AFIKSASI DAN MORFOFONEMIK DALAM BAHASA INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Afiks atau gabungan dalam bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat penting karena dengan adanya imbuhan pada kata dasar dapat mengubah bentuk, fungsi, kategori, dan makna dasar atau kata yang dilekatinya itu. Afiks ada beberapa macam, yaitu prefiks (afiks yang diletakkan di awal bentuk dasar), infiks (afiks yang diletakkandi dalam bentuk dasar), sufiks (afiks yang diletakkan di belakang bentuk dasar), simulfiks, dan konfiks.
Ketika kita berbahasa, pengetahuan tentang afiks menjadi sangat penting untuk diketahui karena jika pada suatu kata diberi afiks maka kata itu akan berubah bentuk dan akan memiliki beberapa makna.
Penutur bahasa sering melakukan kesalahan berbahasa. Kesalahan yang sering dilakukan terdapat pada tataran fonologis, morfologis, sintaksis, dan kesalahan logika. Salah satu kesalahan dalam tataran morfologis adalah penggunaan kata dengan morfofonemik yang tidak sesuai dengan kaidah yang ditetapkan.
Permasalahan dalam morfofonemik cukup bervariasi, pertemuan antara morfem dasar dengan berbagai afiks sering menimbulkan variasi yang membingungkan para penutur bahasa. Penutur bahasa sering bingung bagaimanakah pembentukan kata yang seseuai dengan kaidah morfologi. Adanya kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan proses morfofonemik lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Padahal, kecermatan berbahasa sangat diperlukan karena menunjukkan kecintaan kita terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. Oleh karena itu, kaidah-kaidah morfofonemik bahasa Indonesia penting untuk dipelajari agar kesalahan berbahasa dapat diminimalisasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang makalah di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan afiksasi?
2. Apa sajakah jenis-jenis afikasi serta bagaimana penjabarannya?
3. Apakah yang dimaksud dengan morfofonemik?
4. Apa sajakah jenis perubahan bunyi?
5. Bagaimanakah morfofonemik dalam pembentukan kata bahasa indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penyusunan makalah ini sebagai berikut.
1. Memahamipengertian afiksasi.
2. Memahami jenis-jenis afikasi serta penjabarannya.
3. Memahami pengertian morfofonemik.
4. Memahami jenis perubahan bunyi.
5. Memahami morfofonemik dalam pembentukan kata bahasa indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Afiksasi
Achmad dan Abdullah (2012: 63) menyatakan bahwa afiksasi adalah proses penambahan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Menurut Zaenal dan Junaiyah (2007: 9) afiksasi adalah proses morfologis yang mengubah sebuah leksem menjadi kata setelah mendapat afiks. Jadi, afiksasi merupakan suatu proses penambahan imbuhan baik di awal, tengah, awal dan akhir , dan akhir pada bentuk dasar.
Pengafiksasian dapat dilakukan melalui empat cara, yaitu: (1) pengafiksasian pada awal bentuk dasar yang disebut prefiks atau awalan; (2) pengafiksasian pada tengah bentuk dasar yang disebut sisipan; (3) pengafiksasian pada akhir bentuk dasar yang disebut sufiks atau akhiran; dan (4) pengafiksasian pada awal dan akhir bentuk dasar yang disebut silmufiks dan konfiks atau gabungan.Afiks atau gabungan dalam bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat penting sebab dengan adanya imbuhan pada kata dasar dapat mengubah bentuk, fungsi, kategori, dan makna dasar atau kata yang dilekatinya itu.
2.2 Jenis-jenis Afiks
Ada beberapa jenis afiks yang sebelumnya sudah disebutkan, diantaranya:
2.2.1 Prefiks
Prefiks merupakan afiks yang diletakan di muka bentuk dasar (ahmad dan Abdullah, 2012: 63). Diletakkan di muka bentuk dasar maksudnya imbuhan ini terdapat di awal bentuk dasarnya. Jika prefiks ini diletakkan di bentuk dasar, maka akan terjadi perubahan bentuk, fungsi, kategori, dan makna. Menuliskannya tidak sembarangan karena adanya ketentuan yang harus diperhatikan.Ramlan (1987: 107)mengemukakan berbagai macam prefiks dalam bahasa Indonesia, diantaranya meN-, ber-, di-, ter-, pen-, pe-, se-, per-,ke-, maha-, dan para- yang akan dijelaskan pada bagian berikut.
a. Prefiks men-
Semua kata yang berprefiks meN- (me- bunyi nasal) termasuk katagori verba karena itu, prefiks meN- hanya mempunyai satu fungsi, yaitu pembentuk verba.Verba di sini maksudnya ialah kata yang pada tataran klausa mempunyai kecenderungan menduduki fungsi predikat, dan pada tataran frase dapat dinegatifkan dengan kata tidak. Misalnya, kata mencangkul yang menduduki fungsi predikat dalam klausa ini yaitu “ Petanimencangkuldi sawah”. Sedangkan pada tataran frase dapat dinegatifkan menjadi tidak mencangkul.
Sebagian besar berprefiks meN- termasuk golongan verba. Ada yang termasuk golongan verba transitif, yaitu verba yang dapat diikuti kata lain sebagai objeknya. Contohnya, membaca, memasak, dan mengikat, yang bentuk dasar verba baca, masak, dan ikat. Ada pula yang termasuk golongan verbaintransitif, yaitu kata kerja yang tidak dapat diikuti kata lain sebagai objeknya.
Ada beberapa perubahan makna karena prefiks meN- bertemu dengan kata dasarnya, antara lain:
1) Jika bentuk dasarnya berkategori verba, prefiks meN- menyatakan makna ‘suatu perbuatan yang aktif lagi transitif’. Artinya, perbuatan itu dilakukan oleh pelaku yang menduduki fungsi subjek dan menuntut hadirnya objek. Contonya, pada kata merebus, memanggang, mengangkat, memanggil, mengikat,dan memasak yang bentuk dasar verba rebus, panggang, angkat, panggil, ikat, dan masak.
2) Jika bentuk dasarnya berkategori adjektiva, prefiks meN- menyatakan makna ‘proses’. Contohnya, meluas (menjadi luas), memburuk (menjadi buruk), mengecil (menjadi kecil), dan meninggi (menjadi tinggi), yang berbentuk dasar luas, buruk, kecil, dan tinggi.
3) Jika bentuk dasarnya berkategori nomina, prefiks meN- menyatakan berbagai macam makna, seperti memakai apa yang tersebut pada bentuk dasar, menjadi seperti yang tersebut pada bentuk dasar, menuju ketempat yang tersebut pada kata dasar, membuat apa yang tersebut pada kata dasar, dan lainnya. Contohnya, menyapu (memakai sapu), melaut (menuju ke laut), membatu (menjadi seperti batu), mengunci(memakai kunci), dan mendarat (menuju ke darat), menggulai (membuat gulai), dan sebagainya.
Akibat pertemuan prefiks meN- dengan bentuk dasarnya selain dapat menimbulkan berbagai macam makna, juga menimbulkan berbagai macam perubahan bentuk.Perubahan itu sangat bergantung pada fonem awal bentuk dasarnya. Ada beberapa perubahan yang sering kita temui, antara lain:
1) Prefiks meN- berubah menjadi me- jika melekat pada bentuk dasar yang berfonem atau berhuruf awal /l/, /m/, /ny/, /ng/, /r/, /y/, dan /w/. Perubahan ini terdapat kata-kata, seperti melangkah, memasak, menyanyi, dan mengantuk.
2) Prefiks meN- berubah menjadi men- jika pada bentuk dasar yang berfonem awal /c/, /d/, dan /t/. Contohnya, perubahan yang terjadi pada kata mencaci, mencari, mencela, mendorong, mendapat, dan menarik yang terbentuk dari kata dasar caci, cari, cela, dorong, dapat, dan tarik.
3) Prefiks meN- berubah menjadi mem- jika melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal /b/, /f/, /p/, dan /v/. Perubahan ini misalnya terdapat pada kata-kata membisu, membajak, membordir, memfasilitasi, memotong, dan memvonis yang terbentuk dari kata dasar bisu, bajak, bordir, fasilitasi, dan vonis.
4) Prefiks meN- berubah menjadi meny- jika melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal /s/, seperti menyiram, menyikat, dan menyelam yang terbentuk dari kata dasar siram, sikap, dan selam.
5) Prefiks meN- berubah menjadi meng- jika melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal /g/, /h/, /k/, /kh/, /x/, dan vocal (a, i, u, e, o), perubahan ini misalnya menggeser, menggambar, menghajar, menghasut, mengklarifikasi, mengaduk, mengisi, mengulas, mengomel, dan mengobral, yang terbentuk dari kata dasar geser, gambar, hajar, hasut, klarifikasi, aduk, isi, ulas, omel, dan obral.
