Thursday, December 27, 2018

Kalimat Mayor dan Kalimat Minor


Kalimat Mayor dan Kalimat Minor

1. Pengertian Kalimat
Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa (Cook, 1971 ; Elson dan Pickett, 1969). Klimat adalah suatu bentuk linguistik, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal (Bloomfield, 1955). Senada dengan Bloomfield, Hocket (1985) menyatakan bahwa kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk gramatikal yang tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain. 
Di sisi lain Lado (1968) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan kecil dari ekspresi lengkap. Pendapat Lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana (1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap.  Sementara itu Ramlan (1996) mengatakan bahwa kalimat adalah suatu gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. berdasarkan defenisi-defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap.

2. Kalimat Mayor
Kalimat Mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri atas Subjek dan Predikat. Sedangkan untuk Objek dan Keterangan hanya opsional (boleh ada boleh tidak).

Contoh Kalimat Mayor
1. Saya akan pergi ke surabaya besok. 
2. Kapan kita mencuci baju ini?
3. Besok pagi saya akan mencuci baju kotor yang sudah menumpuk.
4. Tertawa adalah sesuatu yang menular.
5. Adikku mempunyai bakat akting.
6. Aku diminta untuk akting menangis.
7. Aku membeli buah ini di pasar.
8. Adikku sudah bisa menulis sejak usia 4 tahun.
9. Aku memberi tahu ayahku kalau aku akan ke Bali.
10. Aku belum mengerjakan PR yang diberikan oleh guruku.
11. Aku ingin bercerita supaya mereka senang.
12. Saya pernah bernyanyi di pesawat.
13. Aku bermain di tengah-tengah orang yang yang sedang duduk.
14. Sekarang saya sudah mengetahui sifat aslinya.
15. Marshanda menangis melihat ayahnya dirawat di rumah sakit.
16. Aku bersama adikku melihat film kartun.
17. Aku mendapat kejutan saat ullang tahunku yang ke-17.
18. Dinda menyukai masakan buatan ibunya.
19. Kursi dan meja ini dibuat dari kayu jati.
20. Televisi ini dibeli oleh ayah di Jakarta.
21. Aku mengetik tulisan ini agar bermanfaat bagi kalian.
22. Satpam kantorku mengetahui orang yang mengambil HP temanku.
23. Aku mengajak teman-temanku untuk datang ke rumahku.
24. Panji akan mengembalikan buku Rasya besok pagi.
25. Vincent dan Desta membuka acara ini dengan sangat meriah.

3. Kalimat Minor 
Kalimat Minor adalah kalimat yang hanya terdiri atas 1 unsur/pola kalimat. 

Contoh Kalimat Minor
1. Selamat pagi!
2. Salam sejahtera!
3. Besok.
4. Sekarang.
5. Minggu depan.
6. Hanya sebulan.
7. Bu Maya.
8. Pak.
9. Astaghfirulloh.
10. Alhamdulillah.
11. Astaga!
12. Wah!
13. Untuk ayahanda.
14. Kepada Pak Ramli.
15. Tidak!
16. Nggak!
17. Iya!
18. Sudah!
19. Belum!
20. Apa?
21. Kapan?
22. Jangan!
23. Ke Jakarta.
24. Lalu?


Wednesday, December 26, 2018

Pengertian Kalimat Dan Jenisnya Berdasarkan Kompleksitas


Pengertian Kalimat Dan Jenisnya Berdasarkan Kompleksitas

1. Pengertian Kalimat
Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa (Cook, 1971 ; Elson dan Pickett, 1969). Klimat adalah suatu bentuk linguistik, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal (Bloomfield, 1955). Senada dengan Bloomfield, Hocket (1985) menyatakan bahwa kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk gramatikal yang tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain. 
Di sisi lain Lado (1968) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan kecil dari ekspresi lengkap. Pendapat Lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana (1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap.  Sementara itu Ramlan (1996) mengatakan bahwa kalimat adalah suatu gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. berdasarkan defenisi-defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap.

2. Jenis Kalimat Berdasarkan Kompleksitas
Jika kita lihat berdasarkan kompleksitasnya, maka kalimat tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu:

A. Kalimat Simpleks
Kalimat simpleks adalah tipe kalimat yang hanya terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Dengan kata lain, kalimat simpleks merupakan kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa. Karena hanya terdiri dari satu predikat, sudah barang tentu kalimat simpleks hanya memberikan satu informasi. Oleh karena itu, kalimat simpleks juga bisa disebut dengan kalimat tunggal.
Perhatikan contoh kalimat simpleks di bawah ini:

1. Bapak itu dokter bedah
            S              P
2. Mereka membuat roti
           S            P        O
3. Kepandaian Winda sudah diakui teman-temannya
                      S                      P                    Pel
4. Kami berangkat pagi
         S          P          K
5. Diam!
        K
Kelima contoh kalimat tersebut adalah kalimat simpleks karena hanya ada satu predikat dan satu subjek. Pada contoh kalimat imperatif, umumnya subjeknya tidak ditampakan. Pada kalimat "diam!", bentuk lengkapnya adalah "kamu diam!"

B. Kalimat Kompleks
Kalimat kompleks juga sering disebut dengan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat kompleks terdiri dari dua klausa, yaitu klausa utama yang disebut dengan induk kalimat (inti kalimat) dan klausa penghubung yang disebut dengan anak kalimat. Klausa utama bisa berdiri sendiri sebagai kalimat, sedangkan klausa penghubung tidak bisa berdiri sendiri sebagai kalimat karena pada umumnya mereka berfungsi sebagai keterangan kalimat.
Perhatikan contoh kalimat kompleks berikut.

1. Saya tidak berangkat ke sekolah karena hujan.
2. Dia tidak kaya semenjak kecil.
3. Saya menilai dia orang yang baik.
Kalimat yang dicetak tebal adalah klausa utama/kalimat inti. Sedangkan kalimat yang diawali dengan kata hubung adalah klausa penghubung. "Karena hujan, semenjak kecil, orang yang baik" adalah contoh klausa penghubung dan mereka tidak bisa berdiri sendiri sebagai sebuah kalimat.
Hal ini berbeda dengan kalimat yang dicetak tebal dimana bisa menjadi kalimat sendiri. Kalimat kompleks dapat kita identifikasikan dengan adanya dua klausa yang menggunakan kata hubung seperti:

sejak, semenjak

ketika, sambil, selama

setelah, sebelum, sehabis, selesai

asalkan, apabila, jika, jikalau, manakala, tatkala

seandainya, seumpama

agar, supaya

walaupun, meskipun, kendatipun, sekalipun,

sehingga, sampai, maka

dengan, tanpa

yang,

bahwa


Sekian, Semoga bermanfaat?

Tuesday, December 25, 2018

pengertian kalimat dan jenisnya berdasarkan struktur gramatikal


1. Pengertian Kalimat
Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa (Cook, 1971 ; Elson dan Pickett, 1969). Klimat adalah suatu bentuk linguistik, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal (Bloomfield, 1955). Senada dengan Bloomfield, Hocket (1985) menyatakan bahwa kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk gramatikal yang tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain. 
Di sisi lain Lado (1968) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan kecil dari ekspresi lengkap. Pendapat Lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana (1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap.  Sementara itu Ramlan (1996) mengatakan bahwa kalimat adalah suatu gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. berdasarkan defenisi-defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap.

2. Jenis kalimat berdasarkan struktur gramatikal
Adapun jenis kalimat berdasarkan struktur gramatikal adalah sebagai berikut.

1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Kalimat ini hanya mempunyai satu subjek dan satu predikat.
Contoh:
a.  Separuh pesisir Pulau Bangka rusak
                        S                          P
b. Separuh pesisir Pulau Bangka rusak karena aktivitas kapal pasir timah.
                                S                 P                    K
c. Separuh pesisir Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, rusak
                                                      S                                                        P
     karena aktivitas kapal pasir timah.
                             K

Keterangan:
kalimat ( a, b, c ) merupakan kalimat tunggal karena hanya memiliki satu subjek dan satu predikat ( satu klausa ). Kalimat tunggal pada contoh (a) adalah kalimat dasar, sedangkan kalimat tunggal pada contoh (b dan c) adalah kalimat tunggal yang sudah di perluas oleh unsur keterangan: sebab pada kalimat (b) danketerangan apositif pada kalimat (c). Oleh karena itu, kalimat tunggal bisa berwujud kalimat dasar dan juga bisa berwujud kalimat yang diperluas. Meskipun sudah mengalami perluasan, fungsi S dan P pada kalimat tunggal hanya satu. Perluasan kalimat tunggal akan dibahas pada subbab berikutnya.
Semua kalimat dasar merupakan kalimat tunggal, tetapi tidak semua kalimat tunggal berwujud kalimat dasar. Kalimat dasar adalah kalimat yang terdiri atas satu kalusa, unsur unsurnya lengkap, susunan unsur unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran. Dalam kata lain kalimat dasar identik dengan kalimat tunggal deklaratif afirmatif yang urutan unsur unsurnya paling lazim.
Secara umum pola urutan kalimat dasar bahasa indonesia adalah S+P+(O)+(Pel)+(Ket). Unsur objek, pelengkap dan keterangan yang ditulis diantara tanda kurung tidak selalu harus hadir, kehdirannya bergantung pada predikat. dalam buku Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan( 2015:165)

2. Kalimat Majemuk
Miftahul Khaira dan sakura Ridwan(2015:181) menegaskan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih atarara klausa yang satu dengan klausa yang lain saling berhubungan.

Adapun kalimat majemuk terdiri dari beberapa jenis kalimat, yaitu:

Kalimat majemuk setara: menggabungkan dua klausa atau lebih yang masing- msing mempunyai kedudukan setara dalam struktur kalimat. Artinya, semua klausa tersebut merupakan klausa inti, tidak membentuk hierarki karena klausa yang satu bukanlah bagian dari klausa yang lain. Karena itu, hubungan klausa yang terbentuk secara koordinatif disebut majemuksetara.

