal 1 ayat 1 dikatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan prtensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, aklak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Definisi MPendidikan Berdasarkan Para Ahli

1. Menurut M.J. Langeveld, Pendidikan adalah merupakan upaya manusia dewasa membimbing manusia yang belum dewasa kepada kedewasaan. Pendidikan ialah usaha menolong anak untuk melaksanakan tugastugas hidupnya, agar bisa mandiri, akil-baliq, dan bertanggung jawab secara susila. Pendidikan adalah usaha mencapai penentuan-diri-susila dan tanggung jawab.

2. Pengertian pendidikan menurut driyarkara, Pendidikan didefinisikan sebagai upaya memanusiakan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani.

3. Pengertian pendidikan menurut Stella van Petten Henderson, Pendidikan merupakan kombinasai dari pertumbuhan dan perkembangan insani dengan warisan sosial. Pendidikan adalah pembentukan hati nurani. Pendidikan adalah proses pembentukan diri dan penetuan-diri secara etis, sesuai denga hati nurani.

4. Pengertian pendidikan menurut John Dewey, Education is all one with growing; it has no end beyond itself. (pendidikan adalah segala sesuatu bersamaan dengan pertumbuhan; pendidikan sendiri tidak punya tujuan akhir di balik dirinya).

5. Pengertian pendidikan menurut H.H Horne, Dalam pengertian luas, pendidikan merupakan perangkat dengan mana kelompok sosial melanjutkan keberadaannya memperbaharui diri sendiri, dan mempertahankan ideal-idealnya. Carter V. Good Pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga iya dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya.

6. Pengertian pendidikan menurut Thedore Brameld, Istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa warga masyarakat yang baru mengenal tanggung jawab bersama di dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap ada dan berkembang. Di dalam masyarakat yang kompleks, fungsi pendidikan ini mengalami spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal yang senantiasa tetap berhubungan dengan proses pendidikan informal di luar sekolah).


C. Definisi Manajemen Pendidikan

Dilihat dari pengertian manajemen dan pengertian pendidikan diatas, maka kita dapat mendefinisikan bahwa Manajemen Pendidikan sebagai suatu Proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam mengelola sumber daya yang berupa man, money, materials, method, machines, market, minute dan information untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien dalam bidang pendidikan.




Thursday, December 27, 2018

Kalimat Mayor dan Kalimat Minor


Kalimat Mayor dan Kalimat Minor

1. Pengertian Kalimat
Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa (Cook, 1971 ; Elson dan Pickett, 1969). Klimat adalah suatu bentuk linguistik, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal (Bloomfield, 1955). Senada dengan Bloomfield, Hocket (1985) menyatakan bahwa kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk gramatikal yang tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain. 
Di sisi lain Lado (1968) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan kecil dari ekspresi lengkap. Pendapat Lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana (1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap.  Sementara itu Ramlan (1996) mengatakan bahwa kalimat adalah suatu gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. berdasarkan defenisi-defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap.

2. Kalimat Mayor
Kalimat Mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri atas Subjek dan Predikat. Sedangkan untuk Objek dan Keterangan hanya opsional (boleh ada boleh tidak).

Contoh Kalimat Mayor
1. Saya akan pergi ke surabaya besok. 
2. Kapan kita mencuci baju ini?
3. Besok pagi saya akan mencuci baju kotor yang sudah menumpuk.
4. Tertawa adalah sesuatu yang menular.
5. Adikku mempunyai bakat akting.
6. Aku diminta untuk akting menangis.
7. Aku membeli buah ini di pasar.
8. Adikku sudah bisa menulis sejak usia 4 tahun.
9. Aku memberi tahu ayahku kalau aku akan ke Bali.
10. Aku belum mengerjakan PR yang diberikan oleh guruku.
11. Aku ingin bercerita supaya mereka senang.
12. Saya pernah bernyanyi di pesawat.
13. Aku bermain di tengah-tengah orang yang yang sedang duduk.
14. Sekarang saya sudah mengetahui sifat aslinya.
15. Marshanda menangis melihat ayahnya dirawat di rumah sakit.
16. Aku bersama adikku melihat film kartun.
17. Aku mendapat kejutan saat ullang tahunku yang ke-17.
18. Dinda menyukai masakan buatan ibunya.
19. Kursi dan meja ini dibuat dari kayu jati.
20. Televisi ini dibeli oleh ayah di Jakarta.
21. Aku mengetik tulisan ini agar bermanfaat bagi kalian.
22. Satpam kantorku mengetahui orang yang mengambil HP temanku.
23. Aku mengajak teman-temanku untuk datang ke rumahku.
24. Panji akan mengembalikan buku Rasya besok pagi.
25. Vincent dan Desta membuka acara ini dengan sangat meriah.

3. Kalimat Minor 
Kalimat Minor adalah kalimat yang hanya terdiri atas 1 unsur/pola kalimat. 

Contoh Kalimat Minor
1. Selamat pagi!
2. Salam sejahtera!
3. Besok.
4. Sekarang.
5. Minggu depan.
6. Hanya sebulan.
7. Bu Maya.
8. Pak.
9. Astaghfirulloh.
10. Alhamdulillah.
11. Astaga!
12. Wah!
13. Untuk ayahanda.
14. Kepada Pak Ramli.
15. Tidak!
16. Nggak!
17. Iya!
18. Sudah!
19. Belum!
20. Apa?
21. Kapan?
22. Jangan!
23. Ke Jakarta.
24. Lalu?


Wednesday, December 26, 2018

Pengertian Kalimat Dan Jenisnya Berdasarkan Kompleksitas


Pengertian Kalimat Dan Jenisnya Berdasarkan Kompleksitas

1. Pengertian Kalimat
Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa (Cook, 1971 ; Elson dan Pickett, 1969). Klimat adalah suatu bentuk linguistik, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal (Bloomfield, 1955). Senada dengan Bloomfield, Hocket (1985) menyatakan bahwa kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk gramatikal yang tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain. 
Di sisi lain Lado (1968) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan kecil dari ekspresi lengkap. Pendapat Lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana (1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap.  Sementara itu Ramlan (1996) mengatakan bahwa kalimat adalah suatu gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. berdasarkan defenisi-defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap.