6) Prefiks meN- berubah menjadi menge- jika melekat pada bentuk dasar yang bersilabi tunggal. Contohnya, mengelas, mengebor, dan mengecat, yang terbentuk dari kata dasar las, bor, dan cat.
b. Prefiks ber-
Prefiks ber- mempunyai fungsi tunggal sebagai pembentuk verba sama seperti prefiks meN-, semua kata yang berprefiks ber- termasuk kategori verba. Akibat pertemuan prefiks ber- dengan bentuk dasarnya maka akan menghasilkan berbagai macam makna. Ada beberapa macam makna yang dijumpai akibat pertemuan prefiks ber- dengan bentunya yang dikemukakan oleh Ramlan (1987: 114—116), antara lain:
1) Jika bentuk dasarnya berkategori verba, prefiks ber-menyatakan makna ‘suatu perbuatan yang aktif yang dilakukan oleh pelaku yang menduduki fungsi subjek’. Misalnya, berbisik, berjalan, berlari, berdansa, dan berkelana yang berbentuk verba bisik, jalan, lari, dansa, dan kelana.
2) Jika bentuk dasarnya berkategori adjektiva, prefiks ber- menyatakan makna ‘dalam keadaan’ yang disebutkan pada kata dasarnya atau makna statif. Misalnya, berduka, bertakwa, dan bersabar, yang berbentuk dasar duka, takwa, dan sabar.
3) Jika bentuk dasarnya berkategori nomina, prefiks ber- mempunyai beberapa kemungkinan makna. Misalnya, memakai apa yang disebutkan pada kata dasar, mengendarai apa yang disebutkan pada kata dasar, mengeluarkan apa yang disebutkan pada kata dasar, dan masih banyak kemungkinan lainnya. Contohnya,berdasi (memakai dasi), bersepeda (menaiki sepeda), berseragam (memakai seragam), dan berkaca (memakai kaca), yang bentuk dasarnya sepeda, seragam, dan kaca. Selain menyatakan makna yang disebutkan di awal prefiks ber- mungkin juga menyatakan makna ‘mempunyai apa yang tersebut pada bentuk dasar’, contohnya berwibawa (mempunyai wibawa).
4) Jika bentuk dasarnya berkategori bilangan, prefiks ber- menyatakan makna ‘kumpulan yang terdiri atas jumlah yang disebutkan pada bentuk dasarnya’. Misalnya, berlima, bertiga, dan bertujuh, yang berbentuk dasar lima, tiga, dan tujuh. Akan tetapi, khusus kata ‘bersatu’ yang berbentuk dasar ‘satu’, prefiks ber- menyatakan makna ‘menjadi satu’.
Akibat pertemuan prefiks ber- dengan bentuk dasarnya selain dapat menimbulkan berbagai macam makna, juga menimbulkan berbagai macam perubahan bentuk.Perubahan itu sangat bergantung pada fonem awal bentuk dasarnya. Zaenal dan Junaiyah (2007: 17) mengemukakan ada beberapa perubahan yang sering kita temui, antara lain:
1. Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan fonem /r/. Sebagaimana afiks per-, dalam proses afiksasi ber- terjadi penghilangan fonem /r/ pada prefiks ber-. Dengan demikian, hanya ada satu /r/ saja, misalnya beransel, berupa, berenang, dan berendam.
2. Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/. Misalnya,
1) Ber- + kerja –> bekerja
2) Ber- + serta –> beserta
3) Ber + pergi + an –> bepergian
c. Prefiks di-
Bentuk dasar kata berprefiksdi- sebagian besar berupa pokok kata. Kata-kata dicinta, disayang, yang sebenarnya berasal dari dicintai, disayangi mengikat bentuk aktifnya yaitu mencintai dan menyayangi, yang tidak berupa pokok kata, misalnya dicangkul, digunting, dan dinilai, berbentuk dasar kata nominal, yaitu cangkul, gunting, dan nilai.
Prefiks di- hanya memiliki satu fungsi, yaitu membentuk verba pasif, berbeda dengan prefiks meN- yang mempunyai fungsi membentuk verba aktif.Contohnya, dilarikan – melarikan, didorong – mendorong, dan lainnya.Sedangkan, maknanya ialah menyatakan suatu perbuatan yang pasif.
d. Prefiks ter-
Sama dengan prefiks di-, prefiks ter- juga mempunyai fungsi membentuk verba pasif, misalnya tertinggal, terbunuh, tersusun, terbakar, dan sebagainya.Hanya, perlu dikemukakan bahwa tidak semua kata berprefiks ter- termasuk golongan verba pasif, misalnya terbangun, tertidur, tersenyum, dan lainnya.Kata-kata ini termasuk golongan verba intransitif. Ada juga kata berprefiks ter- yang mungkin termasuk golongan verbapasif dan mungkin pula termasuk golongan verba intransitif. Misalnya, verba‘terinjak’ dalam kalimat, “ Martin terinjak paku” kata ‘terinjak’ termasuk golongan verba intransitif, sedangkan pada kalimat “Paku itu terinjak Martin” merupakan verba pasif. Disamping itu, ada juga kata berprefiks ter- yang termasuk golongan adjektifa, misalnya tertinggi, tergendut, terkecil, tercantik, dan lainnya.
Akibat pertemuan prefiks ber- dengan bentuk dasarnya maka akan menghasilkan berbagai macam makna. Ada beberapa macam makna yang dijumpai akibat pertemuan prefiks ber- dengan bentunya yang dikemukakan oleh Ramlan (1987: 120—121) , antara lain:
1. Menyatakan makna aspek perfektif. Supaya makna tersebut jelas maksudnya, contohnya:
a) Kebutuhan manusia terbagi menjadi 3, yaitu kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
b) Pintu itu tertutup dengan rapat.
c) Kakiku terjepit pintu.
Kata ‘terbagi’ dalam kalimat tersebut mempunyai makna ‘sudah terbagi’, kata ‘tertutup’ maknanya ‘sudah tertutup’, dan kata ‘terjepit’ maknanya ‘sudah terjepit’.
2. Prefiks ter- menyatakan makna ‘ketidaksengajaan’. Jika dibandingkan kata terbawa dalam kalimat bukumu terbawa dia dengan kata dibawa pada kalimat bukumu dibawa dia. Maka akan jelas bahwa kata terbawa menyatakan ketidaksengajaan.
3. Prefiks ter- menyatakan makna ‘ketiba-tibaan’. Contohnya kata teringat pada kalimat aku teringat saat dia memberikan bunga dengan kata aku ingat saat dia memberikan bunga. Demikian juga pada kata terjatuh, terbangun, tertidur, dan lainnya.
4. Prefikster- menyatakan makna “kemungkinan”. Prefikster- yang menyatakan makna ini pada umumnya didahulu kata negativetidak atau tak. Misalkan:
tidak ternilai : ‘tidak dapat dinilai’
tidak terbaca : ‘tidak dapat dibaca’
tak terlihat : ‘tidak dapat dilihat’
tak terasa : ‘tidak dapat dirasa’
5. Apabila bentuk dasarnya berupa adjektifa, prefixter- menyatakan makna ‘paling’. Misalkan:
terbaik : ‘paling baik’
tercepat : ‘paling cepat’
terkuat : ‘paling kuat’
6. Dalam lingkungan pengadilan terdapat istilah yang berupa kata-kata berprefikster-, kata-kata sebagai istilah lingkungan pengadilan termasuk golongan kata nomina. Hal itu terlihat jelas dari kalimat-kalimat:
Terdakwa didakwa menggunakan uang Negara.
Tertuduh dituduh menggunakan uang Negara.
Hakim menemui tersangka.