Contoh :
Candi gedong songomemiliki sembilan sembilan kelompok candi, tetapi sebagian candi itu sudah hilang.
Kalimat di atas terdiri dari dua klausa :
( a ) Candi Gedong Songo memiliki sembilan kelompok candi,
  (b) sebagian kelompok candi itu sudah hilang.
Klausa pertama dan kedua digabungkan secara koordinasi sehingga terbentuklah kalimat majemuk setara.

Kalimat majemuk bertingkat : menunjukkan hubungan yang hierarkis, yakni menggabungkan dua klausa atau lebih secara bertingkat, ada yang berfungsi sebagai klausa utama dan ada yang berfungsi sebagai klausa bawahan. Karena itu, hubungan yang demikian disebut pula denngan majemuk bertingkat. Penggunaan kata penghubung yang bersifat subordinatif menyebabkan klausa yang satu menjadi bagian dari klausa yang lain.

Contoh :
Candi Gedong Songo merupakan mutiara kehidupan karena menjadi sumber nafkah bagi masyarakat sekitarnya.
Kalimat di atas terdiri dari dua klausa, yaitu:
 ( a ) Candi Gedong merupakan mutiara kehidupan,
( b) Candi Gedong Songo menjadi nafkah bagi masyarakat sekitarnya.
Kedua klausa itu dihubungkan oleh konjungsi karena klausa ( a) merupakan klausa utama, sedangkan klausa ( b) merupakan klausa bawahan.

3. Kalimat campuran
Adalah kalimat yang terdiri dari beberapa klausa, ada yang berhubungan secara (koordinatif), bertingkat (subordinatif), atau kosubordinatif. Beberapa ahli menyebut bentuk ini sebagai majemuk campuran karena dalam satu kalimat terdapat berbagai bentuk majemuk. Contohnya: untuk perjalanan jauh keluar kota, hal pertama yang harus diperhatikan adalah kondisi fisik dan hal kedua adalah kondisi keuangan. Kalimat diatas merupakan kalimat majemuk kompleks karena tersusun atas klausa bertingkat dan klausa setara.

Contoh :
Untuk perjalanan jauh keluar kota hal pertama yang harus di perhatikan adalah kondisi fisik dan hal kedua adalah kondisi keuangan.
Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk campuran karena tersusun atas kluasa bertingkat dan klusa setara.

Monday, December 24, 2018

pengertian kalimat dan jenisnya berdasarkan pengucapan


pengertian kalimat dan jenisnya berdasarkan pengucapan


1. Pengertian Kalimat
Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa (Cook, 1971 ; Elson dan Pickett, 1969). Klimat adalah suatu bentuk linguistik, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal (Bloomfield, 1955). Senada dengan Bloomfield, Hocket (1985) menyatakan bahwa kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk gramatikal yang tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain. 
Di sisi lain Lado (1968) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan kecil dari ekspresi lengkap. Pendapat Lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana (1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap.  Sementara itu Ramlan (1996) mengatakan bahwa kalimat adalah suatu gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. berdasarkan defenisi-defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap.

2. Jenis Kalimat Berdasarkan Pengucapan

1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga).
Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh:
-  Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”
-  "kenapa kamu selalu bolos untuk ke sekolah?", bentak Bu Guru.
-  "kapan kamu balik dari Jakarta", tanya Andi.
-  dll.

2. Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan  orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.
Contoh:
-  Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
-  Andi mengatakan bahwa iya tidak bisa ikut ke danau karena tidak mendapat izin dari ibunya
-  Ramlan (1996) mengatakan bahwa kalimat adalah suatu gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.
- dll.

Friday, December 21, 2018

Pengertian Kalimat dan Jenisnya Berdasarkan Fungsi kalimat


Pengertian Kalimat dan Jenisnya Berdasarkan Fungsi Kalimat

1. Pengertian Kalimat
Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa (Cook, 1971 ; Elson dan Pickett, 1969). Klimat adalah suatu bentuk linguistik, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal (Bloomfield, 1955). Senada dengan Bloomfield, Hocket (1985) menyatakan bahwa kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk gramatikal yang tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain. 
Di sisi lain Lado (1968) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan kecil dari ekspresi lengkap. Pendapat Lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana (1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap.  Sementara itu Ramlan (1996) mengatakan bahwa kalimat adalah suatu gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. berdasarkan defenisi-defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap.

2. Jenis Kalimat Berdasarkan Fungsi Kalimat

Adapun jenis kalimat berdasarkan fungsi kalimat terbagi ke dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

A. Contoh Kalimat Imperatif
1. Tolong kau ambilkan gelas yang ada di meja itu!
2. Janganlah kau buang sampah itu ke sembarang tempat!
3. Mari, kita jaga lingkungan kita dari sampah lingkungan dan juga sampah masyarakat!
4. Ayo, tunggu apalagi, kita songsong hari baru yang sudah ada di depan mata kita!
5. Kepada para hadirin yang terhormat, dipersilakan untuk duduk di kursi yang telah disediakan!
6. Tutup pintu rumahmu sekarang juga!
7. Aduh, kering sekali tenggorokanku!
8. Aku mohon, jangan kau beritahu dia soal perkara tersebut!
9. Kepada para tamu undangan, dipersilakan untuk mencicipi hidangan yang telah kami sediakan!
10. Tolong kau jelaskan apa maksud dari ucapanmu itu!

B. Contoh Kalimat Interogatif
1.Apakah benar kau yang memecahkan guci itu?
2. Siapa pria yang mengantarmu pulang kemarin malam?
3. Di mana aku bisa membeli tiket itu?
4. Ke manakah kau akan pergi setelah ini?
5. Dari mana kau mendapat barang-barang tersebut?
6. Mengapa kau tak menanyakan soal itu kepadanya?
7. Kapan kau akan berangkat ke Malaysia?
8. Bagaimana caranya ngkau bisa sampai ke tempat itu?
9. Berapa harga sekilo buah mangga ini?
10. Masih ingatkah engkau kepadaku?

C. Contoh Kalimat Deklaratif
1. Pada hari Rabu kemarin, warga RT 07 desa Suka Senang mengadakan kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar mereka.
2. Kemarin, kami sempat bertemu dengan orang itu di sebuah mal.
3. Pada hari Sabtu kemarin, kampus Universitas Harapan Bangsa mengadakan acara wisuda yang dihadiri oleh 300 orang wisudawan.
4. Polisi berhasil menangkap gerombolan penjahat itu di kamar indekos mereka.
5. Pak guru tdak bisa mengajar hari ini karena beliau harus mengikuti rapat antar guru.
6. Dinda tidak dapat bersekolah hari ini, karena ia sedang dirawat di rumah sakit.
7. Pak guru memberitahu kami bahwa sekolah kami akan mengadakan acara darma wisata ke Yogyakarta pada hari Kamis yang akan datang.
8. Dompet miliknya telah berhasil ditemukan oleh seorang anak berusia 15 tahun.
9. Lomba pidato tahun ini berhasil dimenangkan oleh Popon.
10. Besok, seluruh siswa kelas SMPN 97 akan melaksanakan ujian akhir semester.

D. Contoh Kalimat Seruan
1. Wow, indah sekali pemandangan pantai ini!
2. Amboi, betapa lezatnya masakanmu ini!
3. Awas, di jalan itu banyak lubangnya!
4. Duh, betapa malangnya nasibku ini!
5. Hore, akhirnya aku bisa menyelesaikan semua pekerjaanku!
6. Ah, kau ini bisa saja!
7. Aduhai, betaa malangnya nasibmu itu!
8. Buset berani sekalu kau kepadaku!
9. Wah, ternyata kau pandai sekali memasak, ya!
10. Astaga, aku lupa membawa dompetku!

semoga bermanfaat!!!!!!
jangan lupa klik ikuti.

Monday, December 17, 2018

Pengertian Kalimat dan Jenisnya Berdasarkan Pola Kalimat


Pengertian Kalimat dan Jenisnya Berdasarkan Pola Kalimat

1. Pengertian Kalimat
Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa (Cook, 1971 ; Elson dan Pickett, 1969). Klimat adalah suatu bentuk linguistik, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal (Bloomfield, 1955). Senada dengan Bloomfield, Hocket (1985) menyatakan bahwa kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk gramatikal yang tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain. 
Di sisi lain Lado (1968) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan kecil dari ekspresi lengkap. Pendapat Lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana (1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap.  Sementara itu Ramlan (1996) mengatakan bahwa kalimat adalah suatu gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. berdasarkan defenisi-defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap.
2. Jenis Kalimat Berdasarkan Pola Kalimat
Berdasarkan Susunan  pola kalimat, Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1.  Kalimat Inversi
Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna.

Contoh:
1.  Tunggu kami di sana

.          P       S         K

2.  Sepakat, kami akan berkumpul di taman kota.

.         P          S                 P                   K

2.  Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia yakni (Subjek - Predikat - Objek - Keterangan).

Contoh:
1.  Penelitian ini dilakukan oleh mereka sejak 2 bulan yang lalu.

.             S                 P                 O                     K

2.  Aku dan dia bertemu di cafe ini.

.             S             P             K

Saturday, December 15, 2018

Pengertian Kalimat dan Jenisnya Berdasarkan Jumlah Klausa


Pengertian Kalimat dan Jenisnya Berdasarkan Jumlah Klausa

1. Pengertian Kalimat
Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa (Cook, 1971 ; Elson dan Pickett, 1969). Klimat adalah suatu bentuk linguistik, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal (Bloomfield, 1955). Senada dengan Bloomfield, Hocket (1985) menyatakan bahwa kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk gramatikal yang tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain. 
Di sisi lain Lado (1968) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan kecil dari ekspresi lengkap. Pendapat Lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana (1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap.  Sementara itu Ramlan (1996) mengatakan bahwa kalimat adalah suatu gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. berdasarkan defenisi-defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap.


2. Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa (Struktur Gramatical)
Dilihat dari jumlah Klausa, kalimat dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. kalimat tunggal
2. kalimat majemuk
3. Kalimat campuran.

2.1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa.
Adapun kalimat tunggal terdiri dari 2 jenis, yakni:
1.kalimat nomina, dan
2.kalimat verbal.

1. Kalimat Nomina
Kalimat nomina merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata benda sebagi predikatnya.

Contoh :
Perempuan berkerudung merah itu pacar saya
Adik saya dua orang
Ket. Kata yang bercetak miring pada kalimat di atas merupakan kata benda yang berfungsi sebagai predikat.

2. Kalimat Verbal
Kalimat verbal merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai predikat.

Contoh :
Andi mengayuh sepedanya pelan.
Siska makan di kamarnya.
Ket. Kata yang bercetak miring di atas merupakan kata kerja yang berfungsi sebagai predikat.

2.2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan. Berdasarkan kedudukan satu kalimat tunggal dengan yang lain, kalimat majemuk dibedakan menjadi 2, Yaitu:
1. Kalimat majemuk setara, dan
2. Kalimat Mmajemuk bertingkat

1. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara merupakan kalimat yang terdiri dari dua kalimat tunggal, di mana kedudukan masing masing kalimat tersebut setara. Kalimat majemuk setara dibagi lagi menjadi beberapa jenis, Perhatikan Contoh Berikut.

1. Kalimat majemuk setara penggabungan, biasanya ditandai dengan penggunaan kata hubung (konjungsi) “dan” atau “atau”.
Contoh :
Saya bertanggung jawab atas kedatangan peserta hingga ke penginapan dan  Andi akan mengambil tanggung jawab tentang segala keperluan peserta sesampainya di sana.

2. Kalimat majemuk setara pertentangan, biasanya ditandai dengan kata hubung (konjungsi) “tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”, dan sebagainya.
Contoh :
Kelas kami akan mengadakan study tour ke Palembang, namun dia memilih untuk tidak ikut.

3. Kalimat majemuk setara pemilihan, biasanya ditandai dengan kata hubung “atau”.
Contoh :
Riana masih bingung menentukan antara ikut menemani ibunya kuliah di Jerman atau tetap tinggal di sini bersama ayahnya.

4. Kalimat majemuk setara penguatan, biasanya ditandain dengan kata hubung “bahkan”.
Contoh :
Dia memang pemuda yang cerdas, bahkan di usianya yang ke-17 ia sudah mendapatkan gelar sarjana pertamanya.

2. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat merupakan kalimat yang menggabungkan dua kalimat tunggal atau lebih di mana satu sama lain memiliki kedudukan yang berbeda, yakni sebagai induk kalimat dan anak kalimat. Kalimat majemuk bertingkat dapat dibagi menjadi 10 jenis berdasarkan penggunaan kata hubung atau konjungsinya, yakni,

1. Waktu : “ketika”, “sejak”, “saat ini”, dsb.
Contoh :
Anak itu sudah lama hidup sendiri semenjak orang tuanya meninggal ketika dia masih bayi.

2. Sebab: “karena”, “oleh karena itu”, “sebab”, “oleh sebab itu”, dsb.
Contoh :
Tia memuntus pergi dari rumah karena ia tidak kuat lagi melihat kelakuan ayahnya.

3. Akibat: “hingga”, “sehingga”, “maka”, dsb.
Contoh :
Kebakaran hutan itu meluas hingga asap kabut yang ditimbulkan berdampak hingga Singapura dan Malaysia.

4. Syarat: “ jika”, “asalkan”, “apabila”, dsb.
Contoh :
Ani bersedia menerima lamaran Ali, apabila kedua orang tuanya merestui hubungan mereka.

5. Perlawanan: “meskipun”, “walaupun”, dsb.
Contoh :
Meskipun diiming – imingi uang ganti rugi yang besar, warga Kampung Barang  tetap menolak dipindahkan.

6. Pengandaian: “andaikata”, “seandainya”, dsb.
Contoh :
Seandainya Risko menunggu lebih lama lagi, ia pasti akan berjumpa dengan Dewi di kafe itu.

7. Tujuan: “agar”, “supaya”, “untuk”, dsb.
Contoh:
Triana menutuskan pindah ke apartemen ini agar lebih dekat dengan kantornya.

8. Perbandingan: “bagai”, “laksana”, “ibarat”, “seperti”, dsb.
Contoh :
Budak itu jatuh cinta pada putri kerajaan bagaikan punguk yang merindukan bulan.

9. Pembatasan: “kecuali”, “selain”, dsb.
Contoh :
Dia sangat jago di semua mata pelajaran kecuali pelajaran olahraga.

10. Alat: “dengan + kata benda”
Contoh:
Orang itu pergi ke kantor dengan  mobil.

2. Kalimat Campuran
Kalimat campuran adalah kalimat yang terdiri dari sekurang – kurangnya tiga kalimat tunggal.
Contoh :

Patria sedang memasak dan Toni menonton TV di ruang keluarga, ketika aku tiba di rumah mereka.

keterangan
1. Patria sedang memasak
2. Toni menonton TV di ruang keluarga
3. Aku tiba di rumah mereka

(kata hubung “dan” menyatakan kalimat majemuk setara, kata hubung “ketika” menyatakan kalimat majemuk bertingkat.)

Wednesday, December 12, 2018

pengertian kalimat dan unsur-unsur pembentukannya


Pengertian dan Unsur-Unsur Pembentukan Kalimat

A. Pengertian kalimat menurut Para Ahli

Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa (Cook, 1971 ; Elson dan Pickett, 1969). Klimat adalah suatu bentuk linguistik, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal (Bloomfield, 1955). Senada dengan Bloomfield, Hocket (1985) menyatakan bahwa kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk gramatikal yang tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain. 
Di sisi lain Lado (1968) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan kecil dari ekspresi lengkap. Pendapat Lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana (1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap.  Sementara itu Ramlan (1996) mengatakan bahwa kalimat adalah suatu gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. berdasarkan defenisi-defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap.

B. Unsur-unsur Pembentukan Kalimat
Adapun unsur-unsur pembentukan kalimat terdiri dari :

A. Subjek
Subjek atau pokok kalimat merupakan elemen pokok kalimat. Subjek menentukan kejelasan arti kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat, dapat mengaburkan arti kalimat. Kehadiran subjek dalam kalimat berfungsi: (1) membentuk kalimat awal, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk, (2) memperjelas arti, (3) menjadi ide utama, (4) menegaskan makna, (5) memperjelas pikiran ungkapan, dan (6) membentuk kesatuan ide.

Adapun ciri-ciri subjek:
1. Jawaban apa atau siapa
2. Didahului kata bahwa
3. Berupa kata atau frasa benda (nomina)
4. Disertai dengan kata ini atau itu
5. Disertai pewatas yang
6. Kata sifat didahului kata si atau sang: si cantik, si hitam, sang perkasa
7. Tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari, menurut,  berdasarkan, dan lain-lain.
8. Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata bukan.

Contoh : Nina, aku, saya, mereka, keledai, cita – cita, dan lain – lain.

B. Predikat
Sama seperti halnya dengan subjek, predikat kalimat kebanyakan timbul secara eksplisit. Kehadiran predikat dalam kalimat berfungsi: (1) membentuk kalimat awal, kalimat sendiri, kalimat luas, kalimat majemuk, (2) menjadi elemen penjelas, yakni memperjelas ide atau pikiran yang disampaikan dan menentukan kejelasan arti atau makna kalimat, (3) menegaskan makna, (4) membentuk kesatuan pikiran, dan (5) sebagai sebutan.

Adapun ciri-ciri predikat:
1. Jawaban mengapa, bagaimana
2. Dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan
3. Dapat didahului keterangan aspek: akan, seudah, sedang, selalu, hampir
4. Dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, seyogyanya, mesti, selayaknya, dan lain-lain
5. Tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek
6. Didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni
7. Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat atau bilangan.
Contoh : Menyanyi, lari, menangis, berjalan, dan lain – lain.

C. Objek
Subjek dan predikat condong timbul secara spesifik dalam kalimat, akan tetapi objek tidaklah demikian halnya. Keberadaan objek dalam kalimat bergantung pada macam-macam predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Predikat kalimat yang berstatus transitif mempunyai objek. Biasanya, predikat ini berbentuk kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i, misalnya: membuatkan, melarikan; me-i, misalnya: membuati, melempari, menjauhi. Dalam kalimat, objek berfungsi: (1) membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat transitif, (2) memperjelas arti kalimat, dan (3) membentuk kesatuan atau kelengkapan ide.

Adapun ciri-ciri objek:
1. Berupa kata benda
2. Tidak didahului kata depan
3. Mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif
4. Jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat transitif
5. Dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu dipasifkan.

D. Keterangan
Keterangan kalimat berfungsi memperjelas atau melengkapi informasi perintah-perintah kalimat. Tanpa keterangan, informasi menjadi tidak jelas. Hal ini dapat dirasakan kehadirannya terutama dalam surat undangan, laporan penelitian, dan informasi yang terkait dengan tempat, waktu, sebab, dan lain-lain.

Adapun ciri-ciri keterangan:
1. Bukan unsur utama kalimat, tetapi kalimat tanpa keterangan, pesan menjadi tidak jelas, dan tidak lengkap.
2. Tempat tidak terikat posisi, pada awal, tengah, atau akhir kalimat
3. Dapat berupa: keterangan waktu, tujuan, tempat, sebab, akibat, syarat, cara, posesif  (posesif ditrandai kata meskipun, walaupun, atau biarpun), dan pengganti nomina  (menggunakan kata bahwa). Adapun keterangan terderi dari beberapa jenis, yaitu:

1. Keterangan tempat
Contoh : Ayah akan perdi ke Surabaya

2. Keterangan alat
Contoh : Ibu memotong sayuran dengan pisau

3. Keterangan waktu
Contoh : Andi belajar matematika pukul 8 malam

4. Keterangan tujuan
Contoh : Bayi harus minum susu supaya sehat

5. Keterangan penyerta
Contoh : Ibu pergi ke pasar bersama kakak.

6. Keterangan cara
Contoh : Bacalah buku itu dengan seksama

7. Keterangan sebab
Contoh : Toni tidak naik kelas karena malas belajar

Semoga bermanfaat! terimakasih.