2. Jenis Kalimat Berdasarkan Kompleksitas
Jika kita lihat berdasarkan kompleksitasnya, maka kalimat tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu:

A. Kalimat Simpleks
Kalimat simpleks adalah tipe kalimat yang hanya terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Dengan kata lain, kalimat simpleks merupakan kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa. Karena hanya terdiri dari satu predikat, sudah barang tentu kalimat simpleks hanya memberikan satu informasi. Oleh karena itu, kalimat simpleks juga bisa disebut dengan kalimat tunggal.
Perhatikan contoh kalimat simpleks di bawah ini:

1. Bapak itu dokter bedah
            S              P
2. Mereka membuat roti
           S            P        O
3. Kepandaian Winda sudah diakui teman-temannya
                      S                      P                    Pel
4. Kami berangkat pagi
         S          P          K
5. Diam!
        K
Kelima contoh kalimat tersebut adalah kalimat simpleks karena hanya ada satu predikat dan satu subjek. Pada contoh kalimat imperatif, umumnya subjeknya tidak ditampakan. Pada kalimat "diam!", bentuk lengkapnya adalah "kamu diam!"

B. Kalimat Kompleks
Kalimat kompleks juga sering disebut dengan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat kompleks terdiri dari dua klausa, yaitu klausa utama yang disebut dengan induk kalimat (inti kalimat) dan klausa penghubung yang disebut dengan anak kalimat. Klausa utama bisa berdiri sendiri sebagai kalimat, sedangkan klausa penghubung tidak bisa berdiri sendiri sebagai kalimat karena pada umumnya mereka berfungsi sebagai keterangan kalimat.
Perhatikan contoh kalimat kompleks berikut.

1. Saya tidak berangkat ke sekolah karena hujan.
2. Dia tidak kaya semenjak kecil.
3. Saya menilai dia orang yang baik.
Kalimat yang dicetak tebal adalah klausa utama/kalimat inti. Sedangkan kalimat yang diawali dengan kata hubung adalah klausa penghubung. "Karena hujan, semenjak kecil, orang yang baik" adalah contoh klausa penghubung dan mereka tidak bisa berdiri sendiri sebagai sebuah kalimat.
Hal ini berbeda dengan kalimat yang dicetak tebal dimana bisa menjadi kalimat sendiri. Kalimat kompleks dapat kita identifikasikan dengan adanya dua klausa yang menggunakan kata hubung seperti:

sejak, semenjak

ketika, sambil, selama

setelah, sebelum, sehabis, selesai

asalkan, apabila, jika, jikalau, manakala, tatkala

seandainya, seumpama

agar, supaya

walaupun, meskipun, kendatipun, sekalipun,

sehingga, sampai, maka

dengan, tanpa

yang,

bahwa


Sekian, Semoga bermanfaat?

Tuesday, December 25, 2018

pengertian kalimat dan jenisnya berdasarkan struktur gramatikal


1. Pengertian Kalimat
Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa (Cook, 1971 ; Elson dan Pickett, 1969). Klimat adalah suatu bentuk linguistik, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal (Bloomfield, 1955). Senada dengan Bloomfield, Hocket (1985) menyatakan bahwa kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk gramatikal yang tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain. 
Di sisi lain Lado (1968) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan kecil dari ekspresi lengkap. Pendapat Lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana (1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap.  Sementara itu Ramlan (1996) mengatakan bahwa kalimat adalah suatu gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. berdasarkan defenisi-defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap.

2. Jenis kalimat berdasarkan struktur gramatikal
Adapun jenis kalimat berdasarkan struktur gramatikal adalah sebagai berikut.

1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Kalimat ini hanya mempunyai satu subjek dan satu predikat.
Contoh:
a.  Separuh pesisir Pulau Bangka rusak
                        S                          P
b. Separuh pesisir Pulau Bangka rusak karena aktivitas kapal pasir timah.
                                S                 P                    K
c. Separuh pesisir Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, rusak
                                                      S                                                        P
     karena aktivitas kapal pasir timah.
                             K

Keterangan:
kalimat ( a, b, c ) merupakan kalimat tunggal karena hanya memiliki satu subjek dan satu predikat ( satu klausa ). Kalimat tunggal pada contoh (a) adalah kalimat dasar, sedangkan kalimat tunggal pada contoh (b dan c) adalah kalimat tunggal yang sudah di perluas oleh unsur keterangan: sebab pada kalimat (b) danketerangan apositif pada kalimat (c). Oleh karena itu, kalimat tunggal bisa berwujud kalimat dasar dan juga bisa berwujud kalimat yang diperluas. Meskipun sudah mengalami perluasan, fungsi S dan P pada kalimat tunggal hanya satu. Perluasan kalimat tunggal akan dibahas pada subbab berikutnya.
Semua kalimat dasar merupakan kalimat tunggal, tetapi tidak semua kalimat tunggal berwujud kalimat dasar. Kalimat dasar adalah kalimat yang terdiri atas satu kalusa, unsur unsurnya lengkap, susunan unsur unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran. Dalam kata lain kalimat dasar identik dengan kalimat tunggal deklaratif afirmatif yang urutan unsur unsurnya paling lazim.
Secara umum pola urutan kalimat dasar bahasa indonesia adalah S+P+(O)+(Pel)+(Ket). Unsur objek, pelengkap dan keterangan yang ditulis diantara tanda kurung tidak selalu harus hadir, kehdirannya bergantung pada predikat. dalam buku Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan( 2015:165)

2. Kalimat Majemuk
Miftahul Khaira dan sakura Ridwan(2015:181) menegaskan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih atarara klausa yang satu dengan klausa yang lain saling berhubungan.

Adapun kalimat majemuk terdiri dari beberapa jenis kalimat, yaitu:

Kalimat majemuk setara: menggabungkan dua klausa atau lebih yang masing- msing mempunyai kedudukan setara dalam struktur kalimat. Artinya, semua klausa tersebut merupakan klausa inti, tidak membentuk hierarki karena klausa yang satu bukanlah bagian dari klausa yang lain. Karena itu, hubungan klausa yang terbentuk secara koordinatif disebut majemuksetara.

Contoh :
Candi gedong songomemiliki sembilan sembilan kelompok candi, tetapi sebagian candi itu sudah hilang.
Kalimat di atas terdiri dari dua klausa :
( a ) Candi Gedong Songo memiliki sembilan kelompok candi,
  (b) sebagian kelompok candi itu sudah hilang.
Klausa pertama dan kedua digabungkan secara koordinasi sehingga terbentuklah kalimat majemuk setara.

Kalimat majemuk bertingkat : menunjukkan hubungan yang hierarkis, yakni menggabungkan dua klausa atau lebih secara bertingkat, ada yang berfungsi sebagai klausa utama dan ada yang berfungsi sebagai klausa bawahan. Karena itu, hubungan yang demikian disebut pula denngan majemuk bertingkat. Penggunaan kata penghubung yang bersifat subordinatif menyebabkan klausa yang satu menjadi bagian dari klausa yang lain.

