BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat. Fonologi memusatkan perhatiannya kepada bahasa sebagai medium komunikasi daripada sebagai hal-hal lain, apakah dalam bentuk lisannya ataukah dalam bentuk tertulisnya. Oleh karena ada ahli-ahli lain yang mempelajari manusia dari berbagai aspek, dan sering kali ahli-ahli lain yang mempelajari manusia dari berbagai aspek, dan sering kali ahli-ahli itu mempergunakan juga fonologi sebagai alat untuk menganalisis bahasa dalam bidang mereka, maka terjadi semacam gabungan pendekatan dalam studi itu.
Dalam fonologi terdapat struktur-struktur yang mendasari pengetahuan fonologi. Oleh karena itu kami sengaja akan sedikit membahas tentang hal-hal yang mendasarinya dari sedikit ilmu yang kami dapatkan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, dalam makalah ini penulis dapat merumuskannya menjadi beberapa rumusan masalah, yaitu:
1.Apa saja bidang-bidang fonologi itu?
2.Bagaimanakah pengertian dari setiap bidang tersebut?
1.3 Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk membuka pengetahuan serta mengorek seluk beluk tentang fonologi yang mempunyai implikasi dalam penerapannya bagi pembaca pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Selain itu makalah ini dapat dijadikan sebagai referansi bagi calon guru maupun guru dalam pengajaran sastra di sekolah.
BAB II PEMBAHASAN
Kalau kita mendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtunan bunyi bahasa yang terus menerus.runtunan bunyi bahasa ini dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkatan-tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan hentian-hentian atau jeda yang terdapat dalam runtunan bunyi tersebut.
Siliabel merupakan satuan runtunan bunyi yang ditandai dengan satu satuan bunyi yang paling nyaring, yang dapat disertai atau tidak oleh sebuah bunyi lain di depannya, di belakangnya, atau sekaligus di depan dan di belakangnya. Adanya puncak kenyaringan atau sonoritas inilah yang menandai siliabel itu. Puncak kenyaringan itu biasanya ditandai dengan sebuah bunyi vokal.
Bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa ini disebut fonologi. Menurut hirarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya, fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik.
2.1 Fonetik
Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Kemudian, menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, dibedakan menjadi adanya tiga jenis fonetik, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris.
Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi diklasifikasikan. Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam. Bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getarannya, amplitudonya, intensitasnya, dan timbrenya. Sedangkan fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita.
2.1.1 Alat Ucap
Nama-nama alat ucap atau alat yang terlibat dalam produksi bunyi bahasa adalah sebagai berikut :
paru – paru
batang tnggorok
pangkal tenggorok
pita suara
krikoid
tiroid atau lekum
aritenoid
dinding rongga kerongkongan
epiglottis
akar lidah
pangkal lidah
tengah ldah
daun lidah
ujug lidah
anak tekak
langit-langit lunak
langit-langit keras
gusi, lengkung kaki gigi
gigi atas
gigi bawah
bibir atas
bibir bawah mulut
rongga mulut
rongga hidung
Bunyi-bunyi yang terjadi pada alat-alat ucap itu biasanya diberi nama sesuai dengan nama alat ucap itu. Nama-nama tersebut adalah ;
pangkal tenggorok – laringal
rongga kerongkongan – faringal
pangkal lidah – dorsal
tengah lidah – medial
daun lidah – laminal
ujung lidah – apikal
anak tekak – uvular
langit-langit lunak – velar
langit-langit keras – palatal
gusi – alveolar
gigi – dental
bibir – labial
2.1.2 Proses Fonasi
Terjadinya bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan proses pemopaan udara keluar dari paru-paru melalui pangkal tenggorok ke pangkal tenggorok yang didalamnya terdapat pita suara. Berkenaan dengan hamabatan pada pita suara ini perlu dijelaskan ada 4 macam posisi pita suara yaitu
pita suara terbuka lebar
pita suara terbuka agak lebar
pita suara terbuka sedikit
pita suara tertuup rapat-rapat
Jika pita suara terbuka lebar maka tidak akan terjadi bunyi bahasa. Jika pita suara terbuka agak lebar maka akan terjadi bunyi ahasayang disebut bunyi tak bersuara (voiceless). Kalau pita suara terbuka sedikit maka akan terjadilah bunyi bahasa yang disebut bunyi bersara(voice). Jika pita suara tertutup rapat maka akan terjadilah bunyi hamzah atau glotal stop.