Artikel berikutnya kita akan membahas jenis-jenis kalimat!!!!!!!!!!


Monday, December 10, 2018

klausa: pengertian dan jenisnya berdasarkan fungsi


Klausa: Pengertian dan Jenisnya Berdasarkan Fungsi

1. Pengertian klausa

Klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikatif. Artinya, didalam satuan atau konstruksi itu terdapat sebuah predikat, bila dalam satuan itu tidak terdapat predikat, maka satuan itu bukan sebuah klausa (Chaer,2009:150). Klausa merupakan  satuan gramatik yang terdiri atas subjek dan predikat, baik disertai objek, pelengkap, dan keterangan maupun tidak (Ramlan melalui Sukini, 2010:41). Sedangkan Cook melalui Tarigan (2009:76) memberikan batasan bahwa klausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat. Dengan ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada (Sukini, 2010:41-42). 
Ramlan melalui Tarigan (2009: 43) menjelaskan bahwa klausa ialah bentuk linguistik yang terdiri dari subjek dan predikat. Menurut pendapat Arifin (2008:34) klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Klausa atau gabungan kata itu berpotensi menjadi kalimat. Istilah klausa dipakai untuk merujuk pada deretan kata yang paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi belum memiliki intonasi atau tanda baca tertentu. Istilah kalimat juga mengandung unsur paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi sudah dibubuhi  intonasi atau tanda baca tertentu.  (Alwi, 2003:39).

           
2. Jenis Klausa Berdasarkan  Fungsi
Berdasarkan fungsinya, klausa ternyata dapat menduduki fungsi subjek, objek, keterangan, dan pelengkap (Arifin, 2008: 34).


a. Subjek
Arifin (2008: 35) menjelaskan dan memberi contoh bahwasanya subjek adalah bagian klausa yang berwujud nomina atau frase nominal yang menandai apa yang dinyatakan oleh pembicara (penulis). Di dalam bahasa Indonesia, subjek biasanya mendahului predikat.
contoh:
a. berlibur kami sekeluarga
b. berenang itu menyehatkan
Kedua klausa itu disebut klausa inti karena terdiri atas subjek (kami sekeluarga, berenang itu)serta predikat (berlibur, menyehatkan). Kedua klausa itu dapat menjadi inti kalimat, yang bagian-bagiannya juga tetap menduduki fungsi subjek dan predikat, seperti:
a. Kami sekeluarga bulan yang lalu berlibur di Bali.
b. Berenang itu ternyata dapat turut menyehatkan fisik dan mental.

b. Objek
Objek adalah bagian klausa yang berwujud nomina atau frase nominal yang melengkapi verba transitif. Objek dikenai perbuatan yang disebutkan dalam predikat verbal. Objek dapat dibagi menjadi objek langsung dan objek tak langsung.
Objek langsung adalah objek yang langsung dikenai perbuatan yang disebutkan dalam predikat verbal; objek tak langsung adalah objek yang menjadi penerima atau diuntungkan oleh perbuatan yang terdapat dalam predikat verbal.
Contoh:
a. bibi sedang menanak nasi
b. ibu membawa minuman
Nasi pada contoh diatas merupakan objek bagi verba menanak dan minuman menjadi objek bagi verba membawa.
Contoh objek taklangsung:
a. bibi sedang menanakkan nasi untuk kita semua
b. ibu membawakan minuman untuk Ayah
Kita semua objek taklangsung bagi verba menanakkan, sedangkan untuk Ayah objek taklangsung bagi verba membawakan.

c. Klausa Keterangan
Arifin (2008: 36-37) menjelaskan dan memberi contoh bahwasanya klausa keterangan adalah klausa yang menjadi bagian luar inti, yang berfungsi meluaskan atau membatasi makna subjek atau makna predikat.
Contoh:
a. keterangan akibat: penjahat itu dihukum mati
b. keterangan sebab: karena sakit, ia tidak jadi ikut
c. keterangan jumlah: bagai pinang dibelah dua
d. keterangan alat: dinaikkan dengan mesin pengangkat
e. keterangan cara: diterima dengan baik, disetujui dengan musyawarah
f. keterangan kualitas: berlari bagai kilat, menggelegar seperti guntur
g. keterangan modalitas: tidak mungkin itu terjadi, mustahil ia berbohong
h. keterangan pewatas: keterangan lebih lanjut, diceritakan lebih detail
i. keterangan subjek: guru yang baik, rumah yang bersih, anak yang rajin
j. keterangan syarat: tolonglah kalau kau bisa, angkatlah jika kuat
k. keterangan objek: mencari pengusaha yang jujur, menjadi isteri yang baik
l. keterangan tujuan: bekerja untuk hidup, makan demi kesehatan
m. keterangan tempat: datang dari Barat, pergi ke Lampung
n. keterangan waktu: ditunggu sampai besok pagi, berangkat masih subuh
o. keterangan perlawanan: meskipun lambat, selesai juga dikerjakannya

catatan: 
kata-kata yang dicetak miring berfungsi sebagai keterangan.


d. Klausa Pelengkap
Klausa pelengkap adalah klausa yang terdiri atas nomina, frasa nominal, adjektiva, atau frase adjektival yang merupakan bagian dari predikat verbal.
Contoh:
a. abangku menjadi pilot
b. kami bermain bola
c. aku dianggap patung
d. persoalan itu dianggap sepi
e. adik menari Bali
f. Paman berdagang kain
g. negara kita berdasarkan Pancasila

Keterangan :
Kata-kata yang dicetak miring berfungsi sebagai pelengkap.

Saturday, December 8, 2018

pengertian dan jenis klausa berdasarkan katagori pengisi fungsi predikat


1. Pengertian klausa
Klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikatif. Artinya, didalam satuan atau konstruksi itu terdapat sebuah predikat, bila dalam satuan itu tidak terdapat predikat, maka satuan itu bukan sebuah klausa (Chaer,2009:150). Klausa merupakan  satuan gramatik yang terdiri atas subjek dan predikat, baik disertai objek, pelengkap, dan keterangan maupun tidak (Ramlan melalui Sukini, 2010:41). Sedangkan Cook melalui Tarigan (2009:76) memberikan batasan bahwa klausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat. Dengan ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada (Sukini, 2010:41-42). 
Ramlan melalui Tarigan (2009: 43) menjelaskan bahwa klausa ialah bentuk linguistik yang terdiri dari subjek dan predikat. Menurut pendapat Arifin (2008:34) klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Klausa atau gabungan kata itu berpotensi menjadi kalimat.
Istilah klausa dipakai untuk merujuk pada deretan kata yang paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi belum memiliki intonasi atau tanda baca tertentu. Istilah kalimat juga mengandung unsur paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi sudah dibubuhi  intonasi atau tanda baca tertentu.  (Alwi, 2003:39).

2. Klausa Berdasarkan  Kategori Pengisi Fungsi Predikat
Berdasarkan  kategori pengisi fungsi predikat, klausa diklasifikasikan atas klausa verbal, dan klausa nonverbal (Cook melalui Tarigan, 2009:76). Sedangkan menurut Arifin (2008: 38), berdasarkan strukturnya, klausa dapat dibedakan menjadi klausa verbal dan klausa nonverbal. Menurut Chaer (2009: 151), berdasarkan  kategori pengisi fungsi P dapat dibedakan adaanya: klausa verbal, klausa nominal, klausa ajektifal, klausa preposisional, klausa numeral.
Dalam pembahasan ini klasifikasi klausa berdasarkan  kategori pengisi fungsi predikat terdiri dari klausa verbal dan klausa nonverbal. Klausa verbal terbagi menjadiklausa transitif  dan klausa intransitif. Klausa transitif berdasarkan hubungan aktor aksi,diklasifikasikan menjadi klausa aktif, klausa pasif, klausa medial dan klausa resiprokal. Klausa nonverbal terdiri atas klausa nominal, adjektival, numeral, dan preposisional.

1. Klausa Verbal
Klausa Verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori kata kerja (Sukini, 2010:46). Klausa Verbal adalah klausa yang berpredikat verbal (Tarigan, 2009:77). Arifin (2008: 38) mengatakan bahwa klausa verbal adalah klausa yang predikatnya verba.
Jadi klausa verbal memiliki predikat yang berupa kata kerja.
Contoh:
a. petani mengerjakan sawahnya dengan tekun
b. dengan rajin, bapak guru memeriksa karangan murid
c. mereka memancing di sungai
d. kita  menyanyi  bersama
e. adik menangis
f. kami bermain bola

Berdasarkan struktur internalnya, klausa verbal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu klausa transitif  dan  klausa intransitif (Tarigan, 2009:77). Menurut Arifin (2008: 38), klausa verbal terdiri atas klausa verbal aktif transitif dan klausa verbal aktif tak transitif.