Contoh :
Candi Gedong Songo merupakan mutiara kehidupan karena menjadi sumber nafkah bagi masyarakat sekitarnya.
Kalimat di atas terdiri dari dua klausa, yaitu:
 ( a ) Candi Gedong merupakan mutiara kehidupan,
( b) Candi Gedong Songo menjadi nafkah bagi masyarakat sekitarnya.
Kedua klausa itu dihubungkan oleh konjungsi karena klausa ( a) merupakan klausa utama, sedangkan klausa ( b) merupakan klausa bawahan.

3. Kalimat campuran
Adalah kalimat yang terdiri dari beberapa klausa, ada yang berhubungan secara (koordinatif), bertingkat (subordinatif), atau kosubordinatif. Beberapa ahli menyebut bentuk ini sebagai majemuk campuran karena dalam satu kalimat terdapat berbagai bentuk majemuk. Contohnya: untuk perjalanan jauh keluar kota, hal pertama yang harus diperhatikan adalah kondisi fisik dan hal kedua adalah kondisi keuangan. Kalimat diatas merupakan kalimat majemuk kompleks karena tersusun atas klausa bertingkat dan klausa setara.

Contoh :
Untuk perjalanan jauh keluar kota hal pertama yang harus di perhatikan adalah kondisi fisik dan hal kedua adalah kondisi keuangan.
Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk campuran karena tersusun atas kluasa bertingkat dan klusa setara.

Monday, December 24, 2018

pengertian kalimat dan jenisnya berdasarkan pengucapan


pengertian kalimat dan jenisnya berdasarkan pengucapan


1. Pengertian Kalimat
Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa (Cook, 1971 ; Elson dan Pickett, 1969). Klimat adalah suatu bentuk linguistik, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal (Bloomfield, 1955). Senada dengan Bloomfield, Hocket (1985) menyatakan bahwa kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk gramatikal yang tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain. 
Di sisi lain Lado (1968) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan kecil dari ekspresi lengkap. Pendapat Lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana (1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap.  Sementara itu Ramlan (1996) mengatakan bahwa kalimat adalah suatu gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. berdasarkan defenisi-defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap.

2. Jenis Kalimat Berdasarkan Pengucapan

1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga).
Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh:
-  Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”
-  "kenapa kamu selalu bolos untuk ke sekolah?", bentak Bu Guru.
-  "kapan kamu balik dari Jakarta", tanya Andi.
-  dll.

2. Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan  orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.
Contoh:
-  Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
-  Andi mengatakan bahwa iya tidak bisa ikut ke danau karena tidak mendapat izin dari ibunya
-  Ramlan (1996) mengatakan bahwa kalimat adalah suatu gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.
- dll.

Friday, December 21, 2018

Pengertian Kalimat dan Jenisnya Berdasarkan Fungsi kalimat


Pengertian Kalimat dan Jenisnya Berdasarkan Fungsi Kalimat

1. Pengertian Kalimat
Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa (Cook, 1971 ; Elson dan Pickett, 1969). Klimat adalah suatu bentuk linguistik, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal (Bloomfield, 1955). Senada dengan Bloomfield, Hocket (1985) menyatakan bahwa kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk gramatikal yang tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain. 
Di sisi lain Lado (1968) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan kecil dari ekspresi lengkap. Pendapat Lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana (1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap.  Sementara itu Ramlan (1996) mengatakan bahwa kalimat adalah suatu gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. berdasarkan defenisi-defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap.

2. Jenis Kalimat Berdasarkan Fungsi Kalimat

Adapun jenis kalimat berdasarkan fungsi kalimat terbagi ke dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

A. Contoh Kalimat Imperatif
1. Tolong kau ambilkan gelas yang ada di meja itu!
2. Janganlah kau buang sampah itu ke sembarang tempat!
3. Mari, kita jaga lingkungan kita dari sampah lingkungan dan juga sampah masyarakat!
4. Ayo, tunggu apalagi, kita songsong hari baru yang sudah ada di depan mata kita!
5. Kepada para hadirin yang terhormat, dipersilakan untuk duduk di kursi yang telah disediakan!
6. Tutup pintu rumahmu sekarang juga!
7. Aduh, kering sekali tenggorokanku!
8. Aku mohon, jangan kau beritahu dia soal perkara tersebut!
9. Kepada para tamu undangan, dipersilakan untuk mencicipi hidangan yang telah kami sediakan!
10. Tolong kau jelaskan apa maksud dari ucapanmu itu!

B. Contoh Kalimat Interogatif
1.Apakah benar kau yang memecahkan guci itu?
2. Siapa pria yang mengantarmu pulang kemarin malam?
3. Di mana aku bisa membeli tiket itu?
4. Ke manakah kau akan pergi setelah ini?
5. Dari mana kau mendapat barang-barang tersebut?
6. Mengapa kau tak menanyakan soal itu kepadanya?
7. Kapan kau akan berangkat ke Malaysia?
8. Bagaimana caranya ngkau bisa sampai ke tempat itu?
9. Berapa harga sekilo buah mangga ini?
10. Masih ingatkah engkau kepadaku?

C. Contoh Kalimat Deklaratif
1. Pada hari Rabu kemarin, warga RT 07 desa Suka Senang mengadakan kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar mereka.
2. Kemarin, kami sempat bertemu dengan orang itu di sebuah mal.
3. Pada hari Sabtu kemarin, kampus Universitas Harapan Bangsa mengadakan acara wisuda yang dihadiri oleh 300 orang wisudawan.
4. Polisi berhasil menangkap gerombolan penjahat itu di kamar indekos mereka.
5. Pak guru tdak bisa mengajar hari ini karena beliau harus mengikuti rapat antar guru.
6. Dinda tidak dapat bersekolah hari ini, karena ia sedang dirawat di rumah sakit.
7. Pak guru memberitahu kami bahwa sekolah kami akan mengadakan acara darma wisata ke Yogyakarta pada hari Kamis yang akan datang.
8. Dompet miliknya telah berhasil ditemukan oleh seorang anak berusia 15 tahun.
9. Lomba pidato tahun ini berhasil dimenangkan oleh Popon.
10. Besok, seluruh siswa kelas SMPN 97 akan melaksanakan ujian akhir semester.