Jika pita suara terbuka lebar berarti tidak ada hambatan apa-apa, maka berarti juga tidak ada bunyi yang dhasilkan. Posisi terbuka agak lebar akan menghasilkan bunyi-bunyi tak bersuara apabila arus udara diteruskan ke rongga mulut atau rongga hidung. Posisi terbuka sedikit akan menghasilkan bunyi bersuara apabila arus udara diteruskan ke rongga mulut atau rongga hidung. Sedangkan posisi pita suara menutup sama sekali langsung menghasilkan bunyi hamzah atau bunyi glottal.
Tempat bunyi bahasa terjadi atau dihasilkan disebut tempat artikulasi. Proses terjadinya disebut proses artikulasi. Dan alat-alat yangdigunakan disebut artikulator. Dalam proses artikulasi ini biasanya terlibat dua macam articulator yaitu articulator aktif dan pasif.
Ø Articulator aktif ; alat ucap yang bergerak dan digerakkan.
Misalnya : bubur bawah, ujung lidah, dan daun lidah
Ø Articulator pasif : alat ucap yang tidak dapat bergerak atau yang didekati oleh articulator aktif.
Misalnya : bibier atas, gigi atas, langit-langit keras
Keadaan, cara atau posisi bertemunya articulator aktif dan artkulator pasif disebut striktur. Dalam berbagai bahasa dijumpai bunyi ganda. Artinya ada dua bunyi yang lahir dalam dua proses artikulasi yang berangkaian.
2.1.3 Tulisan Fonetik
Dalam studi linguistik dikenal adanya beberapa macam system tulisan dan ejaan, diantaranya:
1. tulisan fonetik untuk ejaan fonetik
2. tulisan fonemis untuk ejaan fonemis
3. system aksara tertentu untuk ejaan ortografis
Dalam studi linguistic dikenal dengan adanya tulisan fonetik dari International Phonetic Alphabet (IPA).
Dalam tulisan fonetik setiap bunyi baik yang segmental maupun yang suprasegmental dilambangkan secara akurat. Artinya, setiap bunyi mempunyai lambang-lambangnya sendiri, meskipun perbedaanya hanya sedikit, tetapi dalam tulisan fonemik haya perbedaan bunyi yang distingtif saja yakni yang membedakan makna, yang dibedakan lambangnya.
2.1.4 Klasifikasi Bunyi
Bunyi bahasa dibedakan atas:
1. vocal
2. konsonan.
Bunyi vocal dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. Pita suara yang terbuka sedikit menjadi bergetar ketika dilalui arus udara yang dipompakan dari paru-paru. Arus udara itu keluar melalui rongga mulut tanpa hambatan bunyi konsonan terjadi setelah arus udara melewati pita suara yang terbuka sedikit atau agak lebar diteruskan dirongga mulut atau rongga hidung dengan mendapat hambatan ditempa-tempat artikulasi tertentu.
2.1.4.1 Bunyi Vokal
Bunyi vocal biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah biasa bersifat vertical dan horizontal.
Secara vertical dibedakan adanya :
1. vocal tinggi, misalnya, bunyi {i} dan {u}.
2. vocal tengah, misalnya, bunyi [e] .
3. vocal rendah, misalnya , bunyi [a]
Secara horizontal dibedakan :
1. Vokal depan. Misalnya, bunyi [I dan [e]
2. Vokal pusat, misalnya bunyi [∂]
3. Vocal belakang, misalnya bunyi [u] dan [o]
Menurut bentuk mulut dibedakan :
1. Vocal bundar misalnya, vocal [o] dan [u]
2. Vocal tak bundar misalnya, vocal [i] dan [e]
Berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut itulah kemudian kita memberi nama akan vocal-vokal itu, misalnya :
[i] adalah vokal depan tinggi tak bundar
[e] adalah vkal depan tengah tak bundar
[∂] adalah vocal pusat tengah tak undar
[o] adalah vokal belakang tngah bundar
[a] adalah vocal pusat rendah tak bundar
2.1.4.2 diftong atau vocal rangkap
ü Disebut diftong atau vocal rangkap karena posisi lidah etika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama.
Contoh diftong daam bahasa Indonesia adalah [au] pada kerbau.
Diftong sering dibedakan berdasarkan letak atau posisi unsur-unsurnya sehingga dibedakan adanya:
1. diftong naik
2. diftong turun.
ü Diftong naik karena bunyi pertama posisinya lebih rendah dari posisis bunyi yang kedua.
ü Diftong turun karena posisibuyi pertama lebih tiggi dari posisi yang kedua.