1.1 Klausa Transitif 
Klausa transitif  adalah klausa yang mengandung kata kerja transitif, yaitu kata kerja yang menghendaki hadirnya objek(Sukini, 2010:46). Menurut (Tarigan, 2009:44), Klausa transitif  adalah klausa yang mengandung kata kerja transitif, yaitu kata kerja yang mempunyai kapasitas memiliki satu atau lebih obyek.
Contoh:
a. Rudi mengagumi Yuli
b. ayah membelikan adik sepatu roda
      
Klausa transitif  jika dilihat dari hubungan aktor aksi, dapat pula diklasifikasikan menjadi klausa aktif, klausa pasif, klausa medial dan klausa resiprokal (Tarigan, 2009:77).
Selanjutnya (Tarigan, 2009:77) menjelaskan dan memberi contoh:

1)  Klausa Aktif
Klausa aktif  adalah klausa yang subyeknya berperan sebagai pelaku atau aktor.
Arifin (2008:38) menjelaskan bahwa klausa aktif transitif adalah klausa yang predikat verbalnya mempunyai sasaran dan/ atau mempunyai objek. Verba yang menjadi predikatnya berimbuhan meng-, meng-/-I, atau meng-/-kan.
Contoh:
a.       Ayah melihat saya menulis surat
b.      saya melarang kamu mencangkul kebun itu
c.       ibu menyuruh dia memanggil nenek
d.      siapa menyaksikan ibu makan nasi itu
e.       dokter menganjurkan ayah minum kopi
f.       bibi menjual makanan
g.      aku mengirimkan surat
h.      anak-anak memetiki mangga

2)  Klausa Pasif
Klausa pasif adalah klausa yang subyeknya berperan sebagai penderita.
Arifin (2008:39) menjelaskan bahwa klausa verbal pasif adalah klausa yang menunjukkan bahwa subjek dikenai pekerjaan atau sasaran perbuatan seperti yang disebutkan dalam predikat verbalnya. Verba yang menjadi predikatnya berimbuhan di-,ter-, atau ber-/-an, atau diawali kata kena.

Contoh:
a.       ayah tahu benar  surat itu kutulis
b.      saya tidak mau tahu kebun itu kau cangkul
c.       kenapa kamu melarang  nenek dipanggil oleh adik
d.      semua tahu  nasi itu di makan ibu
e.       saya melihat sendiri  kopi itu diminum oleh ayah 
f.       kurban ditembak kami kehujanan
g.      kakak bercukur kurban tertembak
h.      melarikan diri
i.        menghindarkan diri
j.        melepaskan diri
k.      memperkaya diri

3)  Klausa Medial
Klausa medial adalah klausa yang subyeknya berperan baik sebagai pelaku maupun penderita.
Contoh:
a. dia menghibur hatinya
b. dia menyiksa dirinya
c.  kamu menyusahkan dirimu melulu
d.  aku menusuk jariku
e.  aku merenungi nasibku
f.  aku menenangkan pikiranku
g. si Ani mengamati wajahnya sendiri

4) Klausa Resiprokal
Klausa Resiprokal atau klausa refleksif adalah klausa yang subyek dan obyeknya melakukan perbuatan yang berbalas-balasan (Tarigan,2009: 49).

Contoh:
a.       saya tidak suka kalau kalian baku hantam dengan mereka
b.      ayah menganjurkan agar kami saling mengasihi dengan saudara
c.       paman menyuruh saya bersalam-salaman dengan tamu
d.      tetangga, sering mendengar Mak Ali saling caci dengan Mak Ina
e.       tahukah kamu bahwa keluarga saya sering berkunjung-kunjungan dengan keluarga mereka
f.       dalam Koran dapat dibaca bahwa baku serang antara Palestina dengan Israel sudah mereda

1.2 Klausa Intransitif 
Klausa Intransitif  adalah klausa yang predikat verbalnya  tidak  memerlukan kehadiran objek (Sukini, 2010:47). Cook melalui Tarigan (2009: 49) menjelaskan bahwa klausa intransitif  adalah klausa yang mengandung kata kerja intransitif, yaitu kata kerja yang tidak memerlukan obyek.
Contoh:
a. para siswa berbaris di lapangan
b. matahari terbit di timur
c. ayah pergi ke sawah
d. ibu tinggal di rumah
e. adik bermain-main di pekarangan
f. nenek tidur di kamar
g. kakek duduk di kursi


a. Klausa Nonverbal    
Klausa nonverbal adalah klausa yang predikatnya berkategori selain kata kerja. Unsur pengisi fungsi P yang tidak berkategori verbal, antara lain nominal, adjektival, numeral, dan preposisional (Sukini, 2010:46).
Sementara itu Tarigan (2009:50) memberikan batasan bahwa klausa nonverbal adalah klausa  yang  berpredikat nomina, ajektif, atau adverbia. Klausa nonverbal ini dapat pula dibagi atas: klausa statif dan klausa ekuasional.

b. Klausa nominal
Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berkategori kata benda.
Elson dan Pickett melalui Tarigan (2009: 51) mengatakan bahwa klausa ekuasional adalah klausa yang berpredikat nomina.
Contoh:
a. saudaranya guru
b. yang dibeli orang itu sepeda
c. nenekku dukun
d. pamannya pedagang
e. adiknya dokter
f. atap rumah itu daun rumbia
g. isteriku guru

c. Klausa Adjektival
Klausa adjektival adalah klausa yang predikatnya berkategori kata keadaan.
Elson dan Pickett melalui Tarigan (2009: 51) mengatakan bahwa klausa statif adalah klausa yang berpredikat ajektif atau yang dapat disamakan dengan ajektif.
Chaer (2009: 158) mengatakan bahwa klausa ajektifal memiliki fungsi wajib S dan P. Klausa ajektifal dapat disusun dari fungsi S yang berkategori N dan fungsi P yang berkategori A.

Contoh:
a. harga buku sangat mahal
b. udaranya panas sekali
c. anak itu pintar
d. neneknya kaya
e. mereka capek

d. Klausa Numeral
Klausa numeral adalah klausa yang predikatnya berkategori kata bilangan.
Chaer (2009: 160) mengatakan bahwa klausa numeral adalah klausa yang fungsi P nya diisi oleh frase numeral.
Contoh:
a. roda truk itu  enam
b. kerbau petani itu dua ekor
c. gajinya dua juta sebulan
d. uangnya seratus ribu rupiah
e. anak pak Amat lima orang
f. mobil pejabat itu empat buah
g. luas kebunnya seribu meter
Klausa numeral lazim digunakan bahasa ragam lisan dan ragam bahasa nonformal. Dalam ragam formal fungsi P akan diisi oleh sebuah verba; dan frase numeral berubah fungsi menjadi keterangan.
Contoh:
a. roda truk itu ada  enam
b. kerbau petani itu hanya dua ekor
c. gajinya ada dua juta sebulan
d. uangnya sebesar seratus ribu rupiah
e. anak pak Amat berjumlah lima orang
f. mobil pejabat itu ada empat buah
g. luas kebunnya mencapai seribu meter

e. Klausa Preposisional
Klausa preposisional adalah klausa yang predikatnya berkategori kata depan.
Chaer (2009: 159) mengatakan bahwa klausa preposisional adalah klausa yang fungsi P nya diisi oleh frase preposisional.
Contoh:
a. pegawai itu ke kantor setiap hari
b. kakak di kampus
c. ibu dan ayah ke pasar
d. mereka dari Medan
e. ayah dan kakek di kampung
f. uangnya di bank
g. berangkatnya dari rumah
Klausa preposisional ini lazim digunakan dalam bahasa ragam lesan dan ragam bahasa nonformal. Dalam ragam formal fungsi P akan diisi oleh sebuah verba; dan frase preposisinya  berubah fungsi menjadi keterangan.
Contoh:
a. pegawai itu pergi ke kantor setiap hari
b. kakak ada di kampus
c. ibu dan ayah berangkat  ke pasar
d. mereka ampon dari Medan
e. ayah dan kakek berada  di ampong
f. uangnya disimpan  di bank
g. berangkatnya berawal dari rumah
           

Friday, December 7, 2018

Pengertian dan Jenis Klausa Berdasarkan Ada Tidaknya Unsur Negasi pada Predikat


1. Pengertian klausa
Klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikatif. Artinya, didalam satuan atau konstruksi itu terdapat sebuah predikat, bila dalam satuan itu tidak terdapat predikat, maka satuan itu bukan sebuah klausa (Chaer,2009:150). Klausa merupakan  satuan gramatik yang terdiri atas subjek dan predikat, baik disertai objek, pelengkap, dan keterangan maupun tidak (Ramlan melalui Sukini, 2010:41). Sedangkan Cook melalui Tarigan (2009:76) memberikan batasan bahwa klausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat. Dengan ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada (Sukini, 2010:41-42). 
Ramlan melalui Tarigan (2009: 43) menjelaskan bahwa klausa ialah bentuk linguistik yang terdiri dari subjek dan predikat. Menurut pendapat Arifin (2008:34) klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Klausa atau gabungan kata itu berpotensi menjadi kalimat. Istilah klausa dipakai untuk merujuk pada deretan kata yang paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi belum memiliki intonasi atau tanda baca tertentu. Istilah kalimat juga mengandung unsur paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi sudah dibubuhi  intonasi atau tanda baca tertentu.  (Alwi, 2003:39).

2. Klausa Berdasarkan  Ada Tidaknya Unsur Negasi pada Predikat
Berdasarkan  ada tidaknya unsur negasi pada predikat, klausa diklasifikasikan atas klausa positif, dan klausa negatif (Ramlan melalui Sukini, 2010:45).

a. Klausa Positif
Klausa positif  ialah klausa yang tidak memiliki kata negasi/pengingkaran pada fungsi Predikat.
Contoh:
a.       mereka diliputi oleh perasaan senang
b.      mertua itu sudah dianggap sebagai ibunya
c.       pak ketua hadir hari ini
d.      Lili seorang penari
e.       orang tuanya masih ada
f.       yang dicari hanya dia



b. Klausa Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang predikatnya memiliki unsur negasi. Unsur negasi adalah unsur yang mengandung pengingkaran, seperti kata tidak, tak, bukan, tiada, belum, dan jangan.
Contoh:
a.    orang tuanya sudah tiada
b.   yang dicari bukan dia
c.    pak ketua tidak hadir hari ini
d.   tak seorangpun  yang mau
e.    mertua itu masih belum dianggap sebagai ibunya
f.    mereka bertanding tanpa pelatih

Wednesday, December 5, 2018

klausa : pengertian dan jenis klausa berdasarkan distribusinya


1. Pengertian klausa
Klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikatif. Artinya, didalam satuan atau konstruksi itu terdapat sebuah predikat, bila dalam satuan itu tidak terdapat predikat, maka satuan itu bukan sebuah klausa (Chaer,2009:150). Klausa merupakan  satuan gramatik yang terdiri atas subjek dan predikat, baik disertai objek, pelengkap, dan keterangan maupun tidak (Ramlan melalui Sukini, 2010:41).
Sedangkan Cook melalui Tarigan (2009:76) memberikan batasan bahwa klausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat. Dengan ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada (Sukini, 2010:41-42). Ramlan melalui Tarigan (2009: 43) menjelaskan bahwa klausa ialah bentuk linguistik yang terdiri dari subjek dan predikat.
Menurut pendapat Arifin (2008:34) klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Klausa atau gabungan kata itu berpotensi menjadi kalimat. Istilah klausa dipakai untuk merujuk pada deretan kata yang paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi belum memiliki intonasi atau tanda baca tertentu. Istilah kalimat juga mengandung unsur paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi sudah dibubuhi  intonasi atau tanda baca tertentu.  (Alwi, 2003:39).