D. Contoh Kalimat Seruan
1. Wow, indah sekali pemandangan pantai ini!
2. Amboi, betapa lezatnya masakanmu ini!
3. Awas, di jalan itu banyak lubangnya!
4. Duh, betapa malangnya nasibku ini!
5. Hore, akhirnya aku bisa menyelesaikan semua pekerjaanku!
6. Ah, kau ini bisa saja!
7. Aduhai, betaa malangnya nasibmu itu!
8. Buset berani sekalu kau kepadaku!
9. Wah, ternyata kau pandai sekali memasak, ya!
10. Astaga, aku lupa membawa dompetku!

semoga bermanfaat!!!!!!
jangan lupa klik ikuti.

Monday, December 17, 2018

Pengertian Kalimat dan Jenisnya Berdasarkan Pola Kalimat


Pengertian Kalimat dan Jenisnya Berdasarkan Pola Kalimat

1. Pengertian Kalimat
Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa (Cook, 1971 ; Elson dan Pickett, 1969). Klimat adalah suatu bentuk linguistik, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal (Bloomfield, 1955). Senada dengan Bloomfield, Hocket (1985) menyatakan bahwa kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk gramatikal yang tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain. 
Di sisi lain Lado (1968) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan kecil dari ekspresi lengkap. Pendapat Lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana (1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap.  Sementara itu Ramlan (1996) mengatakan bahwa kalimat adalah suatu gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. berdasarkan defenisi-defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap.
2. Jenis Kalimat Berdasarkan Pola Kalimat
Berdasarkan Susunan  pola kalimat, Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1.  Kalimat Inversi
Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna.

Contoh:
1.  Tunggu kami di sana

.          P       S         K

2.  Sepakat, kami akan berkumpul di taman kota.

.         P          S                 P                   K

2.  Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia yakni (Subjek - Predikat - Objek - Keterangan).

Contoh:
1.  Penelitian ini dilakukan oleh mereka sejak 2 bulan yang lalu.

.             S                 P                 O                     K

2.  Aku dan dia bertemu di cafe ini.

.             S             P             K

Saturday, December 15, 2018

Pengertian Kalimat dan Jenisnya Berdasarkan Jumlah Klausa


Pengertian Kalimat dan Jenisnya Berdasarkan Jumlah Klausa

1. Pengertian Kalimat
Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa (Cook, 1971 ; Elson dan Pickett, 1969). Klimat adalah suatu bentuk linguistik, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal (Bloomfield, 1955). Senada dengan Bloomfield, Hocket (1985) menyatakan bahwa kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk gramatikal yang tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain. 
Di sisi lain Lado (1968) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan kecil dari ekspresi lengkap. Pendapat Lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana (1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap.  Sementara itu Ramlan (1996) mengatakan bahwa kalimat adalah suatu gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. berdasarkan defenisi-defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap.


2. Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa (Struktur Gramatical)
Dilihat dari jumlah Klausa, kalimat dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. kalimat tunggal
2. kalimat majemuk
3. Kalimat campuran.

2.1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa.
Adapun kalimat tunggal terdiri dari 2 jenis, yakni:
1.kalimat nomina, dan
2.kalimat verbal.

1. Kalimat Nomina
Kalimat nomina merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata benda sebagi predikatnya.

Contoh :
Perempuan berkerudung merah itu pacar saya
Adik saya dua orang
Ket. Kata yang bercetak miring pada kalimat di atas merupakan kata benda yang berfungsi sebagai predikat.

2. Kalimat Verbal
Kalimat verbal merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai predikat.

Contoh :
Andi mengayuh sepedanya pelan.
Siska makan di kamarnya.
Ket. Kata yang bercetak miring di atas merupakan kata kerja yang berfungsi sebagai predikat.

2.2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan. Berdasarkan kedudukan satu kalimat tunggal dengan yang lain, kalimat majemuk dibedakan menjadi 2, Yaitu:
1. Kalimat majemuk setara, dan
2. Kalimat Mmajemuk bertingkat

1. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara merupakan kalimat yang terdiri dari dua kalimat tunggal, di mana kedudukan masing masing kalimat tersebut setara. Kalimat majemuk setara dibagi lagi menjadi beberapa jenis, Perhatikan Contoh Berikut.

1. Kalimat majemuk setara penggabungan, biasanya ditandai dengan penggunaan kata hubung (konjungsi) “dan” atau “atau”.
Contoh :
Saya bertanggung jawab atas kedatangan peserta hingga ke penginapan dan  Andi akan mengambil tanggung jawab tentang segala keperluan peserta sesampainya di sana.

2. Kalimat majemuk setara pertentangan, biasanya ditandai dengan kata hubung (konjungsi) “tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”, dan sebagainya.
Contoh :
Kelas kami akan mengadakan study tour ke Palembang, namun dia memilih untuk tidak ikut.

3. Kalimat majemuk setara pemilihan, biasanya ditandai dengan kata hubung “atau”.
Contoh :
Riana masih bingung menentukan antara ikut menemani ibunya kuliah di Jerman atau tetap tinggal di sini bersama ayahnya.

4. Kalimat majemuk setara penguatan, biasanya ditandain dengan kata hubung “bahkan”.
Contoh :
Dia memang pemuda yang cerdas, bahkan di usianya yang ke-17 ia sudah mendapatkan gelar sarjana pertamanya.

2. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat merupakan kalimat yang menggabungkan dua kalimat tunggal atau lebih di mana satu sama lain memiliki kedudukan yang berbeda, yakni sebagai induk kalimat dan anak kalimat. Kalimat majemuk bertingkat dapat dibagi menjadi 10 jenis berdasarkan penggunaan kata hubung atau konjungsinya, yakni,

1. Waktu : “ketika”, “sejak”, “saat ini”, dsb.
Contoh :
Anak itu sudah lama hidup sendiri semenjak orang tuanya meninggal ketika dia masih bayi.

2. Sebab: “karena”, “oleh karena itu”, “sebab”, “oleh sebab itu”, dsb.
Contoh :
Tia memuntus pergi dari rumah karena ia tidak kuat lagi melihat kelakuan ayahnya.

3. Akibat: “hingga”, “sehingga”, “maka”, dsb.
Contoh :
Kebakaran hutan itu meluas hingga asap kabut yang ditimbulkan berdampak hingga Singapura dan Malaysia.

4. Syarat: “ jika”, “asalkan”, “apabila”, dsb.
Contoh :
Ani bersedia menerima lamaran Ali, apabila kedua orang tuanya merestui hubungan mereka.

5. Perlawanan: “meskipun”, “walaupun”, dsb.
Contoh :
Meskipun diiming – imingi uang ganti rugi yang besar, warga Kampung Barang  tetap menolak dipindahkan.