Adanya kata-kata berprefikster- yang termasuk golongan kata nomina seperti kata-kata tersebut mungkin sekali karena hilangnya kata si yang seharusnya terletak dimuka kata-kata itu:
si terdakwa → terdakwa
si tertuduh → tertuduh
si tersangka → tersangka
e. Prefiks peN-
Kata berprefiks peN- termasuk kadalam kata nomina. Bentuk dasar kata berafiks peN- bermacam-macam. Ada yang berupa pokok kata, dalam hal ini, kata berafiks peN- mempunyai pertalian dengan kata berafiks me-, misalkan:
pembaca : berkaitan dengan membaca
penulis : berkaitan dengan menulis
pengarang : berkaitan dengan mengarang
Ada yang berupa adjektifa, misalkan:
Pemarah ← marah
Penyabar ← sabar
Penakut ← takut
Diantara kata yang berprefikspeN- yang bentuk dasarnya berupa sifat ada yang memiliki pertalian dengan kata kerja berprefiksmen-, ialah kata kerja berprefiks men- yang bentuk dasarnya berprefiks–kan. Misalnya:
pemanas : bertalian dengan memanaskan
penghalus : bertalian dengan menghaluskan
perusak : bertalian dengan merusakkan
PrefikspeN- mempunyai berbagai makna yang dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Apabila bentuk dasarnya berupa pokok kata, pefikspeN- menyatakan makna ‘yang (pekerjaannya) melakukan perbuatan yang disebutkan pada bentuk dasar’. Misalnya:
pambaca : ‘yang (pekerjaanya) membaca’
penulis : ‘yang (pekerjaanya) menulis’
pengarang : ‘yang (pekerjaanya) mengarang’
2. PefikspeN- mungkin juga menyatakan makna ‘alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan pada bentuk dasar’. Misalnya:
pemancar : ‘alat untuk memancar’
pemotong : ‘alat untuk memotong’
penjahit : ‘alat untuk menjahit’
3. Apabila bentuk dasarnya berupa kata sifat, pefikspeN- menyatakan makna ‘yang memiliki sifat pada bentuk dasarnya’. Misalnya:
pemarah : ‘yang memiliki sifat marah’
penyabar : ‘yang memiliki sifat sabar’
penakut : ‘yang memiliki sifat takut’
4. Apabila bentuk dasarnya berupa kata sifat, pefikspeN- mungkin juga menyatakan makna ‘yang menyebabkan adanya sifat pada bentuk dasar’. Misalnya:
perusak : ‘yang menyebabkan menjadi rusak : yang merusakkan’
pendingin : ‘yang menyebabkan menjadi dingin : yang mendinginkan’
pemanas : ‘yang menyebabkan menjadi panas : yang memanaskan’
5. Apabila bentuk dasarnya berupa kata nomina, pefikspeN- menyatakan makna ‘yang (pekerjaannya) melakukan perbuatan berhubungan dengan benda pada bentuk dasarnya’. Misalnya:
pelaut : ‘yang (pekerjaanya) melakukan pekerjaan dilaut’
penyiar : ‘yang (pekerjaanya) melakukan siaran’
f. Prefikspe-
Prefiks pe- kadang-kadang sukar dibedakan dengan prefiks peN- karena pada suatu kondisi prefiks peN- mungkin kehilangan N-nya. Dalam hal ini dapat dipakai suatu petunjuk bahwa afiks peN- pada umumnya bertalian dengan kata kerja berprefiks men-, sedangkan prefiks pe- pada umumnya bertalian dengan kata kerja berprefiks ber-:
penulis : bertalian dengan menulis
pembaca : bertalian dengan membaca
pengarang : bertalian dengan mengarang
sedangkan
petani ; bertalian dengan bertani
pedagang : bertalian dengan berdagang
pekerja : bertalian dengan bekerja
Afiks pe- hanya mempunyai satu fungsi, ialah sebagai pembentuk nomina dan pada umumnya menyatakan makna ‘yang bisa/pekerjaannya/gemar melakukan pekerjaan pada bentuk dasar’. Misalnya:
petani : ‘yang bisa/pekerjaannya/gemar bertani’
pedagang : ‘yang bisa/pekerjaannya/gemar berdagang’
petenis : ‘yang bisa/pekerjaannya/gemar bertenis’
g. Prefiks per-
Ada dua jenis prefiks per-, yaitu prefiks per yang berfungsi membentuk kata nomina dan prefiks per- yang tidak berfungsi membentuk kata melainkan berfungsi membentuk pokok kata.Prefiks per- yang berfungsi membentuk kata nomina termasuk prefiks yang tidak produktif.Prefiks ini hanya terdapat pada kata pelajar.Prefiks per- mengalami proses morfofonemik menjadi pel-.
Pe + ajar → pelajar
Bentuk dasar prefiksper- yang berfungsi membentuk pokok kata mungkin berupa adjektifa, misalnya:
cantik → percantik
lebar → perlebar
tinggi → pertinggi
berupanumeralia, misalnya:
satu → persatu
dua → perdua
tiga → pertiga
berupa nomina, misalnya:
isteri → peristeri
budak → perbudak
berupa kata pokok, misalnya:
juangkan → perjuangkan
hitungkan → perhitungkan
Prefiksper- hanya mempunyai satu makna, ialah menyatakan ‘kausatif’. Apaila bentuk dasarnya berupa kata sifat kausatif itu berarti ‘membuat jadi lebih pada bentuk dasar’.Apabila bentuk dasarnya berupa kata bilangan, kausatif itu berarti ‘membuat jadi pada bentuk dasarnya’.Apabila bentuk dasarnya berupa kata nomina, kausatif itu berarti ‘membuat jadi atau menganggap sebagai apa yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya:
percantik : membuat jadi lebih cantik
perlebar : membuat jadi lebih lebar
perbudak : membuat sebagai budak, menganggap sebagai budak
Zaenal dan junaiyah (2007: 18) mengemukakan bahwa akibat pertemuan prefiks per- dengan bentuk dasarnya selain dapat menimbulkan berbagai macam makna, juga menimbulkan berbagai macam perubahan bentuk.Perubahan itu sangat bergantung pada fonem awal bentuk dasarnya. Ada beberapa perubahan yang sering kita temui, antara lain:
1. Prefiks per- berubah menjadi pe- apabila ditambahkan pada dasar yang dimulai fonem /r/ atau dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/. Contohnya, perasa, peraba, pekerja, peserta.
2. Prefiks per- berubah menjadi pel- apabila ditambahkan pada bentuk dasar ajar. Misalnya, per + ajariàpelajari
3. Prefiks per- tidak mengalami perubahan bentuk jika bergabung dengan dasar lain di luar kaidah 1 dan 2. Misalnya, perdalam, perluas, perhalus, perbaiki, dan lainnya.
h. Prefiks se-
Prefiksse- ada yang melekat pada bentuk dasar yang berupa kata nomina. Misalnya:
kamar → Sekamar
meja → Semeja
angkot → Seangkot
ada yang melekat pada bentuk dasar yang berupa adjektifa, misalnya:
cantik → secantik
tinggi → setinggi
malas → semalas
dan ada juga yang melekat pada golongan kata tambah, misalnya:
sudah → sesudah
lagi → selagi
belum → sebelum
Prefiksse- pada kata-kata sesampai(nya), setiba(nya), sekembali(nya) melekat pada bentuk dasar yang berupa kata nomina. Kata-kata tersebut merupakan proses nominalisasi menjadi kata nomina.
sampai
Ia tiba hari ini
berangkat
Kata-kata sampai, tiba dan berangkat termasuk golongan kata verbal, berbeda dengan kata-kata itu dalam kalimat
Sampainya
Tibanya hari ini
Berangkatnya
yang termasuk golongan kata nomina.
Akibat pertemuannya dengan bentuk dasarnya, prefiks se- mempunyai makna sebagai berikut:
1. Menyatakan makna ‘satu’, misalnya:
sehari : satu hari
sebulan : satu bulan
semeja : satu meja
2. Menyatakan makna ‘seluruh’, misalnya dalam kalimat:
Wanita se-Indonesia merayakan hari kartini.
Seisi rumah bingung dengan kelakuan ani.
Prefiks se- pada se-Indonesia dan seisi rumah menyatakan makna ‘seluruh’:
se-Indonesia : seluruh indonesia
seisi rumah : seluruh isi rumah
3. Menyatakan makna ‘sama, seperti’, misalnya:
segunung : ‘sama dengan gunung ; seperti gunung’
serumah : ‘sama dengan rumah ; seperti rumah’
setinggi (pohon kelapa) : ‘sama dengan tingginya pohon kelapa’
sepanjang (jalan) : ‘sama dengan panjangnya jalan’
demikian pula prefiks se- pada kata-kata sehebat, sekecil, sekaya, sepandai, sebanyak, sependek, sebesar, sebesar, semanis, dan sebagainya.
4. Menyatakan makna ‘setelah’, misalnya dalam kalimat:
Setibamu di sana, hendaknya engkau segera berkirim surat.
Prefiks se- pada setibamu menyatakan makna ‘setelah’.Setibamu disana berarti ‘setelah kamu tiba di sana’. Demikian pula:
sesampainya : ‘setelah ia sampai’
sepulangku : ‘setelah aku pulang’
sekembalinya : ‘setelah ia kembali’
seberangkatnya : ‘setelah ia berangkat’
i. Prefiks ke-
Morfem ke- yang termasuk dalam golongan prefiks, ialah morfem ke- seperti dalam kesatu, kedua, ketiga belas, kehendak, ketua, kekasih.Morfem ke- seperti dalam ke sana, ke rumah, ke tempat, ke toko, ke pengadilan tidak termasuk golongan prefiks, melainkan termasuk golongan kata, ialah kata depan.
Pada umumnya prefiks ke- melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan numeralia, misalnya keempat, kelima dan seterusnya.Ada juga yang melekat pada bentuk dasar yang bukan numeralia, tetapi jumlahnya sangat terbatas, sepertikehendak, ketua dan kekasih, prefikske- berfungsi membentuk kata nominal.