2. Jenis Klausa Berdasarkan  Distribusinya
Berdasarkan  distribusi unitnya, klausa diklasifikasikan atas klausa bebas, dan klausa terikat (Cook melalui Tarigan ,2009: 76). Sedangkan menurut Arifin (2008: 34), berdasarkan distribusi satuannya, klausa dapat dibagi menjadi klausa bebas dan klausa terikat.

1. Klausa Bebas
Klausa bebas dalam kalimat majemuk subordinatif disebut klausa atasan, dan klausa terikat disebut klausa bawahan (Chaer,2009:161). Disebut klausa bebas jika unsur-unsur fungsinya lengkap dan jika diberi intonasi final dapat menjadi kalimat. Sedangkan  klausa terikat unsur-unsur fungsinya tidak lengkap.
Klausa Bebas adalah klausa yang mampu berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna, tidak menjadi bagian yang terikat pada klausa yang lain (Sukini, 2010:44).
Arifin (2008: 34) mengatakan bahwa klausa bebas adalah klausa yang berpotensi menjadi kalimat lengkap.
Contoh :
a.      Mari bernyanyi
b.      Universitas PGRI memperhatikan minat mahasiswa
c.       Jangan bersuara
d.      Ayah membuat layang-layang
e.      Saya akan datang

2.  Klausa Terikat
Klausa terikat adalah klausa yang tidak mampu berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna, dan  menjadi bagian yang terikat dari konstruksi yang lain (Sukini, 2010:44). Cook melalui Tarigan (2009: 52) menjelaskan bahwa Klausa terikat adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna; hanya mempunyai potensi sebagai kalimat tak sempurna. Arifin (2008: 34) mengatakan bahwa klausa terikat adalah klausa yang tidak berpotensi menjadi kalimat lengkap, tetapi hanya berpotensi menjadi kalimat minor.
Dari ketiga pendapat tersebut yang menjadi kesepakatan dalam batasan klausa terikat adalah potensinya tidak akan menjadi kalimat sempurna dan tidak dapat berdiri sendiri.
Contoh :
a.       meskipun telah mengumpulkan makalah...
b.      jika hanya menyalin...
c.       biarpun kecil...
d.      karena hari sudah malam...
e.       ...kalau diundang

Tuesday, December 4, 2018

jenis frasa berdasarkan unsur pembentukannya


1. Pengertian Frasa Menurut Para Ahli

1. Pengertian Frasa Menurut Ramlan
Menurut Ramlan (Bagus, 2008:2) bahwa pengertian frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata ataupun lebih yang tidak melampui dari suatu batas fungsi yang terdapat dalam unsur klausa. 

2.Pengertian Frasa Menurut Putrayasa 
Menurut Putrayasa (Bagus, 2008:3) bahwa pengertian frasa adalah kelompok kata yang memiliki kedudukan sebagai sautu fungsi dalam kalimat yang tidak semua dari frase itu terdiri dari kelompok kata. 

3.Pengertian Frasa Menurut Tarmini
Menurut Tarmini (11:2012) bahwa pengertian frasa adalah suatu konstruksi yang terdiri dari dua konstituen atau lebih yang mampu mengisi fungsi sintaksis tertentu yang terdapat dalam kalimat akan tetapi tidak melampui dari batas-batas fungsi klausa atau yang dapat dikatakan sebagai frasa itu nonpredikatif.

4. Pengertian Frasa Menurut Lyons
Menurut Lyons (dalam Soetikno, 1995:168) bahwa pengertian frasa adalah satu kelompok kata yang secara gramatikal sepadan dengan satu kata dan tidak memiliki subjek dan predikat sendiri.

5.Pengertian Frasa Menurut Richard 
Menurut Richard bahwa pengertian Frasa adalah A phrase does not contain a finite verb and does not have a subject-predicate structure (Frasa tidak mengandung kata kerja berhingga dan tidak memiliki struktur predikat subjek)

6. Pengertian Frasa Menurut Redford
Pengertian Frasa Menurut Redford (1999:290) bahwa pengertian frasa adalah As a sequence of two or more words is not a clause (because it does not contain a subject and/ord predicate. 

7. Pengertian Frasa Menurut Trask
Pengertian Frasa Menurut Trask (1999:237) bahwa pengertian frasa adalah " A grammatical unit which is smaller than a clause. The tern phares is an ancient one, and it has long been used to denote a grammatical unit which typically (thought not invariably) consist of two or more words, but which does not contain all of the things found in a clause." 

8. Pengertian Frasa Menurut Kridalaksana 
Menurut Kridalaksana bahwa pengertian frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang memiliki sifat tidak predikatif, gabungan itu dapat rapat, dapat renggang. 

2. Jenis frasa berdasarkan unsur pembentukannya

A.     Frasa Endosentrik
Yaitu frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik dari semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya. Contoh frasa yang endosentrik seperti frasa dua orang mahasiswa  dalam klausa dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik dengan unsur dua orang maupun dengan unsur mahasiswa. Demikian juga frasa sedang membaca, mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, yaitu unsur membaca dan frasa buku baru yang mempunyai persamaan dengan unsur buku.
 Frasa endosentrik dapat dibedakan dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:

 1). Frasa endosentrik yang koordinatif
 Frasa ini terdiri dari unsur-unsur yang setara. Kesetaraannya dibuktikan oleh unsur yang dihubungkan dengan kata penghubung  dan atau atau. Misalnya suami dan istri,  belajar atau bekerja.

2). Frasa endosentrik yang atributif
Frasa ini terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara karena itu kata-katanya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau. Misalnya sangat bangga, pembangunan lima tahun, pekarangan luas, sedang belajar. Kata yang digarisbawahi merupakan unsur pusat yaitu unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frasa dan secara semantik merupakan unsur yang terpenting sedangkan unsur yang lainnya merupakan atribut.

3).  Frasa endosentrik yang apositif
Frasa ini terdiri dari unsur-unsur tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau dan secara semantik unsur yang satu sama dengan unsur yang lain. Contohnya pada frasa Ahmad, anak Pak Sastro, sedang belajar . unsur Pak Sastro sama dengan unsur Ahmad, karena sama, maka anak Pak Sastro dapat menggantikan unsur Ahmad. Unsur Ahmad merupakan unsur pusat sedang Pak Sastro merupakan aposisi.

B.    Frasa eksosentrik
Frasa eksosentrik adalah  frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Contohnya yaitu frasa di perpustakaan dalam klausa dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan, frasa tersebut tidak mempunya distribusi yang sama dengan semua unsurnya.

Monday, December 3, 2018

ruang lingkup kajian sintaksis


Ruang Lingkup Kajian Sintaksis

Pengertian
Sintaksis secara etiomologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘sun’ artinya dengan dan ‘tattein’ artinya menempatkan. Jadi, secara etimologis sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Sintaksis yang berasal dari bahasa Belanda yaitu syntaxsis. Sedangkan dalam bahasa Inggris adalah syntax.
Secara defenisi pengertian sintaksis adalah: Sintaksis adalah cabang tata bahasa mengenai studi penghimpunan kata-kata dalam kalimat-kalimat dan alat dengan mana hubungan seperti itu terlihat. Misalnya tertib kata atau infleksi
Sintaksis berkenaan dengan penemuan jenis-jenis kalimat dasar dengan pemberian penggantian yang muncul dari setiap unsur dari jenis unsure itu.
Sintaksis adalah studi dan aturan-aturan dari hubungan kata-kata satu sama lainnya sebagai penyatuan gagasan dan sebagai bagian-bagian dari struktur-struktur kalimat, studi dan ilmu bangun kalimat.
Sintaksis menurut Ramlan (1981:1) mengatakan” sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase.
Ringkasnya sintaksis adalah studi penghimpunan dan tautan timbale balik antara kata-kata, frase-frase, klausa-klausa dalam kalimat.
Unsur bahasa yang termasuk di dalam sintaksis adalah frase, kalusa,dan kalimat. Tuturan dalam hal ini menyangkut apa yang dituturkan orang dalam bentuk kalimat.


Struktur Sintaksis
Secara umum struktur sintaksis itu terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan. Menurut Verhar (1978) fungsi-fungsi sintaksis itu yang terdiri dari unsur-unsur S, P, O, dan K itu merupakan “kotak-kotak kosong” atau “tempat0tempat kosong” yang tidak mempunyai arti apa-apa karenan kekosongannya. Tempat-tempat kosong itu akan diisi oleh sesuatu yang berupa kategori dan memiliki peranan tertentu.
Contoh kalimat:          Nenek melirik kakek tadi pagi.
Tempat kosong yang bernama subjek disi oleh kata nenek yang berkategori nomina, tempat kosong yang bernama predikat diisi oleh kata melirik  yang berkategori verba, tempat kosong yang bernama objek diisi oleh kata  kakek yang berkategori nomina, dan tempat kosong yang bernama keterangan diisi oleh frasa tadi pagi yang berkategori nomina.