6. Pengandaian: “andaikata”, “seandainya”, dsb.
Contoh :
Seandainya Risko menunggu lebih lama lagi, ia pasti akan berjumpa dengan Dewi di kafe itu.

7. Tujuan: “agar”, “supaya”, “untuk”, dsb.
Contoh:
Triana menutuskan pindah ke apartemen ini agar lebih dekat dengan kantornya.

8. Perbandingan: “bagai”, “laksana”, “ibarat”, “seperti”, dsb.
Contoh :
Budak itu jatuh cinta pada putri kerajaan bagaikan punguk yang merindukan bulan.

9. Pembatasan: “kecuali”, “selain”, dsb.
Contoh :
Dia sangat jago di semua mata pelajaran kecuali pelajaran olahraga.

10. Alat: “dengan + kata benda”
Contoh:
Orang itu pergi ke kantor dengan  mobil.

2. Kalimat Campuran
Kalimat campuran adalah kalimat yang terdiri dari sekurang – kurangnya tiga kalimat tunggal.
Contoh :

Patria sedang memasak dan Toni menonton TV di ruang keluarga, ketika aku tiba di rumah mereka.

keterangan
1. Patria sedang memasak
2. Toni menonton TV di ruang keluarga
3. Aku tiba di rumah mereka

(kata hubung “dan” menyatakan kalimat majemuk setara, kata hubung “ketika” menyatakan kalimat majemuk bertingkat.)

Wednesday, December 12, 2018

pengertian kalimat dan unsur-unsur pembentukannya


Pengertian dan Unsur-Unsur Pembentukan Kalimat

A. Pengertian kalimat menurut Para Ahli

Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa (Cook, 1971 ; Elson dan Pickett, 1969). Klimat adalah suatu bentuk linguistik, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal (Bloomfield, 1955). Senada dengan Bloomfield, Hocket (1985) menyatakan bahwa kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk gramatikal yang tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain. 
Di sisi lain Lado (1968) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan kecil dari ekspresi lengkap. Pendapat Lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana (1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap.  Sementara itu Ramlan (1996) mengatakan bahwa kalimat adalah suatu gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. berdasarkan defenisi-defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap.

B. Unsur-unsur Pembentukan Kalimat
Adapun unsur-unsur pembentukan kalimat terdiri dari :

A. Subjek
Subjek atau pokok kalimat merupakan elemen pokok kalimat. Subjek menentukan kejelasan arti kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat, dapat mengaburkan arti kalimat. Kehadiran subjek dalam kalimat berfungsi: (1) membentuk kalimat awal, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk, (2) memperjelas arti, (3) menjadi ide utama, (4) menegaskan makna, (5) memperjelas pikiran ungkapan, dan (6) membentuk kesatuan ide.

Adapun ciri-ciri subjek:
1. Jawaban apa atau siapa
2. Didahului kata bahwa
3. Berupa kata atau frasa benda (nomina)
4. Disertai dengan kata ini atau itu
5. Disertai pewatas yang
6. Kata sifat didahului kata si atau sang: si cantik, si hitam, sang perkasa
7. Tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari, menurut,  berdasarkan, dan lain-lain.
8. Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata bukan.

Contoh : Nina, aku, saya, mereka, keledai, cita – cita, dan lain – lain.

B. Predikat
Sama seperti halnya dengan subjek, predikat kalimat kebanyakan timbul secara eksplisit. Kehadiran predikat dalam kalimat berfungsi: (1) membentuk kalimat awal, kalimat sendiri, kalimat luas, kalimat majemuk, (2) menjadi elemen penjelas, yakni memperjelas ide atau pikiran yang disampaikan dan menentukan kejelasan arti atau makna kalimat, (3) menegaskan makna, (4) membentuk kesatuan pikiran, dan (5) sebagai sebutan.

Adapun ciri-ciri predikat:
1. Jawaban mengapa, bagaimana
2. Dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan
3. Dapat didahului keterangan aspek: akan, seudah, sedang, selalu, hampir
4. Dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, seyogyanya, mesti, selayaknya, dan lain-lain
5. Tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek
6. Didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni
7. Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat atau bilangan.
Contoh : Menyanyi, lari, menangis, berjalan, dan lain – lain.

C. Objek
Subjek dan predikat condong timbul secara spesifik dalam kalimat, akan tetapi objek tidaklah demikian halnya. Keberadaan objek dalam kalimat bergantung pada macam-macam predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Predikat kalimat yang berstatus transitif mempunyai objek. Biasanya, predikat ini berbentuk kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i, misalnya: membuatkan, melarikan; me-i, misalnya: membuati, melempari, menjauhi. Dalam kalimat, objek berfungsi: (1) membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat transitif, (2) memperjelas arti kalimat, dan (3) membentuk kesatuan atau kelengkapan ide.

Adapun ciri-ciri objek:
1. Berupa kata benda
2. Tidak didahului kata depan
3. Mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif
4. Jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat transitif
5. Dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu dipasifkan.

D. Keterangan
Keterangan kalimat berfungsi memperjelas atau melengkapi informasi perintah-perintah kalimat. Tanpa keterangan, informasi menjadi tidak jelas. Hal ini dapat dirasakan kehadirannya terutama dalam surat undangan, laporan penelitian, dan informasi yang terkait dengan tempat, waktu, sebab, dan lain-lain.

Adapun ciri-ciri keterangan:
1. Bukan unsur utama kalimat, tetapi kalimat tanpa keterangan, pesan menjadi tidak jelas, dan tidak lengkap.
2. Tempat tidak terikat posisi, pada awal, tengah, atau akhir kalimat
3. Dapat berupa: keterangan waktu, tujuan, tempat, sebab, akibat, syarat, cara, posesif  (posesif ditrandai kata meskipun, walaupun, atau biarpun), dan pengganti nomina  (menggunakan kata bahwa). Adapun keterangan terderi dari beberapa jenis, yaitu:

1. Keterangan tempat
Contoh : Ayah akan perdi ke Surabaya

2. Keterangan alat
Contoh : Ibu memotong sayuran dengan pisau

3. Keterangan waktu
Contoh : Andi belajar matematika pukul 8 malam

4. Keterangan tujuan
Contoh : Bayi harus minum susu supaya sehat

5. Keterangan penyerta
Contoh : Ibu pergi ke pasar bersama kakak.

6. Keterangan cara
Contoh : Bacalah buku itu dengan seksama

7. Keterangan sebab
Contoh : Toni tidak naik kelas karena malas belajar

Semoga bermanfaat! terimakasih.