Prefikske- hanya mempunyai dua makna, ialah:
1. Menyatakan ‘kumpulan yang terdiri dari jumlah yang disebutkan pada bentuk dasar’, misalnya:
kedua (orang) : ‘kumpulan yang terdiri dari dua orang’
ketiga (orang) : ‘kumpulan yang terdiri dari tiga orang’
keempat (pasang) : ‘kumpulan yang terdiri dari empat pasang’
2. Menyatakan ‘urutan’, misalnya:
(bagian) ketiga
(rumah) kedelapan
(meja) keempat
j. Prefiks para-
Prefiks ini selalu pada umumnya melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan kata nominal insani.Maknanya hanya satu, yaitu menyatakan makna ‘banyak’. Misalnya:
para pemuda : ‘pemuda-pemuda’
para guru : ‘guru-guru’
para mahasiswa : ‘mahasiswa-mahasiswa’
para bidan : ‘bidan-bidan’
para siswa : ‘siswa-siswa’
k. Prefiks maha-
Prefiksmaha- pada kata-kata umumnya menyatakan makna ‘sangat’ atau ‘sifat yang lebih daripada sifat makhluk’.
Disamping itu, ada juga prefiks maha- yang terdapat pada kata nominal, ialah pada kata mahasiswa, mahaguru, maharaja, maharesi, mahadewa, dan mahadewi.Prefiksmaha- pada kata-kata tersebut pada umumnya menyatakan makna ‘besar, tertinggi’.
2.2.2 Infiks atau Sisipan
Menurut Zaenal dan Junaiyah (2007: 6) sisipan adalah imbuhan yang terletak ditengah bentuk dasar.Bahasa Indonesia memiliki empat jenis, yaitu –el-, -em-, -er-, dan –in-. Contohnya,
getar à geletar gigi à gerigi
getar à gemetar kerja à kinerja
suling à seruling tali à temali
2.2.3 Sufiks
Sufiks adalah morfem terikat yang digunakan di bagian belakang kata (Alwi dkk, 2000: 31). Berikut ini dijebarkan jenis-jenis sufiks.
a. Sufiks –kan
Sufiks–kantidak merupakan simulfiks bersama dengan prefixmen-, di-, atau ter-, sekalipun dalam pemakaian bahasa sering bersama-sama dengan ketiga prefiks itu. Jadi, kata mendudukkan, terdiri dari unsur duduk dan –kan, bukannya terdiri dari unsur men-kan dan duduk.
Sufiks–kan tidak berfungsi membentuk kata, melainkan berfungsi membentuk pokok kata. Dengan tambahan prefiks men-, di-, ter- atau dengan tambahan satuan-satuan lain seperti ku-, kau-, dan sebagainya, pokok kata itu membentuk suatau kata.Bentuk dasarnya mungkin berupa verbal, baik yang berupa verba, seperti:
melarikan à lari
menjatuhkan àjatuh
mencarikan àcari
maupun yang berupa adjektifa, misalnya:
membesarkan àbesar
mengecilkan àkecil
menyempitkan àsempit
mungkin juga berupa nominal, misalnya:
mendewakan à dewa
membudayakan àbudaya
memasyarakatkan àmasyarakat
mungkin berupa numeral, misalnya:
menyatukan àsatu
menduakan àdua
dan mungkin juga berupa pokok kata, misalnya:
membacakan àbaca
mendengarkan àdengar
membawakan àbawa
Akibat pertemuannya dengan bentuk dasarnya, sufiks–kan mempunyai beberapa makna, yang dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Menyatakan makna ‘benefaktif’, maksudnya perbuatan yang disebutkan pada bentuk dasar dilakukan untuk orang lain. Misalnya:
mencucikan : ‘mencuci (...) untuk orang lain’
menuliskan : ‘menulis (...) untuk orang lain’
membawakan : ‘membawa (...) untuk orang lain’
kita bandingkan kata membawakan dengan membawa dalam dua kalimat ini:
Ia sedang membawakan tasnya.
Ia sedang membawa tasnya.
dalam kalimat ia sedang membawakan tasnya perbuatan ‘membawakan’ itu dilakukan untuk orang lain, sedangkan perbuatan ‘membawa’ itu dilakukan bukan untuk orang lain. Bandingkan pula membelikan dengan membeli, membuatkan dengan membuat, menjahitkan dengan menjahit, menjualkan dengan menjual, mengambilkan dengan mengambil, membukakan dengan membuka.
Sufiks–kan pada kata mengecatkan, dan mengetikkan, mungkin menyatakan makna ‘benefaktif’, mungkin juga menyatakan makna ‘kausatif’. Dalam kalimat.
Ia pergi ketukang cat untuk mengecatkan sepeda Ahmad.
Ia pergi ketukang ketik untuk mengetikkan tesis.
Sufiks –kan pada kata mengecatkan, dan mengetikkanmenyatakan makna ‘kausatif’, sedangkan dalam kalimat:
Ia mengambil semir untuk mennyemirkan sepatu Ahmad.
Ia mengambil laptop untuk mengetikkan makalah Ahmad.
Sufiks –kan pada kata menyemirkan dan mengetikkan menyatakan makna ‘benefaktif’.
2. Menyatakan makna ‘kausatif’. Makna ini dapat digolongkan menjadi empat golongan, ialah:
a. Menyebabkan (...) melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya:
mendudukan : ‘menyebabkan (...) duduk’
menerbangkan : ‘menyebabkan(...) terbang’
memberangkatkan : ‘menyebabkan (...) berangkat’
memberhentikan : ‘menyebabkan (...) berhenti’
b. Menyebabkan (...) menjadi seperti yang tersebut pada bentuk dasar. Makna ini timbul sebagai akibat pertemuan prefiks–kan dengan bentuk dasar yang berupa kata sifat. Misalnya:
membetulkan : ‘menyebabkan (...) jadi betul’
menyempitkan : ‘menyebabkan (...) jadi sempit’
memajukan : ‘menyebabkan (...) jadi maju’
c. Menyebabkan (...) jadi atau menganggap (...) sebagai apa yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya:
mendewakan : ‘menganggap (...) sebagai dewa’
mengurbankan : ‘menyebabkan (...) jadi kurban’
menganaktirikan : ‘menganggap (...) sebagai anak tiri’
d. Membawa/ memasukkan (...) ke tempat yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya:
memenjarakan : ‘memasukkan (...) ke penjara’
menyeberangkan : ‘membawa (...) ke seberang’
mengandangkan : ‘memasukkan (...) ke kandang’
b. Sufiks i-
Seperti halnya sufiks –kan, sufiks –i tidak merupakan simulfiks bersama dengan afiks men-, di-, atau ter-. Sekalipun sufiks –i sering bersama-sama dengan ketiga afiks itu.Jadi, kata menduduki, misalnya, terdiri dari unsur men- dan duduki, dan selanjutnya duduki terdiri dari unsur duduk dan –i, bukannya terdiri dari unsur men-i dan duduk.
Sufiks –i tidak berfungsi membentuk kata, melainkan membentuk pokok kata. Dengan tambahan prefiks men-, di-, ter-, atau dengan tambahan ku, kau, dan sebagainya, pokok kata itu menjadi suatu kata.
Bentuk dasarnya mungkin berupa verba, misalnya:
mendatangi <- datang
menduduki <- duduk
mungkin berupa adjektifa, misalnya:
memanasi <- panas
memerahi <- merah
mengotori <- kotor
menyakiti <- sakit
mungkin berupa nominal, misalnya:
memagari <- pagar
menggambari <- gambar
menyampuli <- sampu
dan mungkin juga berupa pokok kata, misalnya:
mengambili <- ambil
memutari <- putar
menulisi <- tulis
Sufiks–i mempunyai beberapa makna yang dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Menyatakan bahwa perbuatan yang disebutkan pada bentuk dasaritu dilakukan berulang-ulang. Kalau kita bandingkan kata memukuli dengan memukul dalam kalimat:
Ia memukuli kudanya.
Ia memukul kuda.
akan jelas bahwa sufiks–i pada memukuli menyatakan bahwa ‘perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan berulang-ulang’.
Contoh lainnya, misalnya:
mengambili : ‘berulang-ulang mengambil’
mencabuti : ‘berulang-ulang mencabut’
mengguntingi : ‘berulang-ulang menggunting’
2. Menyatakan makna ‘memberi apa yang tersebut pada bentuk dasar pada ….’
Pada kata menandatangi, misalnya dalam kalimat:
Bapak kepala kantor sedang menandatangani surat.
Sufiks–i menyatakan makna memberi apa yang tersebut pada bentuk dasar, dalam hal ini tanda tangan, pada surat. Demikian pula pada kata-kata:
menggarami (sayur) : ‘memberi garam pada (sayur)’
menyampuli (buku) : ‘memberi sampul pada (buku)’
mengalasi (meja) : ‘memberi alas pada(meja)’
3. Objeknya menyatakan ‘tempat’. Kita bandingkan kata menduduki dengan mendudukan dalam kalimat ini:
Orang itu menduduki kursiku.