Kata sebagai Satuan Sintaksis
Dalam tataran morfologi kata merupakan satuan terbesar (satuan terkecilnya adalah morfem), tetapi dalam tataran sintaksis kata merupakan satuan terkecil yang secara hierarkial menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase. Kata sebagai satuan sintaksis, yaitu dalam hubungannya dengan unsure-unsur pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frasa, klausa, dan kalimat. Sebagai satuan terkecill dalam sintaksis, kata berperanan sebagai pengisi fungsi sintaksis, sebagai penanda kategori sintaksis, dan sebagai perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan sintaksis.
Dalam pembicaraan kata sebagai pengisi satuan sintaksis, pertama-pertama harus kita bedakan dulu  adanya dua macam kata, yaitu yang disebut kata penuh (fullword) dan kata tugas (functionword). Kata penuh adalah kata yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat bersendiri sebagai sebuah satuan tuturan.
Sedangkan yang disebut kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup, dan di dalam pertuturan dia tidak dapat bersendiri.

Ø  Frasa
Frasa atau frase adalah sebuah makna linguistik. Lebih tepatnya, frasa merupakan satuan linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat. Frasa adalah kumpulan kata nonpredikatif. Artinya frasa tidak memiliki predikat dalam strukturnya. Itu yang membedakan frasa dari klausa dan kalimat.
Contoh:
Nenekku
Di pohon

Ciri-ciri Frasa

Frasa memiliki beberapa ciri yang dapat diketahui, yaitu :
Terbentuk atas dua kata atau lebih dalam pembentukannya.
Menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat.
Mengandung satu kesatuan makna gramatikal.
Bersifat non-predikatif.

Jenis-jenis Frasa

1.      Frasa berdasarkan jenis/kelas kata

Frasa Nomina
Frasa Nomina adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata benda. Frasa nominal dapat dibedakan lagi menjadi 3 jenis yaitu :

1.      Frasa Nomina Modifikatif (mewatasi), misal : rumah mungil, hari senin, buku dua buah, bulan pertama, dll.
2.      Frasa Nomina Koordinatif (tidak saling menerangkan), misal : hak dan kewajiban, sandang pangan, ', lahir bathin, dll.
3.      Frasa Nomina Apositif
Contoh frasa nominal apositif :
a). Jakarta, Ibukota Negara Indonesia, sudah berumur 485 tahun.
b). Melati, jenis tanaman perdu, sudah menjadi simbol bangsa Indonesia sejak lama.

Frasa Verbal
Frasa Verbal adalah kelompok kata yang terbentuk dari kata kata kerja. Kelompok kata ini terbagi menjadi 3 macam, yaitu :

1.      Frasa Verbal Modifikatif (pewatas), terdiri atas pewatas belakang, misal : a). Ia bekerja keras sepanjang hari. b). Kami membaca buku itu sekali lagi. Pewatas depan, misal : a). Kami yakin mendapatkan pekerjaan itu. b). Mereka pasti membuat karya yang lebih baik lagi pada tahun mendatang.
2.      Frasa Verbal Koordinatif adalah 2 verba yang digabungkan menjadi satu dengan adanya penambahan kata hubung 'dan' atau 'atau', Contoh kalimat : a). Orang itu merusak dan menghancurkan tempat tinggalnya sendiri. b). Kita pergi ke toko buku atau ke perpustakaan.
3.      Frasa Verbal Apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan. Contoh kalimat : a). Pekerjaan Orang itu, berdagang kain, kini semakin maju. b). jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah pertambangan batubara.

Frasa Ajektifa
Frasa ajektifa ialah kelompok kata yang dibentuk oleh kata sifat atau keadaan sebagai inti (diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan, seperti : agak, dapat, harus, lebih, paling dan 'sangat. Kelompok kata ini terdiri dari 3 jenis, yaitu :

1.      Frasa Adjektifa Modifikatif (membatasi), misal : cantik sekali, indah nian, hebat benar, dll.
2.      Frasa Adjektifa Koordinatif (menggabungkan), misal : tegap kekar, aman tentram, makmur dan sejahtera, dll
3.      Frasa Adjektifa Apositif, misal :
a). Srikandi cantik, ayu menawan, diperistri oleh Arjuna.
b). Desa Jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah pertambangan batubara.
Frasa Apositif bersifat memberikan keterangan tambahan. Frasa Srikandi cantik dan Desa Jorong merupakan unsur utama kalimat, sedangkan frasa ayu menawan, dan tempat tinggalku dulu, merupakan keterangan tambahan.

Frasa Adverbial
Frasa Adverbial ialah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa ini bersifat modifikasi (mewatasi), misal : sangat baik kata baik merupakan inti dan kata sangat merupakan pewatas. Frasa yang bersifat modifikasi ini contohnya ialah agak besar, kurang pandai, hampir baik, begitu kuat, pandai sekali, lebih kuat, dengan bangga, dengan gelisah. Frasa Adverbial yang bersifat koordinatif (yang tidak menerangkan), contoh frasanya ialah lebih kurang kata lebih tidak menerangkan kurang dan kurang tidak menerangkan lebih.

Frasa Pronominal
Frasa Pronominal ialah frasa yang dibentuk dengan kata ganti, frasa ini terdiri atas 3 jenis yaitu :

1.      Modifikatif, misal kalian semua, anda semua, mereka semua, mereka itu, mereka berdua.
2.      Koordinatif, misal engkau dan aku, kami dan mereka, saya dan dia.
3.      Apositif, misal :
a). Kami, putra-putri Indonesia, menyatakan perang melawan narkotika.

Frasa Numeralia
Frasa Numeralia ialah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa ini terdiri atas :

1.      Modifikatif, contoh : a). Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban. b). Kami membeli setengah lusin buku tulis.
2.      Koordinatif, contoh : a). Entah dua atau tiga sapi yang telah dikurbankan. b). Dua atau tiga orang telah menyetujui kesepakatan itu.

Frasa Interogativ Koordinatif ialah frasa yang berintikan pada kata tanya. contoh : a). Jawaban dari apa atau siapa ciri dari subjek kalimat. b). Jawaban dari mengapa atau bagaimana merupakan pertanda dari jawaban predikat.

Frasa Demonstrativ Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh dua kata yang tidak saling menerangkan. contoh : a). Saya tinggal di sana atau di sini sama saja. b). Kami pergi kemari atau kesana tidak ada masalah.

Frasa Preposisional Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh kata depan yang tidak saling menerangkan. contoh : a). Petualangan kami dari dan ke Jawa memerlukan waktu satu bulan. b). Perpustakaan ini dari, oleh, dan untuk masyarakat umum.

2.      Frasa berdasarkan fungsi unsur pembentuknya

Berdasarkan fungsi dari unsur pembentuknya frasa terdiri dari beberapa macam, yaitu :

Frasa Endosentris yaitu frasa yang unsur-unsurnya berfungsi untuk diterangkan dan menerangkan (DM) atau menerangkan dan diterangkan (MD). contoh frasa : kuda hitam (DM), dua orang (MD).
Ada beberapa jenis frasa endosentris, yaitu :

1.      Frasa atributif yaitu frasa yang pola pembentuknya menggunakan pola DM atau MD. contoh : Ibu kandung (DM), tiga ekor (MD).
2.      Frasa apositif yaitu frasa yang salah satu unsurnya (pola menerangkan) dapat menggantikan kedudukan unsur intinya (pola diterangkan). contoh : Alip si penari ular sangat cantik., kata Alip posisinya sebagai diterangkan (D), sedangkan si penari ular sebagai menerangkan (M).

3.      Frasa koordinatif yaitu frasa yang unsur-unsur pembentuknya menduduki fungsi inti (setara). contoh : ayah ibu, warta berita, dll.

Frasa eksosentris yaitu frasa yang salah satu unsur pembentuknya menggunakan kata tugas. contoh : dari Bandung, kepada teman, di kelurahan, dll.

3.      Frasa Berdasarkan satuan makna yang dikandung/dimiliki unsur-unsur pembentuknya

Untuk kategori frasa berdasarkan satuan makna yang dikandung atau yang dimiliki unsur-unsur pembentuknya dapat dibagi menjadi beberapa frasa, yaitu :

1.      Frasa biasa yaitu frasa yang hasil pembentukannya memiliki makna yang sebenarnya (denotasi). contoh kalimat : a) Ayah membeli kambing hitam; b) Meja hijau itu milik ibu.
2.      Frasa idiomatik yaitu frasa yang hasil pembentukannya menimbulkan/memiliki makna baru atau makna yang bukan sebenarnya (konotasi). contoh kalimat : Orang tua Lintang baru kembali dari Jakarta

Ø  Klausa
Klausa merupakan tataran dalam sintaksis yang berada di atas tataran frase dan di bawah tataran kalimat.

A.    Pengertian Klausa

Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada kom­ponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan.

Sebuah konstruksi disebut kalimat kalau kepada konstruksi itu diberikan intonasi final atau intonasi kalimat. Jadi, konstruksi nenek mandi baru dapat disebut kalimat kalau kepadanya diberi intonasi final kalau belum maka masih berstatus klausa.Tempat klausa adalah di dalam kalimat. Dapat juga dikatakan, klausa adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung unsur predikatif (Keraf, 1984:138). Klausa berpotensi menjadi kalimat. (Manaf, 2009:13) menjelaskan bahwa yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final. Intonasi final itu dapat berupa intonasi berita, tanya, perintah, dan kagum. Widjono (2007:143) membedakan klausa sebagai berikut.

Klausa kalimat majemuk setara

Dalam kalimat majemuk setara (koordinatif), setiap klausa memiliki kedudukan yang sama. Kalimat majemuk koordinatif dibangun dengan dua klausa atau lebih yang tidak saling menerangkan.
Contohnya sebagai berikut:
Rima membaca kompas, dan adiknya bermain catur.
Klausa pertama Rima membaca kompas. Klausa kedua adiknya bermain catur. Keduanya tidak saling menerangkan.