Artikel berikutnya kita akan membahas jenis-jenis kalimat!!!!!!!!!!


Monday, December 10, 2018

klausa: pengertian dan jenisnya berdasarkan fungsi


Klausa: Pengertian dan Jenisnya Berdasarkan Fungsi

1. Pengertian klausa

Klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikatif. Artinya, didalam satuan atau konstruksi itu terdapat sebuah predikat, bila dalam satuan itu tidak terdapat predikat, maka satuan itu bukan sebuah klausa (Chaer,2009:150). Klausa merupakan  satuan gramatik yang terdiri atas subjek dan predikat, baik disertai objek, pelengkap, dan keterangan maupun tidak (Ramlan melalui Sukini, 2010:41). Sedangkan Cook melalui Tarigan (2009:76) memberikan batasan bahwa klausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat. Dengan ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada (Sukini, 2010:41-42). 
Ramlan melalui Tarigan (2009: 43) menjelaskan bahwa klausa ialah bentuk linguistik yang terdiri dari subjek dan predikat. Menurut pendapat Arifin (2008:34) klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Klausa atau gabungan kata itu berpotensi menjadi kalimat. Istilah klausa dipakai untuk merujuk pada deretan kata yang paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi belum memiliki intonasi atau tanda baca tertentu. Istilah kalimat juga mengandung unsur paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi sudah dibubuhi  intonasi atau tanda baca tertentu.  (Alwi, 2003:39).

           
2. Jenis Klausa Berdasarkan  Fungsi
Berdasarkan fungsinya, klausa ternyata dapat menduduki fungsi subjek, objek, keterangan, dan pelengkap (Arifin, 2008: 34).


a. Subjek
Arifin (2008: 35) menjelaskan dan memberi contoh bahwasanya subjek adalah bagian klausa yang berwujud nomina atau frase nominal yang menandai apa yang dinyatakan oleh pembicara (penulis). Di dalam bahasa Indonesia, subjek biasanya mendahului predikat.
contoh:
a. berlibur kami sekeluarga
b. berenang itu menyehatkan
Kedua klausa itu disebut klausa inti karena terdiri atas subjek (kami sekeluarga, berenang itu)serta predikat (berlibur, menyehatkan). Kedua klausa itu dapat menjadi inti kalimat, yang bagian-bagiannya juga tetap menduduki fungsi subjek dan predikat, seperti:
a. Kami sekeluarga bulan yang lalu berlibur di Bali.
b. Berenang itu ternyata dapat turut menyehatkan fisik dan mental.

b. Objek
Objek adalah bagian klausa yang berwujud nomina atau frase nominal yang melengkapi verba transitif. Objek dikenai perbuatan yang disebutkan dalam predikat verbal. Objek dapat dibagi menjadi objek langsung dan objek tak langsung.
Objek langsung adalah objek yang langsung dikenai perbuatan yang disebutkan dalam predikat verbal; objek tak langsung adalah objek yang menjadi penerima atau diuntungkan oleh perbuatan yang terdapat dalam predikat verbal.
Contoh:
a. bibi sedang menanak nasi
b. ibu membawa minuman
Nasi pada contoh diatas merupakan objek bagi verba menanak dan minuman menjadi objek bagi verba membawa.
Contoh objek taklangsung:
a. bibi sedang menanakkan nasi untuk kita semua
b. ibu membawakan minuman untuk Ayah
Kita semua objek taklangsung bagi verba menanakkan, sedangkan untuk Ayah objek taklangsung bagi verba membawakan.

c. Klausa Keterangan
Arifin (2008: 36-37) menjelaskan dan memberi contoh bahwasanya klausa keterangan adalah klausa yang menjadi bagian luar inti, yang berfungsi meluaskan atau membatasi makna subjek atau makna predikat.
Contoh:
a. keterangan akibat: penjahat itu dihukum mati
b. keterangan sebab: karena sakit, ia tidak jadi ikut
c. keterangan jumlah: bagai pinang dibelah dua
d. keterangan alat: dinaikkan dengan mesin pengangkat
e. keterangan cara: diterima dengan baik, disetujui dengan musyawarah
f. keterangan kualitas: berlari bagai kilat, menggelegar seperti guntur
g. keterangan modalitas: tidak mungkin itu terjadi, mustahil ia berbohong
h. keterangan pewatas: keterangan lebih lanjut, diceritakan lebih detail
i. keterangan subjek: guru yang baik, rumah yang bersih, anak yang rajin
j. keterangan syarat: tolonglah kalau kau bisa, angkatlah jika kuat
k. keterangan objek: mencari pengusaha yang jujur, menjadi isteri yang baik
l. keterangan tujuan: bekerja untuk hidup, makan demi kesehatan
m. keterangan tempat: datang dari Barat, pergi ke Lampung
n. keterangan waktu: ditunggu sampai besok pagi, berangkat masih subuh
o. keterangan perlawanan: meskipun lambat, selesai juga dikerjakannya

catatan: 
kata-kata yang dicetak miring berfungsi sebagai keterangan.


d. Klausa Pelengkap
Klausa pelengkap adalah klausa yang terdiri atas nomina, frasa nominal, adjektiva, atau frase adjektival yang merupakan bagian dari predikat verbal.
Contoh:
a. abangku menjadi pilot
b. kami bermain bola
c. aku dianggap patung
d. persoalan itu dianggap sepi
e. adik menari Bali
f. Paman berdagang kain
g. negara kita berdasarkan Pancasila

Keterangan :
Kata-kata yang dicetak miring berfungsi sebagai pelengkap.

Saturday, December 8, 2018

pengertian dan jenis klausa berdasarkan katagori pengisi fungsi predikat


1. Pengertian klausa
Klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikatif. Artinya, didalam satuan atau konstruksi itu terdapat sebuah predikat, bila dalam satuan itu tidak terdapat predikat, maka satuan itu bukan sebuah klausa (Chaer,2009:150). Klausa merupakan  satuan gramatik yang terdiri atas subjek dan predikat, baik disertai objek, pelengkap, dan keterangan maupun tidak (Ramlan melalui Sukini, 2010:41). Sedangkan Cook melalui Tarigan (2009:76) memberikan batasan bahwa klausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat. Dengan ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada (Sukini, 2010:41-42). 
Ramlan melalui Tarigan (2009: 43) menjelaskan bahwa klausa ialah bentuk linguistik yang terdiri dari subjek dan predikat. Menurut pendapat Arifin (2008:34) klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Klausa atau gabungan kata itu berpotensi menjadi kalimat.
Istilah klausa dipakai untuk merujuk pada deretan kata yang paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi belum memiliki intonasi atau tanda baca tertentu. Istilah kalimat juga mengandung unsur paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi sudah dibubuhi  intonasi atau tanda baca tertentu.  (Alwi, 2003:39).