2.1.4.3 Klasifikasi konsonan
Bunyi-bunyi konsonan biasanya dibedakan berdasarkan 3 patokan yaitu posisi pita suara, tempat artikulasi, cara artikulasi
Berdasarkan tempat artikulasi ;
1. bilabial yaitu konsoan yang terjadi pada kedua belah bibir atas. Contoh. Bunyi [b],[p],[m]. b] dan [p] adalah bunyi oral yaitu dikelarkan melalui rongga mulut, dan bunyi [m ] adalah bunyi nasal yatu bunyi yang dikeluarkan melalui rongga hidung.
2. labiodental yakni konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir atas. Contoh, bunyi [f] dan [v]
3. aminoalveolar yakni konsonan yang terjadi pada daun lidah dn gusi. Contohya, bunyi [t] da [d]
4. dorsvelar yakni konsonan yang terjad pada pangkal lidah dan velum. Contohnya, bunyi [k] dan [g]
berdasarkan cara artikulasinya dibedakan atas :
1. hambat, contohnya, bunyi [p] [b] [t] [d] [k] [g]
2. geseran , contohnya bunyi [f] [s] [z]
3. paduan, contohya, bunyi [c] [j]
4. senggauan, contohnya, bunyi [m] [n] [ŋ]
5. getaran, contohnya, bunyi [r]
6. sampingan , contohnya, bunyi [l]
7. hampiran, contohnya, [w] [y]
2.1.5 Unsur Suprasegmental
Dalam arus ujaran ada bunyi yang dapat disegmentasikan sehigga disebut bunyi segmental, tetapi yang berkenaan dengan keras lembut, panjang pendek, dan jeda bunyi tidak dapat disegmentasikan. Dalam studi bunyi mengenai bunyi atau unsure suprasegmental itu biasanya dibedakan pula atas sebagai berikut
Tekanan atau stress
Tekanan menyangkut masalah keras lunaknya bunyi. Tekanan ini mungkin terjadi secara soradis, mungkin juga telah berpola,mungkin bersifat distingtif, dapat membedakan makna, mungkin tidak distingtif.
Nada atau Pitch
Nada berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Nada dalam bahasa-bahasa tertentu bisa bersifat fonemis maupun morfemis. Dalam bahasa tonal biasanya dikenal dengan adanya lima macam nada, yaitu :
1.nada naik atau meninggi[ /]
2.nada datar [―]
3.nada turun [\]
4.nada turun naik [\/]
5.nada naik turun [/\]
nada yang menyertai bunyi segmental di dalam kalimat disebut intonasi. Dalam hal ini biasanya dibedakan menjadi 4 macam nada ;
1.nada yang paling tinggi [4]
2.nada tinggi [3]
3.nada sedang [2]
4.nada rendah [1]
Jeda atau persendian
Jeda atau persendian berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujar persambungan antara segmen yang satudengan yang lain.dibedakan:
1. Sendi dalam menunjukkan batas antara satu silabel deengan silabel yang lain
2. Sendi luar menunjukkan batas yang lebih bsar dari segmen silabel.
silabel
ü Silabel adalah satuan ritms terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtutan bunyi ujaran
ü Onset adalah bunyi pertama pada sebua silabel, seperti bunyi [s] pada kata sampah.
ü Koda adalah bunyi akhir paa sebuah silabel seperti bunyi [n] pada kata paman.
2.2 Fonemik
Objek penelitian fonetik adalah fon, yaitu bunyi bahasa yang mengandung bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna kata atau tidak.
Objek penelitian fonemik adalah fonem yakni buyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.
2.2.1 Identitas Fonem
Bunyi bisa disebut fonem apabila satuan bahasanya memiliki beda makna. Fonem dari sebuah bahasa ada yang mempunyai beban fungsional tinggi dan rendah. Dikatakaan bebab fungsional tinggi apabila banya ditemui pasangan mnimal yang mengandung fonem tersebut.
2.2.2 alofon
Bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah fonem disebut alofon. Alofon- alofon dari seuah fonem memiliki kemirian fonetis. Artinya banyak mempunyai kesamaan dalam pengucapannya. Tentang distribusinya mungkin bersifat komplementer mungkin juga bersifat bebas.
1. Distribusi komplementer adalah distribusi yang tempatnya tidak bisa dipertukarkan.
2. Distribusi bebas adalaah bahwa alofon-alofon itu boleh igunakan tanpaa persyaratan lingkungan bunyi tertentu.
2.2.3 Klasifikasi fonem
Kriteria dan prosedur klasifikasi fonem sama dengan klasifikasi bunyi dan unsur suprasegmental. Fonem-fonem yang berupa bunyi yang didapat sebagai hasil segmentasi terhadaap arus ujaran disebut fonem segmental.