2.      Klausa kalimat majemuk bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat dibangun dengan klausa yang berfungsi menerangkan klausa lainnya. Contohnya sebagai berikut. Orang itu pindah ke Jakarta setelah suaminya bekerja di Bank Indonesia. Klausa orang itu pindah ke Jakarta sebagai klausa utama (lazim disebut induk kalimat) dan klausa kedua suaminya bekerja di Bank Indonesiamerupakan klausa sematan (lazim disebut anak kalimat).

3.      Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat

Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan bertingkat, terdiri dari tiga klausa atau lebih. Contohnya seperti berikut ini. Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. Kalimat di atas terdiri dari tiga klausa yaitu. 1) Dia pindah ke Jakarta (klausa utama) 2) Setelah ayahnya meninggal (klausa sematan) 3) Ibunya kawin lagi (klausa sematan) Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal. (Kalimat majemuk bertingkat) Ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. (Kalimat majemuk setara)

B.     Jenis Klausa

Berdasarkan strukturnya dapat dibedakan adanya klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai subyek dan predikat, dan karena itu mempunyai potensi untuk menjadi kalimat mayor.

Klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap. Berdasarkan kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya dapat dibedakan adanya klausa verbal, klausa nominal, klausa ajektival, klausa adverbial dan klausa preposisional. Dengan adanya berbagai tipe verba, maka dikenal adanya klausa transitif, klausa intransitif, klausa refleksif dan klausa resprokal.

Kluasa ajektival adalah klausa yang predikatnya berkategori ajektiva, baik berupa kata maupun frase. Klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya berupa adverbial. Klausa preposisional adalah klausa yang predikatnya berupa frase berkategori.
Klausa numeral adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau frasenumerila . Klausa berupa sata dalah klausa yang subjeknya terikat di dalam predikatnya, meskipun di tempat lain ada nomina atau frasenomina yang juga berlaku sebagai subjek.

Ø  Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran (Widjono:146). Manaf (2009:11) lebih menjelaskan dengan membedakan kalimat menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang mempunyai ciri sebagai berikut:
Satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan prediket, baik unsur fungsi itu eksplisit maupun implisit;
Satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum.
Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!).
Ciri-ciri kalimat Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut. Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru, Sekurang-kurangnya terdiri dari atas subjek dan prediket. Predikat transitif disertai objek, prediket intransitif dapat disertai pelengkap. Mengandung pikiran yang utuh. Mengandung urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek, prediket, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya. Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas.
Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan. 3.2. Fungsi sintaksis dalam kalimat Fungsi sintaksis pada hakikatnya adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat diisi oleh bentuk bahasa tertentu (Manaf, 2009:34). Wujud fungsi sintaksis adalah subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel.), dan keterangan (ket). Tidak semua kalimat harus mengandung semua fungsi sintaksis itu. Unsur fungsi sintaksis yang harus ada dalam setiap kalimat adalah subjek dan prediket, sedangkan unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur penunjang dalam kalimat. Fungsi sintaksis akan dijelaskan berikut ini.

Subjek

Fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu dibicarakan atau dijelaskan oleh fungsi sintaksis lain, yaitu prediket. Ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut: jawaban apa atau siapa, dapat didahului oleh kata bahwa, berupa kata atau frasa benda (nomina) dapat diserta kata ini atau itu, dapat disertai pewatas yang, tidak didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain, tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan dengan kata bukan.
Hubungan subjek dan prediket dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
Adik bermain (S) Ibu memasak. S

Predikat

Predikat merupakan unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok kalimat atau subjek. Hubungan predikat dan pokok kalimat dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
Adik bermain. (S) Adik adalah pokok kalimat bermain adalah yang menjelaskan pokok kalimat.
Ibu memasak. S P Ibu




Objek

Fungsi objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba transitif pengisi predikat dalam kalimat aktif. Objek dapat dikenali dengan melihat verba transitif pengisi predikat yang mendahuluinya seperti yang terlihat pada contoh di bawah ini.
Dosen menerangkan materi. S P O
menerangkan adalah verba transitif.
Ibu menyuapi adik. S P O
Menyuapi adalah verba transitif. Objek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berupa nomina atau frasa nominal seperti contoh berikut,
Ayah membaca koran. S P O      Koran adalah nomina.
Adik memakai tas baru. S P O Tas baru adalah frasa nominal berada langsung di belakang predikat (yang diisi oleh verba transitif) seperti contoh berikut,
Ibu memarahi kakak. S P O
Guru membacakan pengumuman. S P O
dapat diganti enklitik –nya, ku atau –mu, seperti contoh berikut,
Kepala sekolah mengundang wali murid. S P O
Kepala sekolah mengundangnya. S P O
objek dapat menggantikan kedudukan subjek ketika kalimat aktif transitif dipasifkan, seperti contoh berikut,
Ani membaca buku. S P O Buku dibaca Ani. S P Pel.

Pelengkap

Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat. Pelengkap (pel.) bentuknya mirip dengan objek karena sama-sama diisi oleh nomina atau frasa nominal dan keduanya berpotensi untuk berada langsung di belakang predikat. Kemiripan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada contoh berikut.
Bu Minah berdagang sayur di pasar pagi. S P pel. ket.
Bu Minah menjual sayur di pasar pagi. S P O ket. Pelengkap
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pelengkap kehadirannya dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks ber dan predikat pasif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks di- atau ter-, seperti contoh berikut.
Bu Minah berjualan sayur di pasar pagi. S P Pel. Ket. Buku dibaca Ani. S P Pel.
pelengkap merupakan fungsi kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba dwitransitif pengisi predikat seperti contoh berikut.
Ayah membelikan adik mainan. S P O Pel.
membelikan adalah verba dwitransitif. pelengkap merupakan unsur kalimat yang kehadirannya mengikuti predikat yang diisi oleh verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi, seperti contoh berikut.
Budi menjadi siswa teladan. S P Pel.
Kemerdekaan adalah hak semua bangsa. S P Pel.
dalam kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di belakang predikat, tetapi kalau predikat diikuti oleh objek, pelengkap berada di belakang objek, seperti pada contoh berikut.
Pak Ali berdagang buku bekas. S P Pel.
Ibu membelikan Rani jilbab. S P O Pel.
pelengkap tidak dapat diganti dengan pronomina –nya, seperti contoh berikut.
Ibu memanggil adik. S P O
Ibu memanggilnya. S P O
Pak Samad berdagang rempah. S P Pel.
Pak Samad berdagangnya (?)
satuan bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu menduduki fungsi subjek apabila kalimat aktif itu dijadikan kalimat pasif seperti contoh berikut. Pancasila merupakan dasar negara. S P Pel. Dasar negara dirupakan pancasila (?)

Keterangan

Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan keterangan kepada seluruh kalimat. Sebagian besar unsur keterangan merupakan unsur tambahan dalam kalimat. Keterangan sebagai unsur tambahan dalam kalimat dapat dilihat pada contoh berikut.
Ibu membeli kue di pasar. S P O Ket. tempat
Ayah menonton TV tadi pagi. S P O Ket. waktu
Keterangan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: umumnya merupakan keterangan tambahan atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat, seperti contoh berikut.
Saya membeli buku. S P O
Saya membeli buku di Gramedia. S P O Ket. tempat
keterangan dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna kalimat, seperti contoh berikut.
Dia membuka bungkusan itu dengan hati-hati. S P O Ket. cara
Dengan hati-hati dia membuka bungkusan itu. Ket. cara S P O keterangan diisi oleh adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival, dan klausa terikat, seperti contoh berikut.
Ali datang kemarin. S P Ket. waktu
Ibu berangkat kemarin sore. S P Ket. Waktu

Jenis-jenis kalimat

Kalimat Inti dan kalimat Non-Inti
Kalimat inti biasa juga disebut kalimat dasar adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif, atau netral, dan afirmatif. Kalimat inti dapat diubah menjadi kalimat non-inti dengan berbagai proses transformasi.
Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Perbedaan Kalimat tunggal dan kalimat majemuk berdasarkan banyaknya klausa yang ada di dalam kalimat itu, kalau klausanya hanya satu maka disebut kalimat tunggal, kalau klausa dalam sebuah kalimat lebih dari satu maka disebut kalimat majemuk
Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Pembedaan kalimat mayor dan kalimat minor dilakukan berdasarkan lengkap dan tidaknya klausa yang menjadi konstituen dasar kalimat itu kalau klausanya lengkap sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat maka kalimat itu disebut kalimat mayor. Kalau klausanya tidak lengkap entah terdiri dari subjek, predikat, objek, atau keterangan saja maka kalimat tersebut disebut kalimat minor

 Kalimat Verbal dan Kalimat Non-Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal atau kalimat yang predikatnya berupa kata atau frase yang berkategori verbal sedangkan kalimat non verbal adalah kalimat y6ang predikatnya bukan kata atau frase verbal, bisa nominal, ajektifal, adverbial, atau juga numeralia.
Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat
Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap atau dapat memulai sebuah paragraph atau wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks lain yang menjelaskannya. Sedangkan kalimat terikat adalah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap atau menjadi pembuka paragraph atau wacana tanpa bantuan konteks.

Ø  Kesimpulan

      Kata sintaksis berasaldari kata Yunani (sun = ‘dengan’ + tattein ‘menempatkan’. Jadi kata sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.[8] Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan[9]. Sama halnya dengan morfologi, akan tetapi morfologi menyangkut struktur gramatikal di dalam kata. Unsur bahasa yang termasuk di dalam sintaksis adalah frase, kalusa,dan kalimat. Tuturan dalam hal ini menyangkut apa yang dituturkan orang dalam bentuk kalimat.
Ramlan (1981:1) mengatakan: “Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase .”.


DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.