2. Klausa Berdasarkan  Kategori Pengisi Fungsi Predikat
Berdasarkan  kategori pengisi fungsi predikat, klausa diklasifikasikan atas klausa verbal, dan klausa nonverbal (Cook melalui Tarigan, 2009:76). Sedangkan menurut Arifin (2008: 38), berdasarkan strukturnya, klausa dapat dibedakan menjadi klausa verbal dan klausa nonverbal. Menurut Chaer (2009: 151), berdasarkan  kategori pengisi fungsi P dapat dibedakan adaanya: klausa verbal, klausa nominal, klausa ajektifal, klausa preposisional, klausa numeral.
Dalam pembahasan ini klasifikasi klausa berdasarkan  kategori pengisi fungsi predikat terdiri dari klausa verbal dan klausa nonverbal. Klausa verbal terbagi menjadiklausa transitif  dan klausa intransitif. Klausa transitif berdasarkan hubungan aktor aksi,diklasifikasikan menjadi klausa aktif, klausa pasif, klausa medial dan klausa resiprokal. Klausa nonverbal terdiri atas klausa nominal, adjektival, numeral, dan preposisional.

1. Klausa Verbal
Klausa Verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori kata kerja (Sukini, 2010:46). Klausa Verbal adalah klausa yang berpredikat verbal (Tarigan, 2009:77). Arifin (2008: 38) mengatakan bahwa klausa verbal adalah klausa yang predikatnya verba.
Jadi klausa verbal memiliki predikat yang berupa kata kerja.
Contoh:
a. petani mengerjakan sawahnya dengan tekun
b. dengan rajin, bapak guru memeriksa karangan murid
c. mereka memancing di sungai
d. kita  menyanyi  bersama
e. adik menangis
f. kami bermain bola

Berdasarkan struktur internalnya, klausa verbal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu klausa transitif  dan  klausa intransitif (Tarigan, 2009:77). Menurut Arifin (2008: 38), klausa verbal terdiri atas klausa verbal aktif transitif dan klausa verbal aktif tak transitif.

1.1 Klausa Transitif 
Klausa transitif  adalah klausa yang mengandung kata kerja transitif, yaitu kata kerja yang menghendaki hadirnya objek(Sukini, 2010:46). Menurut (Tarigan, 2009:44), Klausa transitif  adalah klausa yang mengandung kata kerja transitif, yaitu kata kerja yang mempunyai kapasitas memiliki satu atau lebih obyek.
Contoh:
a. Rudi mengagumi Yuli
b. ayah membelikan adik sepatu roda
      
Klausa transitif  jika dilihat dari hubungan aktor aksi, dapat pula diklasifikasikan menjadi klausa aktif, klausa pasif, klausa medial dan klausa resiprokal (Tarigan, 2009:77).
Selanjutnya (Tarigan, 2009:77) menjelaskan dan memberi contoh:

1)  Klausa Aktif
Klausa aktif  adalah klausa yang subyeknya berperan sebagai pelaku atau aktor.
Arifin (2008:38) menjelaskan bahwa klausa aktif transitif adalah klausa yang predikat verbalnya mempunyai sasaran dan/ atau mempunyai objek. Verba yang menjadi predikatnya berimbuhan meng-, meng-/-I, atau meng-/-kan.
Contoh:
a.       Ayah melihat saya menulis surat
b.      saya melarang kamu mencangkul kebun itu
c.       ibu menyuruh dia memanggil nenek
d.      siapa menyaksikan ibu makan nasi itu
e.       dokter menganjurkan ayah minum kopi
f.       bibi menjual makanan
g.      aku mengirimkan surat
h.      anak-anak memetiki mangga

2)  Klausa Pasif
Klausa pasif adalah klausa yang subyeknya berperan sebagai penderita.
Arifin (2008:39) menjelaskan bahwa klausa verbal pasif adalah klausa yang menunjukkan bahwa subjek dikenai pekerjaan atau sasaran perbuatan seperti yang disebutkan dalam predikat verbalnya. Verba yang menjadi predikatnya berimbuhan di-,ter-, atau ber-/-an, atau diawali kata kena.

Contoh:
a.       ayah tahu benar  surat itu kutulis
b.      saya tidak mau tahu kebun itu kau cangkul
c.       kenapa kamu melarang  nenek dipanggil oleh adik
d.      semua tahu  nasi itu di makan ibu
e.       saya melihat sendiri  kopi itu diminum oleh ayah 
f.       kurban ditembak kami kehujanan
g.      kakak bercukur kurban tertembak
h.      melarikan diri
i.        menghindarkan diri
j.        melepaskan diri
k.      memperkaya diri

3)  Klausa Medial
Klausa medial adalah klausa yang subyeknya berperan baik sebagai pelaku maupun penderita.
Contoh:
a. dia menghibur hatinya
b. dia menyiksa dirinya
c.  kamu menyusahkan dirimu melulu
d.  aku menusuk jariku
e.  aku merenungi nasibku
f.  aku menenangkan pikiranku
g. si Ani mengamati wajahnya sendiri

4) Klausa Resiprokal
Klausa Resiprokal atau klausa refleksif adalah klausa yang subyek dan obyeknya melakukan perbuatan yang berbalas-balasan (Tarigan,2009: 49).