Orang itu mendudukan anaknya di kursiku.
kata menduduki pada kalimat di atas mempunai objek yang menyatakan makna ‘tempat’ mengingat bentuk parafrasenya, ialah orang itu duduk di kursiku, sedangkan kata mendudukkan pada kalimat di atas mempunyai obyek yang menyatakan makna ‘penderita’.
Contoh lain, misalnya:
melempari : ‘melempar ke...’
menanami : ‘menanam di...’
4. Menyatakan makna ‘kausatif’. Dalam hal ini, makna sufiks –i sejajar dengan makna sufiks–kan. Kita bandingkan, misalnya kata mengotori dengan mengotorkan dalam kalimat.
Orang itu mengotori kamar saya.
Orang itu mengotorkan kamar saya.
Bandingkan pula
Memanasi (kakinya) dengan memanaskan (kakinya)
Memerahi (bibirnya) dengan memerahkan (bibirnya)
Membasahi (keningnya) dengan membasahkan (keningnya)
c. Sufiks –an
Sufiks–an yang melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan verba, misalnya:
makanan <- makan
minuman <- minum
masukkan <- masuk
ada yang melekat pada bentk dasar yang berupa pokok kata, misalnya:
bacaan <- baca
tulisan <- tulis
cucian <- cuci
ada yang melekat pada bentuk dasar yang berupa numeral, misalnya:
50-an <- 50
ribuan <- ribu
ratusan <- ratus
jutaan <- juta
Sufiks–an hanya mempunyai satu fungsi, ialah sebagai pembentuk nominal, sedangkan makna yang dinyatakannya dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Menyatakan ‘sesuatu yang berhubungan dengan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar’. Sesuatu itu mungkin merupakan hasil perbuatan, mungkin merupakan alat, dan mungkin juga merupakan sesuatu yang biasa dikenai perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya :
timbangan : ‘alat untuk menimbang’, ‘hasil menimbang’
garisan : ‘alat untuk menggaris’
karangan : ‘hasil mengarang’
cucian : ‘hasil mencuci’,’sesuatu yang biasa dekenai perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar’.
2. sufiks–an yang menyatakan makna ‘alat untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar’ sejajar dengan pemakaian afiks peN- yang menyatakan makna ‘alat’. Misalnya, kata garisan sejajar dengan kata penggaris :
Garisan itu panjangnya 1 m.
Penggaris itu panjangnya 1 m.
3. Menyatakan makna ‘tiap-tiap’. Misalnya :
(majalah) bulanan : ‘(majalah) yang terbit tiap-tiap bulan’
(majalah) mingguan : ‘(majalah) yang terbit tiap-tiap minggu’
(catatan) harian : ‘(catatan) yang mencatat peristiwa yang terjadi tiap-tiap hari’
4. Menyatakan makna ‘satuan yang terdiri dari apa yang tersebut pada bentuk dasar’. Makna ini terdapat pada kata-kata seperti meteran, literan, ribuan, ratusan, puluhan, dan sebagainya.Misalnya dalam kalimat:
Kain itu dijual meteran.
Ia membeli minyak literan.
Pedagang itu memerlukan uang ribuan.
5. Menyatakan makna ‘beberapa’.
Kata ribuan dalam kalimat
Ribuan penduduk kehilangan tempat tinggal.
Berbeda artinya dengan kata ribuan dalam kalimat:
Pedagang itu memerlukan uang ribuan.
kata ribuan pada uang ribuan menyatakan ‘satuan’, ialah satuan uang, mungkin seribu, lima ribu, dan mungkin pula sepuluh ribu, sedangkan ribuan pada ribuan penduduk menyatakan ‘beberapa ribu’.
6. Menyatakan makna ‘sekitar’.
Afiks -an pada tahun 50-an menyatakan makna ‘sekitar’, ialah tahun 50,51,52,…59. Demikian pula :
Tahun 60-an
Tahun 70-an
d. Sufiks –wan
Sufiks –wan ada yang melekat pada bentuk dasar yang termasukgolongan kata sifat, misalnya :
suka relawan à suka rela
cendikiawan à cendikia
tetapi, sebagian besar melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan kata nominal, misalnya :
negarawan ànegara
sejarawan à sejarah
gerilyawan àgerilya
usahawan à usaha
Sufiks–wan hanya mempunyai satu fungsi, ialah sebagai pembentuk kata nominal. Makna yang dinyatakannya sebagai berikut :
1. Menyatakan ‘orang yang ahli dalam hal yang tersebut pada bentuk dasar, dan tugasnya berhubungan dengan hal yang tersebut pada bentuk dasar’. Makna ini terdapat pada afiks –wan yang melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan kata nominal. Misalnya :
negarawan : ‘orang yang ahli dalam kenegaraan dan tugasnya berhubungan dengan masalahkenegaraan’
tatabahasawan : ‘orang yang ahli dalam tatabahasa dan berkecimpung di bidang ketatabahasaan’
sejarawan: ‘orang yang ahli dalam ilmu sejarah dan berkecimpung di bidang kesejarahan’
demikian pula pada kata-kata ilmuwan, rokhaniwan, usahawan, angkasawan.
2. Menyatakan ‘orang yang memiliki sifat yang tersebut pada bentuk dasar’. Makna ini terdapat pada sufiks–wan yang melekatpada bentuk dasar yang termasuk golongan kata sifat. Misalnya :
cendikiawan : ‘orang yang cendikia’
sosiawan : ‘orang yang bersifat sosial’
pada kata-kata suka relawan afiks –wan menyatakan makna ‘orang yang bekerja dengan suka rela.’
2.2.4 Simulfiks atau Imbuhan Gabungan
Zaenal dan Junaiyah (2007: 7) mengemukakan bahwa simulfiks adalah dua imbuhan atau lebih yang ditambahkan pada kata dasar tidak sekaligus, tetapi secara bertahap.Contohnya, imbuhan member-kan yang melekat pada kata memberlakukan dan memberdayakan. Afiks yang pertama kali melekat pada kata dasar laku dan daya adalah prefiks ber- menjadi berlaku dan berdaya, setelah itu sufiks –kan menjadi berlakukan dan berdayakan. Akhirnya, baru prefiks meng- dilekatkan tersebut sehingga menjadi memberlakukan dan memberdayakan.
2.2.5 Konfiks
a. Konfiks ke-an
Ada dua jenis afiks ke –an. Pertama, afiks ke –an yang berfungsi membentuk kata nominal, mislnya kebaikan, keberanian, kekhawatiran, ketulusan, keberangkatan, keberhasilan, kepergian, keselarasan, kesinambungan, dan lain sebagainy, dan kedua ialah afiks ke –an yang berfungsi membentuk kata verbal, baik yang termasuk golongan kata kerja maupun yang termasuk golongan kata sifat, misalnya kehujanan, kedinginan, kehilangan, kematian, kelihatan, kedengaran, ketahuan, dan sebagainya.
Akibat pertemuan afiks ke –an dengan bentuk dasarnya timbullah berbagai makna yang dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Menyatakan ‘suatu abstraksi’ atau ‘hal’, baik abstraksi dari suatu perbuatan maupun dari suatu sifat atau keadaan. Misalnya :
kebaikan : ‘hal baik’
kegembiraan : ‘hal gembira’
kesinambungan : ‘hal sinambung’
keberhasilan : ‘hal berhasil’
demikian pula pada kata-kata kemalasan, kepandaian, keselarasan, kemuliaan, kehadiran, kepergian, kejujuran, keikhlasan, ketakterbatasan, dan masih banyak lagi.
2. Menyatakan ‘hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya :
(masalah) kehewanan : ‘hal-hal yang berhubungan dengan masalah hewan’
(masalah) kemanusiaan : ‘hal-hal yang berhubungan dengan masalah manusia’
(masalah) keduniaan : ‘hal-hal yang berhubungan dengan maslah dunia’
demikian pula pada kata-kata kebudayaan, kemiliteran, keputerian, kehutanan, kehakiman, keuangan, kepamongperajaan, kepemimpinan, keakheratan, dan sebagainya.
3. Menyatakan makna ‘dapat dikenai perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar’ atau dengan kata lain menyatakan makna ‘dapat di . . .’. Misalnya :
kelihatan : ‘dapat dilihat’
kedengaran : ‘dapat didengar’
ketahuan : ‘dapat diketahui’
4. Menyatakan makna ‘dalam keadaan tertimpa akibat perbuatan, atau hal yang tersebut pada bentuk dasar’.
Misalnya :
kehujanan : ‘dalam keadaan tertimpa hujan’
kedinginan : ‘dalam keadaan tertimpa keadaan dingin’
kelaparan : ‘dalam keadaan tertimpa keadaan lapar’
demikian juga pada kata-kata kepanasan, ketakutan, kemalaman, kehilangan, kekurangan, kejatuhan, kemasukan.
