Saturday, December 15, 2018

Pengertian Kalimat dan Jenisnya Berdasarkan Jumlah Klausa


Pengertian Kalimat dan Jenisnya Berdasarkan Jumlah Klausa

1. Pengertian Kalimat
Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa (Cook, 1971 ; Elson dan Pickett, 1969). Klimat adalah suatu bentuk linguistik, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal (Bloomfield, 1955). Senada dengan Bloomfield, Hocket (1985) menyatakan bahwa kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk gramatikal yang tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain. 
Di sisi lain Lado (1968) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan kecil dari ekspresi lengkap. Pendapat Lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana (1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap.  Sementara itu Ramlan (1996) mengatakan bahwa kalimat adalah suatu gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. berdasarkan defenisi-defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap.


2. Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa (Struktur Gramatical)
Dilihat dari jumlah Klausa, kalimat dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. kalimat tunggal
2. kalimat majemuk
3. Kalimat campuran.

2.1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa.
Adapun kalimat tunggal terdiri dari 2 jenis, yakni:
1.kalimat nomina, dan
2.kalimat verbal.

1. Kalimat Nomina
Kalimat nomina merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata benda sebagi predikatnya.

Contoh :
Perempuan berkerudung merah itu pacar saya
Adik saya dua orang
Ket. Kata yang bercetak miring pada kalimat di atas merupakan kata benda yang berfungsi sebagai predikat.

2. Kalimat Verbal
Kalimat verbal merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai predikat.

Contoh :
Andi mengayuh sepedanya pelan.
Siska makan di kamarnya.
Ket. Kata yang bercetak miring di atas merupakan kata kerja yang berfungsi sebagai predikat.

2.2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan. Berdasarkan kedudukan satu kalimat tunggal dengan yang lain, kalimat majemuk dibedakan menjadi 2, Yaitu:
1. Kalimat majemuk setara, dan
2. Kalimat Mmajemuk bertingkat

1. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara merupakan kalimat yang terdiri dari dua kalimat tunggal, di mana kedudukan masing masing kalimat tersebut setara. Kalimat majemuk setara dibagi lagi menjadi beberapa jenis, Perhatikan Contoh Berikut.

1. Kalimat majemuk setara penggabungan, biasanya ditandai dengan penggunaan kata hubung (konjungsi) “dan” atau “atau”.
Contoh :
Saya bertanggung jawab atas kedatangan peserta hingga ke penginapan dan  Andi akan mengambil tanggung jawab tentang segala keperluan peserta sesampainya di sana.

2. Kalimat majemuk setara pertentangan, biasanya ditandai dengan kata hubung (konjungsi) “tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”, dan sebagainya.
Contoh :
Kelas kami akan mengadakan study tour ke Palembang, namun dia memilih untuk tidak ikut.

3. Kalimat majemuk setara pemilihan, biasanya ditandai dengan kata hubung “atau”.
Contoh :
Riana masih bingung menentukan antara ikut menemani ibunya kuliah di Jerman atau tetap tinggal di sini bersama ayahnya.

4. Kalimat majemuk setara penguatan, biasanya ditandain dengan kata hubung “bahkan”.
Contoh :
Dia memang pemuda yang cerdas, bahkan di usianya yang ke-17 ia sudah mendapatkan gelar sarjana pertamanya.

2. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat merupakan kalimat yang menggabungkan dua kalimat tunggal atau lebih di mana satu sama lain memiliki kedudukan yang berbeda, yakni sebagai induk kalimat dan anak kalimat. Kalimat majemuk bertingkat dapat dibagi menjadi 10 jenis berdasarkan penggunaan kata hubung atau konjungsinya, yakni,

1. Waktu : “ketika”, “sejak”, “saat ini”, dsb.
Contoh :
Anak itu sudah lama hidup sendiri semenjak orang tuanya meninggal ketika dia masih bayi.

2. Sebab: “karena”, “oleh karena itu”, “sebab”, “oleh sebab itu”, dsb.
Contoh :
Tia memuntus pergi dari rumah karena ia tidak kuat lagi melihat kelakuan ayahnya.

3. Akibat: “hingga”, “sehingga”, “maka”, dsb.
Contoh :
Kebakaran hutan itu meluas hingga asap kabut yang ditimbulkan berdampak hingga Singapura dan Malaysia.

4. Syarat: “ jika”, “asalkan”, “apabila”, dsb.
Contoh :
Ani bersedia menerima lamaran Ali, apabila kedua orang tuanya merestui hubungan mereka.

5. Perlawanan: “meskipun”, “walaupun”, dsb.
Contoh :
Meskipun diiming – imingi uang ganti rugi yang besar, warga Kampung Barang  tetap menolak dipindahkan.

6. Pengandaian: “andaikata”, “seandainya”, dsb.
Contoh :
Seandainya Risko menunggu lebih lama lagi, ia pasti akan berjumpa dengan Dewi di kafe itu.

7. Tujuan: “agar”, “supaya”, “untuk”, dsb.
Contoh:
Triana menutuskan pindah ke apartemen ini agar lebih dekat dengan kantornya.

8. Perbandingan: “bagai”, “laksana”, “ibarat”, “seperti”, dsb.
Contoh :
Budak itu jatuh cinta pada putri kerajaan bagaikan punguk yang merindukan bulan.

9. Pembatasan: “kecuali”, “selain”, dsb.
Contoh :
Dia sangat jago di semua mata pelajaran kecuali pelajaran olahraga.

10. Alat: “dengan + kata benda”
Contoh:
Orang itu pergi ke kantor dengan  mobil.

2. Kalimat Campuran
Kalimat campuran adalah kalimat yang terdiri dari sekurang – kurangnya tiga kalimat tunggal.
Contoh :

Patria sedang memasak dan Toni menonton TV di ruang keluarga, ketika aku tiba di rumah mereka.

keterangan
1. Patria sedang memasak
2. Toni menonton TV di ruang keluarga
3. Aku tiba di rumah mereka

(kata hubung “dan” menyatakan kalimat majemuk setara, kata hubung “ketika” menyatakan kalimat majemuk bertingkat.)

No comments:

Post a Comment

Email :

Pasword :