Contoh:
a.       saya tidak suka kalau kalian baku hantam dengan mereka
b.      ayah menganjurkan agar kami saling mengasihi dengan saudara
c.       paman menyuruh saya bersalam-salaman dengan tamu
d.      tetangga, sering mendengar Mak Ali saling caci dengan Mak Ina
e.       tahukah kamu bahwa keluarga saya sering berkunjung-kunjungan dengan keluarga mereka
f.       dalam Koran dapat dibaca bahwa baku serang antara Palestina dengan Israel sudah mereda

1.2 Klausa Intransitif 
Klausa Intransitif  adalah klausa yang predikat verbalnya  tidak  memerlukan kehadiran objek (Sukini, 2010:47). Cook melalui Tarigan (2009: 49) menjelaskan bahwa klausa intransitif  adalah klausa yang mengandung kata kerja intransitif, yaitu kata kerja yang tidak memerlukan obyek.
Contoh:
a. para siswa berbaris di lapangan
b. matahari terbit di timur
c. ayah pergi ke sawah
d. ibu tinggal di rumah
e. adik bermain-main di pekarangan
f. nenek tidur di kamar
g. kakek duduk di kursi


a. Klausa Nonverbal    
Klausa nonverbal adalah klausa yang predikatnya berkategori selain kata kerja. Unsur pengisi fungsi P yang tidak berkategori verbal, antara lain nominal, adjektival, numeral, dan preposisional (Sukini, 2010:46).
Sementara itu Tarigan (2009:50) memberikan batasan bahwa klausa nonverbal adalah klausa  yang  berpredikat nomina, ajektif, atau adverbia. Klausa nonverbal ini dapat pula dibagi atas: klausa statif dan klausa ekuasional.

b. Klausa nominal
Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berkategori kata benda.
Elson dan Pickett melalui Tarigan (2009: 51) mengatakan bahwa klausa ekuasional adalah klausa yang berpredikat nomina.
Contoh:
a. saudaranya guru
b. yang dibeli orang itu sepeda
c. nenekku dukun
d. pamannya pedagang
e. adiknya dokter
f. atap rumah itu daun rumbia
g. isteriku guru

c. Klausa Adjektival
Klausa adjektival adalah klausa yang predikatnya berkategori kata keadaan.
Elson dan Pickett melalui Tarigan (2009: 51) mengatakan bahwa klausa statif adalah klausa yang berpredikat ajektif atau yang dapat disamakan dengan ajektif.
Chaer (2009: 158) mengatakan bahwa klausa ajektifal memiliki fungsi wajib S dan P. Klausa ajektifal dapat disusun dari fungsi S yang berkategori N dan fungsi P yang berkategori A.

Contoh:
a. harga buku sangat mahal
b. udaranya panas sekali
c. anak itu pintar
d. neneknya kaya
e. mereka capek

d. Klausa Numeral
Klausa numeral adalah klausa yang predikatnya berkategori kata bilangan.
Chaer (2009: 160) mengatakan bahwa klausa numeral adalah klausa yang fungsi P nya diisi oleh frase numeral.
Contoh:
a. roda truk itu  enam
b. kerbau petani itu dua ekor
c. gajinya dua juta sebulan
d. uangnya seratus ribu rupiah
e. anak pak Amat lima orang
f. mobil pejabat itu empat buah
g. luas kebunnya seribu meter
Klausa numeral lazim digunakan bahasa ragam lisan dan ragam bahasa nonformal. Dalam ragam formal fungsi P akan diisi oleh sebuah verba; dan frase numeral berubah fungsi menjadi keterangan.
Contoh:
a. roda truk itu ada  enam
b. kerbau petani itu hanya dua ekor
c. gajinya ada dua juta sebulan
d. uangnya sebesar seratus ribu rupiah
e. anak pak Amat berjumlah lima orang
f. mobil pejabat itu ada empat buah
g. luas kebunnya mencapai seribu meter

e. Klausa Preposisional
Klausa preposisional adalah klausa yang predikatnya berkategori kata depan.
Chaer (2009: 159) mengatakan bahwa klausa preposisional adalah klausa yang fungsi P nya diisi oleh frase preposisional.
Contoh:
a. pegawai itu ke kantor setiap hari
b. kakak di kampus
c. ibu dan ayah ke pasar
d. mereka dari Medan
e. ayah dan kakek di kampung
f. uangnya di bank
g. berangkatnya dari rumah
Klausa preposisional ini lazim digunakan dalam bahasa ragam lesan dan ragam bahasa nonformal. Dalam ragam formal fungsi P akan diisi oleh sebuah verba; dan frase preposisinya  berubah fungsi menjadi keterangan.
Contoh:
a. pegawai itu pergi ke kantor setiap hari
b. kakak ada di kampus
c. ibu dan ayah berangkat  ke pasar
d. mereka ampon dari Medan
e. ayah dan kakek berada  di ampong
f. uangnya disimpan  di bank
g. berangkatnya berawal dari rumah
           

Friday, December 7, 2018

Pengertian dan Jenis Klausa Berdasarkan Ada Tidaknya Unsur Negasi pada Predikat


1. Pengertian klausa
Klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikatif. Artinya, didalam satuan atau konstruksi itu terdapat sebuah predikat, bila dalam satuan itu tidak terdapat predikat, maka satuan itu bukan sebuah klausa (Chaer,2009:150). Klausa merupakan  satuan gramatik yang terdiri atas subjek dan predikat, baik disertai objek, pelengkap, dan keterangan maupun tidak (Ramlan melalui Sukini, 2010:41). Sedangkan Cook melalui Tarigan (2009:76) memberikan batasan bahwa klausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat. Dengan ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada (Sukini, 2010:41-42). 
Ramlan melalui Tarigan (2009: 43) menjelaskan bahwa klausa ialah bentuk linguistik yang terdiri dari subjek dan predikat. Menurut pendapat Arifin (2008:34) klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Klausa atau gabungan kata itu berpotensi menjadi kalimat. Istilah klausa dipakai untuk merujuk pada deretan kata yang paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi belum memiliki intonasi atau tanda baca tertentu. Istilah kalimat juga mengandung unsur paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi sudah dibubuhi  intonasi atau tanda baca tertentu.  (Alwi, 2003:39).

2. Klausa Berdasarkan  Ada Tidaknya Unsur Negasi pada Predikat
Berdasarkan  ada tidaknya unsur negasi pada predikat, klausa diklasifikasikan atas klausa positif, dan klausa negatif (Ramlan melalui Sukini, 2010:45).

a. Klausa Positif
Klausa positif  ialah klausa yang tidak memiliki kata negasi/pengingkaran pada fungsi Predikat.
Contoh:
a.       mereka diliputi oleh perasaan senang
b.      mertua itu sudah dianggap sebagai ibunya
c.       pak ketua hadir hari ini
d.      Lili seorang penari
e.       orang tuanya masih ada
f.       yang dicari hanya dia



b. Klausa Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang predikatnya memiliki unsur negasi. Unsur negasi adalah unsur yang mengandung pengingkaran, seperti kata tidak, tak, bukan, tiada, belum, dan jangan.
Contoh:
a.    orang tuanya sudah tiada
b.   yang dicari bukan dia
c.    pak ketua tidak hadir hari ini
d.   tak seorangpun  yang mau
e.    mertua itu masih belum dianggap sebagai ibunya
f.    mereka bertanding tanpa pelatih