5. Menyatakan makna ‘tempat’ atau ‘daerah’. Misalnya :
kepresidenan : ‘tempat presiden’
kelurahan : ‘tempat lurah’, ‘daerah lurah’
kecamatan : ‘tempat camat’, ‘daerah camat’
kerajaan : ‘daerah raja’
kesultanan : ‘daerah sultan’
kedutaan : ‘tempat duta’
b. Konfiks peN –an
Bentuk dasar kata berafiks peN –an ada yang termasuk golongan pokok kata, misalnya :
Pembacaan à baca
Pengedaran à edar
Penulisan à tulis
ada yang termasuk golongan kata verbal, baik yang termasuk golongan kata kerja, maupun yang termasuk golongan ka sifat, misalnya :
pendudukan àduduk
pemulangan àpulang
pemberangkatan àberangkat
pembulatan à bulat
dan ada yang termasuk golongan kata nominal, misalnya :
Penamaan ànama
Penguangan à uang
Pembukuan --> buku
Afiks peN–an hanya memiliki satu fungsi, ialah sebagai pembentuk kata nominal, dan sesungguhnya kata berafiks peN–an itu sebagian besar merupakan hasil nominalisasi dari kata berafiks meN –, baik disertai afiks –i atau – kan, maupun tidak. Karena itu, kara berafiks peN–an sejalan dengan kata-kata itu :
pembacaan : sejalan dengan membaca
pembulatan : sejalan dengan membulatkan
penanamaan : sejalan dengan menamai, menamakan
kesejalanan itu dapat diketahui dari kalimat
Mereka sedang membaca Al-Quran bersama-sama. =
Pembacaan Al-Quran itu dilakukan bersama-sama.
Akibat pertemuan afiks peN –an dengan bentuk dasar timbul berbagai-bagai makna, ialah :
1. Menyatakan makna ‘hal melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan’. Sudah dikemukakan di ats bahwa kata berafiks peN–an sebagian besar merupakan hasil nominalisasi dari kata kerja bentuk meN –( -i, -kan). Karena itu tidak mengherankan bila sebagian besar afiks peN –an menyatakan makna ‘hal melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan ‘, atau dengan kata lain menyatakan makna ‘abstraksi dari perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan ‘
Misalnya :
penulisan : ‘hal menulis’
pendudukan : ‘hal menduduki’
pemulangan : ‘hal memulangkan’
demikian pula : pemberangkatan, pengadaan, pengecilan, pembulatan, peluasan, penamaan, pencangkulan, peletakan, penggalian, pengusiran, dan masih banyak lagi.
2. Kadang-kadang makna ‘hal melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan’ itu bergeser menjadi makna ‘cara melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan’. Misalnya pada kata penampilan dalam kalimat
Materi yang dibicarakan sangat menarik, tetapi penampilannya kurang baik.
Afiks peN –an pada kata penampilan dalam kalimat di atas menyatakan makna ‘cara’. Ialah ‘cara’ menampilkan’.
Demikian pula :
Penyajian : ‘cara menyajikan’
Pengaturan : ‘cara mengatur’
Pengiriman : ‘cara mengirimkan’
Pengajuan : ‘cara mengajukan’
3. Menyatakan makna ‘hasil perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan’, atau dengan kata lain, menyatakan’ apa-apa yang di . . .’ .
Dalam kalimat
Menurut pendengaran saya, ia termasuk mahasiswa yang sangat rajin dan cerdas.
Menurut penglihatan saya, benda terbang itu berbentuk seperti piring.
afiks peN –an pada kata pendengaran dan penglihatan tidak menyatakan makna ‘hal’ atau ‘cara’, melainkan menyatakan makna ‘hasil’, ialah ‘hasil usaha melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yamng sejalan’, atau dengan kata lain, menyatakan makna ‘apa-apa yang di . . .’ . Jadi, pendengaran maksudnnya ‘hasil usaha mendengarkan’atau ‘apa-apa yang didengar’, dan penglihatan ialah ‘hasil usaha melihatkan’, atau ‘apa-apa yang dilihat’, demikian juga pada kata-kata pendapatan, pengetahuan, pengertian, dan pemberian.
4. Menyatakan makna ‘alat yang digunakan untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan’.
Afiks peN –an pada kata pendengaran dan penglihatan dalam kalimat
Pendengaran orang tua itu sudah tidak terang lagi.
Penglihatannya sudah agak kabur.
Tidak menyatakan makna ‘hasil’, melainkan menyatakan makna ‘alat yang digunakan untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan’, ialah ‘alat untuk mendengar’, dan ‘alat untuk melihat’.
5. Menyatakan makna ‘tempat melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan’.Afiks peN –an pada kata pengadilan menyatakan makna ‘tempat’, ialah ‘tempat mengadili’. Demikian pula pada kata-kata pembuangan, pengungsian, pengasingan. Misalnya dalam kalimat
Terdakwa dibawa ke pengadilan.
Pembuangan sampah itu sudah penuh.
Ia menceritakan pengalamannya selama ada di dalam pengungsian.
Dalam pengasingania dapat mendalami falsafah hidup.
c. Konfiks per-an
Konfiks per –an hanya mempunyai satu fungsi, ialah sebagai pembentuk kata nominal. Bentuk dasarnya ada yang berupa pokok, misalnya :
peralihan = alih
perdebatan = debat
peredaran = edar
ada yang berupa kata verbal, baik kata kerja, misalnya :
perkawinan = kawin
permintaan = minta
pertumbuhan = tumbuh
perpindahan = pindah
maupun kata sifat, misalnya :
perpanjangan = panjang
perpaduan = padu
perluasan = luas
ada yang berupa kata nominal, misalnya :
perekonomian = ekonomi
perapian = api
persyaratan = syarat
peristilahan = istilah
perkapalan = kapal
dan ada juga bentuk dasarnya berupa kata bilangan, misalnya :
persatuan = Satu
pertigaan = tiga
perempatan = empat
Berada dengan kata berafiks peN –an yang sejalan dengan kata kerja bentuk meN – ( -kan, -i ), kata berafiks per –an yang merupakan hasil nominalisasi dari kata kerja pada umumnya sejalan dengan kata kerja bentuk ber –(an), misalnya :
perdebatan : sejalan dengan berdebat
peralihan : sejana dengan beralih
peredaran : sejalan dengan beredar
perdarahan : sejalan dengan berdarah
perkenalan : sejalan dengan berkenalan
persentuhan : sejalan dengan bersentuhan
dan kata kerja bentuk memper –(-kan,-i), misalnya :
perpanjangan : sejalan dengan memperpanjang
perluasan : sejalan dengan memperluas
perlakuan : sejalan dengan memperlakukan
pertimbangan : sejalan dengan mempertimbangkan
peringatan : sejalan dengan memperingatkan dan memperingati
kesejalanan itu dapat dilihat dengan jelas, misalnya dalam kallimat
Aku berkenalan dengan dia. Perkenalanku dengan dia tidak kuduga sebelumnya.
Iamemperingati seribu hari wafatnya ibunya.Peringatan itu diadakan secara sederhana.
Akibat pertemuannya dengan bentuk dasar, afiks per –an menyatakan berbagai-bagai makna :
1. Menyatakan makna ‘perihal apa yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya:
pergedungan : ‘perihal gedung’
perindustrian : ‘perihal industri’
perdiselan : ‘perihal disel’
persekolahan : ‘perihal sekolah’
persabunan : ‘perihal sabun’
demikian pula perekonomiann,pertokoan, perkoperasian, perundang-undangan, perbulutangkisan, perfilman, peristilahan, perkapalan, persajakan, perternakan, pertambangan, dan maasih banyak lagi.
2. Apabila kata berberkonfiks per—an itu sejalan dengan kata kerja ber—(-an) atau memper- (-kan, -i), maka konfiks per-an menyatakan makna ‘hal’ atau ‘hasil’, ialah hal atau hasil melakukan perbuatan yang disebutkan pada kata yang sejalan. Misalnya, permusuhan (hal atau hasil bermusuh), pernafasan (hal atau hasil dari bernafas), pertemuan (hal atau hasil dari bertemu), perhitungan (hal atau hasil berhitung), perluasan (hal atau hasil memperluas), perdamaian (hal atau hasil memperdamaikan), peringatan (hal atau hasil memperingati.
3. Menyatakan makna ‘tempat’, yaitu tempat melakukan perbuatan yang disebutkan pada kata yang sejalan. Contohnya, peristirahatan (tempat beristirahat), persembunyian (tempat bersembunyi), peribadatan (tempat ibadah), perbatasan (tempat batas).
4. Menyatakan makna ‘daerah’, ialah daerah yang berupa atau terdiri dari apa yang disebutkan pada bentuk dasarnya. Misalnya,
Perkampungan : daerah yang terdiri dari kampung ‘daerah kampung’
Perbukitan : daerah yang terdiri dari bukit ‘daerah bukit’.
Perkebunan : daerah yang terdiri dari kebun ‘daerah kebun’.
5. Menyatakan makna ‘berbagai’. Misalnya,
Perlengkapan : berbagai perlengkapan
Kita harus membawa perlengkapan kemah.