Fonem yang berupa unsure suprasegmental dsebut fonem suprasegmental atau fonem nonsegmental.
2.2.4 Khazanah Fonem
Khazanah fonem adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam satu bahasa. Berapa jumlah fonem yang dimiliki suatu bahasa tidak sama jumlahnya dengan yang dimiliki bahasa lain.
2.2.5 Perubahan Fonem
2.2.5.1 Asimilasi dan Disimilasi
Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagaiakibat dari bunyi yang ada di lingkungannya sehingga bunyi itu menjadi sama. Contoh, sabtu dalam bahasa Indonesia lazim diucapkan [saptu]
ü Asimilasi fonemis adalah perubahan yang menyebabkan berubahnya identitas sebuah fonem.
ü Asimilasi fonetis adalah perubahan yang tidak menyebabkan berubahnya identitas sebuah fonem.
Asimilasi dibedakan menjadi 3 :
1. Asimilasi Progresif : bunyi yang diubah terletak dibelakang bunyi yang mempengaruhinya.
2. Asimilasi Regresif : Bunyi yang diubah itu terletak dimuka bunyi yang mempengaruhinya
3. Asimilasi Resiprokal : Perubahan itu terjadi pada kedua bunyi yang saling mempengaruhi.
Disasimilasi adalah peristiwa perebahan yang menyebabkan dua buah fonem yang sama menjadi berbeda.
2.2.5.2 Netralisasi dan Arkifonem
ü Contoh hasil netralisasi, adanya bunyi [t] pada posisi akhir kata yang dieja hard.
ü Contoh hasil arkifonem, fonem [d] pada kata hard yang bias berwujud [t] dan [d]
2.2.5.3 Umlaut, Ablaut, dan Harmoni Vocal
ü Umlaut adalah perubahan vocal sedemikian rupa sehingga vocal itu diubah menjadi vocal yang lebih tinggi sebagai akibat dari vocal yang berikutnya yang tinggi.
ü Ablaut adalah perubahan vocal yang kita temukan dalam bahasa-bahasa Indo-Jerman untuk menandai pelbagai fungsi gramatikal.
ü Harmoni vocal adalah perubahan bunyi.
2.2.5.4 Kontraksi
Kontraksi adalah suatu pemendekan yang dapat berupa hilangnya sebuah fonem atau lebih
2.2.5.5 Metatesis dan Epentesis
1. Metatesis merupakan proses mengubah urutan fonem yang terdapat dalam suatu kata.
2. Epentesis adalah sebuah fonem tertentu disisipkan kedalam sebuah kata.
2.2.6 Fonem dan Grafem
Fonem adalah satuan bunyi bahasa tewrkecil yang fungsional ataua dapat membedakan makna kata.
BAB III PENUTUP
a. Simpulan
Fonetik adalah bifang linguistic yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Menurut urutan jenisnya fonetik dibagi menjadi tiga, yaitu: Fonetik Artikulatoratis, disebut juga fonetik organis atau fisiologis yaitu mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklarifikasikan. Fonetik Akustik, yaitu mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisik atau fenomena alam, bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getarannya, intensitasnya dan timbrenya. Fonetik Auditoris, yang mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita. Dan dari ketiga jenis fonetik ini yang palimg dominan dalam dunia linguistic adalah Fonetik Artikulatoratis, sedangkan Fonetik Auditoris lebih dengan bidang kedokteran, yaitu neurology, dan Fonetik Akustik lebih berkenaan dengan fisika.
Objek penelitian fonetik adalah fon, yaitu bunyi bahasa yang pada umumnya tanpa memperlihatkan apakah bunyi tersebut itu mempunyai fungsi sebagai pembeda makna kata atau tidak, sebaliknya objek penelitian fonemik adalah fonem, yaitu bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.
b. Saran
Untuk mengetahui apakah bunyi fonem atau bukan, kita harus mencari sebuah satuan bahasa, biasanya sebuah kata, yang mengandung bunyi tersebut lalu membandingkan dengan satuan bahasa yang pertama, kalau ternyata kedua satuan bahasa tersebut berbeda maknanya, maka benar bunyi tersebut adalah sebuah fonem, karena ia bisa atau berfungsi membedakan makna kedua satuan bahasa itu.
DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia.
Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka Jaya.
Keraf, Gorys, Dr. 1991. Tata Bahasa Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Atas. Flores: Nusa Indah.
Sabariyanto, Dirgo.1999. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Marsono. 1999. Fonetik. Yogyakarta : UGM Press.
Verhaar, J.W.M. 2006. Asas – Asas Linguistik Umum. Yogyakarta : UGM Press.