Persyaratan : berbagai syarat
Mahasiswa mengajukan persyaratan di Aula A.
d. Konfiks ber—an
Ramlan (1987: 172—174) menyatakan bahwa konfiks ber-an memiliki satu fungsi, yaitu sebagai pembentuk kata kerja. Konfiks ber-an hanya memiliki tiga makna, yaitu:
1. Menyatakan makna bahwa ‘perbuatan yang disebutkan pada bentuk dasar dilakukan oleh banyak pelaku’. Misalnya:
Berguguran : (banyak pelaku) gugur
Berlarian : (banyak pelaku) berlari
Berjatuhan : (banyak pelaku) jatuh
2. Menyatakan bahwa perbuatan yang disebutkan pada pada bentuk dasar dilakukan berulang-ulang. Misalnya:
Berloncatan : meloncat berkali-kali
Bergulingan : berfguling berkali-kali
3. Menyatakan makna ‘saling’. Dalam hal ini konfiks ber-an cenderung berkombinasi dengan proses pengulangan. Misalnya, bersentuhan (saling menyentuh), bertatapan (saling menatap).
e. Konfiks se—nya
Ramlan (1987: 174) konfiks se—nya berkombinasi dengan proses pengulangan. Fungsi konfiks ini hanya satu yaitu membentuk kata keterangan dari kata sifat. Contohnya:
a. Secantik-cantiknya ß cantik
b. Semarah-marahnya ß marah
c. Sebaik-baiknya ß baik
d. Seramah-ramahnya ß ramah
Akibat pertemuannya dengan bentuk dasar konfiks se-nya menyatakan makna ‘tingkat yang paling tinggi yang dapat dicapai’. Misalnya:
1) Seluas-luasnya : tingkat luas yang paling tinggi yang dapat dicapai (seluas mungkin).
2) Sebesar-besarnya : tingkat besar yang paling tinggi yang dapat dicapai (sebesar mungkin).
3) Sekuat-kuatnya : tingkat kuat yang paling tinggi yang dapat dicapai (sekuat mungkin).
2.3 Pengertian Morfofonemik
Menurut Chaer (2008: 43), morfofonemik disebut juga sebagai morfonologi atau morfofonologi adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi. Misalnya, dalam proses prefiks meng- pada dasar kata tik akan mengubah bentuk meng- menjadi menge- atau mәŋә.
meng- + tik àmengetik
Menurut Alwi, dkk (2000: 109-110), morfofonemik adalah prefiks meng-, per-, ber-, dan ter- mengalami perubahan bentuk seesuai dengan fonem awal dasar kata yang dilekatinya. Proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal atau fonem yang mendahuluinya dinamakan proses morfofonemis.
Menurut Kridalaksana (2008: 159), morfofonemik adalah analisis dan klasifikasi berbagai wujud atau realisasi yang menggambarkan morfem atau struktur bahasa yang menggambarkan pola fonologis dari morfem, termasuk didalamnya penambahan, pengurangan, penggantian fonem, atau perubahan tekanan yang menentukan bangun morfem.
Jadi, dapat dikatakan morfofonemik adalah kajian mengenai perubahan dan klasifikasi bentuk fonem dengan melalui proses morfologi, sehingga menghasilkan morfem yang bervariasi. Sasaran kajiannya adalah morfem terikat yang berbentuk afiksasi.
2.4 Jenis Perubahan Bunyi
Menurut Chaer (2008: 43), dalam bahasa Indonesia ada beberapa jenis perubahan fonem berkenaan dengan proses morfologi ini. Di antaranya adalah proses pemunculan fonem, pelesapan fonem, peluluhan fonem, perubahan fonem, dan pergeseran fonem. Berikut penjelasan tentang proses morfologi tersebut.
a. Pemunculan fonem, yakni munculnya fonem atau bunyi dalam proses morfologi yang pada mulanya tidak ada. Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefiks me- pada dasar beriakan memunculkan bunyi /m/ yang semula tidak ada.
me + beri à memberi
b. Pelesapan fonem, yakni hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi. Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefiks ber- pada dasar rambut, maka bunyi /r/ yang ada pada prefiks ber-dilesapkan.
ber + rambut à berambut
Menurut Chaer (2008: 44),beberapa tahun terakhir ada juga gejala pelesapan salah satu fonem yang sama yang terdapat pada akhir kata dan awal kata yang mengalami proses komposisi. Misalnya.
pasar + raya à pasaraya
kereta + api à keretapi
ko + operasi à koperasi
c. Peluluhan fonem, yakni luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain dalam suatu proses morfologi. Seperti, pengimbuhan prefiks me- pada dasar sapu, maka fonem /s/ pada kata sapu itu diluluhkan dan disenyawakan dengan fonem nasal /ny/ yang ada pada prefiks me-itu. Peristiwa tersebut juga terjadi pada proses pengimbuhan prefiks pe-.
me + sapu à menyapu
pe + sapu à penyapu
Menurut Chaer (2008: 45), peluluhan fonem ini tampaknya hanya terjadi pada proses pengimbuhan prefiks me- dan prefiks pe- pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan /s/, sedangkan lainnya tidak ada.
d. Perubahan fonem, yakni berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai akibat terjadinya proses morfologi. Misalnya, dalam pengimbuhan prefiks ber- pada dasar ajar terjadi perubahan bunyi, di mana fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/.
ber + ajar à belajar
Contoh lain, dalam proses pengimbuhan prefiks ter- pada dasar anjur terjadi perubahan fonem, di mna fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/.
ter + anjur à telanjur
e. Pergeseran fonem, yaitu berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku kata ke dalam suku kata yang lainnya. Pergeseran fonem ini terjadi karena pengimbuhan sufiks –an dan sufiks –ipada kata dasar.
makan + an à ma. ka. nan
cukup + i à cu. ku. pi
tidur + -an à ti. du. ran
hindar + i à hin. da. ri
Pada contoh di atas tampak jelas terjadi pergeseran fonem. Pengimbuhan sufiks –an pada dasar makan, terjadi pergeseran di mana fonem /n/ yang semula berada pada suku kata kan menjadi berada pada suku nan. Begitu pula dengan contoh-contoh lainnya.
2.5 Morfofonemik dalam Pembentukan Kata Bahasa Indonesia
Morfofonemik berpengaruh dalam pembentukan kata bahasa Indonesia, terutama dalam proses afiksasi, sedangkan dalam proses reduplikasi dan komposisi hampir tidak ada.
2.5.1 Prefiksasi ber-
Menurut Chaer (2008: 46), morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiks ber- berupa: (a) pelepasan fonem /r/ pada prefiks ber-, (b) perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- menjadi fonem /l/, dan (c) pengekalan fonem /r/ pada prefiks ber-.
a. Pelepasan fonem /r/ pada prefiks ber-terjadi apabila didampingi kata dasar yang dimulai dengan fonem /r/ atau suku pertama bentuk dasarnya berbunyi [er]. Misalnya:
ber + ranting à beranting
ber + rantai à berantai
ber +serta à beserta
ber +rambut à berambut
Catatan:
ber + karya à berkarya
ber + kurban à berkurban
Ber- pada dua contoh di atas tidak berubah karena, suku pertama kedua kata tersebut tidak berakhir dengan [er], tetapi [ar] dan [ur].
b. Perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- menjadi fonem /l/ terjadi apabila bentuk dasarnya akar ajar, tidak ada contoh lain.
ber + ajar à belajar
c. Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ber-terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang terdapat dalam proses pengimbuhan prefiks ber-pada proses a dan b di atas.
ber + lari à berlari
ber + main à bermain
ber + siul à bersiul
ber + juang à berjuang
2.5.2 Prefiksasi me- (Termasuk Klofiks me-kan dan me-i)
Menurut Chear (2008: 47) Moefofemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks me- dapat berupa: (a) pengenalan fonem; (b) penambahan fonem; dan (c) peluluhan fonem.
a. Pengenalan fonem di sini artinya tidak ada fonem yang berubah, tidak ada yang di lepaskandan tidak ada yang ditambahkan. Hal ini terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan/ r, l, w, m, n,ng, dan ny/.
Contoh:
me + rakit merakit
me + lihat melihat
me + waris mewarisi
me + minum meminum
me + nyala menyala
me + rugi merugi
me + ngenas mengenas
me + nangis menangis
b. Penambahan fonem, yakni pemambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/. penambahan fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /b/ dan /f/.
contoh:
me + buka membuka
me + bawa membawa
me + fonis memfonis
me + fotokopi memfotokopi
Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /d/.
Contoh:
me + daki mendaki
me + dalam mendalam
me + dasar mendasar
me + dorong mendorong
Penanbahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /g, h, kh, a, l, u, e, dan o/
Contoh:
me + gali menggali
me + garap menggarap
me + harap mengharap
me + hapal menghapal
me + khatam mengkhatamkan
me + khusus mengkhusus
me + ajar mengajar
me + asah mengasah
me + intip mengintip
me + ikat mengikat
me + ubah mengubah
me + urus mengusus
me + olok mengolok
me + operasi mengoperasi
me + ejek mengejek
me + emas mengemas
Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya hanya terdiri dari satu kata.
me + pel mengepel
me + bor mengebor
me + tik mengetik
me + eja mengeja
c. Peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan bersuara /s, k, p, dan t/. Dalam hal ini konsonan /s/, diluluhkan dengan nasal /ny/ konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal /ng/, konsonan /p/ diluluhkan dengan nasal /m/, dan konsonan /t/ diluluhkan dengan nasal /n/.
Contoh:
me + sapu menyapu
me + surat menyurat
me + kumpul menggumpul
me + kering mongering
me + pisah memisah
me + pakai memakai
me + tangis menangis
me + tatap menatap
2.5.3 Prefiksasi pe- dan Konfiksasi pe-an
MenurutChear (2008: 49), morfofenemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks pe- an konfiks pe-an sama dengan morfofonemik yang terjadi dalam proses pengimbuhan dengan me- , yaitu (a) pengenalan fonem, (b) penambahan fonem, dan (c) peluluhan fonem.
a. Pengenalan fonem, artinya tidak ada perubahan fonem, dapat terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan /r, l, y, m, n, ng, dan ny/.
Contoh:
pe + langgar pelanggar
pelanggaran
pe+ yakin peyakin
peyakinan
pe + rakit perakit
perakitan
pe + warna pewarna
pewarnaan
pe + maaf pemaaf
pemaafan
pe + nikmat penikmat
penikmatan
pe + nganag pengaga
pengagaan
pe + nyanyi penyayi
penyayian
b. Penambahan fonem, yakni penambahan fonem nasal /m,n, ng, dan nge/ antara prefiks dan bentuk dasar. Penambahan fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali oleh konsonan /b/.
Contoh:
pe + besar pembesar
pembesaran
pe+ balas pembalas
pembalasan
pe + bakar pembakar
pembakaran
Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali oleh konsonan /d/.
Contoh:
pe + dapat pendapat
pendapatan
pe + dusta pendusta
pendustaan
pe + diri pendiri
pendirian
Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan /g, h, kh, a, l, u, e, dan o/.
Contoh:
pe + garis penggaris
penggrisan
pe + hormat pengghormatan
pengghormatan
pe + khayal pengkhyal
penghkayalan
pe + ajar pengajar
pengajaran
pe + isap pengisap
pengisapan
pe + ukir pengukir
pengukiran
pe + edar pengedar
pengedaran
pe + obat pengobat
pengobatan
Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi apabila bentuk ndasarnya berupa bentuk dasar satu suku.
Contoh:
pe + bor pengebor
pengebosan
pe + tik pengetik
pengetikan
pe + eja pengeja
pengejaan
pe + lap pengelap
pengelapan
c. Peluluhan fonem, apabila prefiks pe- (atau pe-an) diimbuhkan pada bentuk dasar yang diawali dengan konsonan bersuara /s, k, p, t/. Dalam hal ini konsonan /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal /ng/, konsonan /p/ diluluhkan dengan nasal /m/, dan konsonan /t/ diluluhkan dengan nalas /n/.
Contoh:
pe + sakit penyakit
penyakitan
pe + sewa penyewa
penyewaan
pe + keras pengeras
pengerasan
pe + kering pengering
pengeringan
pe + pukul pemukul
pemukulan
pe + putih pemutih
pemutihan
pe + terang penerang
penerangan
pe + tanggkap penangkap
penangkapan
2.5.4 Prefiksasi per- dan Konfiksasi per-an
Morfofonemik dalam pengimbuhan prefiks per- dan konfiks per-an dapat berupa (a) pelesapan fonem /r/ pada prefiks per- itu; (b) perubahan fonem /r/ dari prefiks per- itu menjadi fonem /l/; dan (c) pengekalan fonem /r/ tetap /r/.
a. Pelepasan fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /r/, atau suku pertamanya /er/. Contoh:
per + rancang perancang
per + rendah perendah
per + rakit perakit
per + rampok perampok
b. Perubahan fonem /r/ menjadi /l/ terjadi apabila bentuk dasarnya berupa kata ajar.
per + ajar pelajar
c. Pengekalan fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang disebutkan pada a dan b di atas. Contoh:
per + halus perhalus
per + besar perbesar
per + budak perbudak
per + luas perluas
per + lembut perlembut
2.5.5 Prefiksasi ter-
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks ter- dapat berupa (a). Pelepasan fonem /r/ dari prefiks ter- itu; (b). Perubahan fonem /r/ dari prefiks dari prefiks ter- itu menjadi fonem fonem /l/ ; (c). Pengekalan fonem /r/ itu.
a. Pelepasan fonem dapat terjadi apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan /r/. Misalnya :
ter- + rangkai àterangkai
ter- + rendah àterendah
ter-+ ramai àteramai
ter-+ rawatà terawat
b. Perubahan fonem /r/ pada prefiks ter- menjadi fonem /l/ terjadi apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar anjur. Misalnya :
ter- +anjur àtelanjur
c. Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ter- tetap menjadi /r/ apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang bukan disebutkan pada a dan b di atas
Contoh :
ter-+ diam à terdiam
ter-+ didik à terdidik
ter-+ sapu à tersapu
ter- + cantik à tercantik
ter-+jatuh à terjatuh
2.5.6 Sufiksasi –an
Morfofonemik dalam pengimbuhan sufiks –an dapat berupa a) pemunculan fonem dan b) pergeseran fonem.
a. Pemunculan fonem, ada tiga macam fonem yang dimunculkan dalam pengimbuhan ini, yaitu fonem /w/, fonem /y/, dan fonem glotal /?/. pemunculan fonem /w/ dapat terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /u/. Contoh:
sapu + an sapuwan
panu + an panuwan
sepatu + an sepatuwan
baju + an bajuwan
tipu + an tipuwan
Namun, perlu dicatat dalam sistem ejaan sekarang bunyi /w/ itu tidak dituliskan. Dalam literature lain bunyi /w/ itu disebut bunyi pelancar (glider).Pemunculan fonem /y/ dapat terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /i/. Misalnya:
tali + an taliyan
buai + an buaiyan
undi + an undiyan
lambai + an lambaiyan
Namun, perlu dicatat dalam sistem ejaan yang berlaku sekarang bunyi /y/ itu tidak dituliskan. Dalam literatur lain bunyi /y/ ini disebut juga bunyi pelanear.Pemunculan fonrm glottal /?/ dapat terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /a/. Misalnya:
(per) tunda + an (per) tunda?an
(per) tiga + an (per) tiga?an
(ber) canda + an (ber) canda?an
Di sini juga perlu dicatat, bahwa dalam ejaan yang berlaku sekarang fonem glottal /?/ itu tidak dituliskan.Pergeseran fonem, terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan sebuah konsonan. Dalam pergeseran ini, konsonan tersebut bergeser membentuk suku kata baru dengan sufiks –an tersebut. Contoh:
makan + an ma. ka. nan
minum + an mi. nu. man
bayang + an ba. ya. Ngan
BAB III
PENUTUP
1. Simpulan
Afiksasi merupakan suatu proses penambahan imbuhan baik di awal, tengah, awal dan akhir , dan akhir pada bentuk dasar. Afiks dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi lima, yaitu prefiks yang berupa men-, ber-, di-, ter-, pen-, pe-, per-, se-, ke-, para-, dan maha-, infiks atau sisipan yang berupa –el-, -em-, -er-, dan –in-, sufiks atau akhiran yang berupa –kan, -i, -an, dan –wan, simulfiks atau imbuhan gabungan, dan konfiks atau imbuhan terbelah yang berupa ke-an, peN-an, per-an, ber-an, dan se-nya.
Morfofonemik adalah kajian mengenai perubahan dan klasifikasi bentuk fonem dengan melalui proses morfologi, sehingga menghasilkan morfem yang bervariasi. Sasaran kajiannya adalah morfem terikat yang berbentuk afiksasi.
Bahasa Indonesia ada beberapa jenis perubahan fonem berkenaan dengan proses morfologi ini. Di antaranya adalah proses pemunculan fonem, pelesapan fonem, peluluhan fonem, perubahan fonem, dan pergeseran fonem.
Morfofonemik berpengaruh dalam pembentukan kata bahasa Indonesia, terutama dalam proses afiksasi, sedangkan dalam proses reduplikasi dan komposisi hampir tidak ada. Seperti, prefiksasi ber-, prefiksasi me- (termasuk klofiks me-kan dan me-i), prefiksasi per- dan konfiksasi per-an, sufiksasi –an, prefiksasi ter-.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad dan Alek Abdullah. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga.
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2007. Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi. Jakarta: Grasindo.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ramlan, M. 1987. Morfologi. Yogyakarta: C.V. Karyono.